Minggu, 12 Mei 2013

PEMETAAN PEMASARAN HASIL PRODUK PERTANIAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pemetaan volume produksi pertanian sangat penting untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan petani. Kebutuhan atau tingkat konsumsi masyarakat tersebut, katanya, termasuk juga kebutuhan untuk pariwisata. Dia mengetengahkan bila pemetaan ini berhasil dilakukan, masuknya produk bisa ditekan jumlahnya. Pasalnya, selama ini terdapat kecenderungan over produksi, pasokan dari luar tetap masuk. Akibatnya pada saat panen raya tiba, harga produk menurun drastis.
Peningkatan produk-produk pertanian tidak akan mempunyai arti, kalau produk-produk yang berlebihan itu tidak dapat dipasarkan dengan baik atau memperoleh nilai pemasaran yang wajar. Dengan kata lain, produk-produk yang berlebihan itu dapat bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup para petani beserta keluarganya kalau produk-produk itu dapat menghasilkan pendapatan-pendapatan para petani yang lebih meningkat. Dengan pendapatan-pendapatannya yang meningkat sebagai hasil penjualan produk-produknya di pasaran, maka para petani beserta keluarganya dapat membeli barang-barang yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya, baik barang untuk kepentingan usaha taninya maupun barang untuk kepentingan hidup bersama keluarganya. Dengan demikian, para petani itu dalam usaha meningkatkan pendapatannya selalu akan berhubungan pula dengan usaha-usaha perniagaan.
Marketing atau ilmu Tata Niaga yaitu meliputi seluruh kegiatan usaha yang diutamakan atau diperlukan agar barang-barang hasil produksi dimungkinkan mengalir secara lancar ke sektor konsumsi. Dalam penyampaian atau pemasaran hasil produksi pertanian, terdapat beberapa permasalahan yang sering dihadapi. Masalah-masalah tersebut antara lain yaitu :
1.    Tidak tersedianya komoditi pertanian dalam jumlah yang cukup dan kontinu.
2.    Harga komoditi yang sering berfluktuasi secara tajam.
3.    Tidak efisiensinya para pelaku pasar dalam melakukan kegiatan.
4.    Tidak memadainya fasilitas.
5.    Lokasi produsen dan konsumen yang terpencar.
6.    Kurang lengkapnya informasi pasar.
7.    Kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran disebabkan karena lemahnya penguasaan aspek-aspek manajemen.
8.    Kurangnya modal.
9.    Tidak memadainya peraturan-peraturan yang ada, sehingga mekanisme pasar menjadi tidak efisien.
Dari adanya uraian diatas, maka diperlukan pemikiran yang matang tentang bagaimana produk pertanian tersebut harus dipasarkan. Salah satu hal penting dari pemasaran hasil pertanian adalah pemetaan pemasaran produk tersebut.

B.  Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai pemetaan pemasaran hasil produk pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN

   Fungsi peta adalah penunjuk arah posisi kita sekarang dan arah yang akan dituju, serta jalan yang harus dilalui untuk memudahkan dalam perjalanan. Dalam manajemen,  peta atau lebih sering digunakan istilah pemetaan (mapping) berfungsi sama dengan peta yang sesungguhnya, yaitu petunjuk arah kebijakan yang akan ditempuh oleh manajemen suatu perusahaan. Salah satu peta yang digunakan adalah peta pasar.
Pemetaan (mapping) adalah satu bagian dari sekian banyak analisa, yang memberikan gambaran nyata tentang sesuatu yang kita harapkan.  Manfaat pemetahaan akan sangat besar apabila kita memulai dengan sesuatu yang baru atau berada dalam tempat yang baru.  Ada beberapa sumber data yang dipergunakan dalam pemetaan, diantaranya adalah hasil survey, dari lembaga survey seperti LSI (Lembaga Survey Indonesia), data yang dibuat oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan public, seperti Dinas Perhubungan, yang  memiliki data jumlah kendaraan, data pemakai jasa kendaraan umum, data kenaikkan arus penumpang pada waktu mudik hari raya dan lain-lain.
Pemetaan juga berlaku bagi bidang pertanian. Pemetaan penting bagi pemasaran hasil produk pertanian. Dengan adanya pemetaan, maka pelaku ekonomi tau bagaimana dan dimana produk pertanian tepat untuk dipasarkan. Secara kasarannya, pasaran produk pertanian terbagi atas golongan-golongan sebagai berikut :
1.    Pasaran Transit (Pasaran Penampung Sementar)
Pasaran transit lazimnya dibentuk oleh individu yang bergerak secara wiraswasta atau oleh suatu badan yang mempunyai inisiatif membantu para petani atau produsen produk pertanian ( terutama para produsen yang lemah ekonominya yang selalu berharap agar produknya dapat dijual mengingat kebutuhan dan taraf hidupnya), bantuan mana dapat berupa :
a)    Dalam maksud menampung sementara ini, segera melakukan pembayaran-pembayaran yang wajar terhadap setiap produk pertanian yang menjadi tujuan pemasarannya, yang dimasukkan oleh para petani, adapun kelebihan harga antara pembayaran kepada para petani dengan penjualan kepada para pedagang yang memborong produk pertanian itu, adalah mendapat penghasilan atau pendapatan.
b)   Dalam maksud menampung sementara produk-produk para petani ini, hanyalah bermaksud mengkoordinir penjualan produk tersebut agar para petani dapat dilindungi dari usaha-usaha penekanan harga oleh para pemborong/tengkulak, agar terwujud harga jual yang seragam dan wajar dalam menghadapi para pemborong/tengkulak, wiraswasta dan atau badan tadi. Setelah itu hasil penjualan dibagikan kepada para petani (produsen) sesuai dengan banyaknya produk yang ditampungnya dengan sedikit pemotongan uang administrasi yang menjadi hak artau pendapatan wiraswata atau badan tadi.
Untuk penampungan produk-produk pertanian tersebut lazimnya dimanfaatkan pula terminal-terminal (terminal market), dimana wiraswasta atau badan tadi akan melakukan beberapa pengolahan seperti sortasi, pemisahan produk dengan mengingat kualitasnya, melakukan pengepakan sementara yang memadai, sehingga produk benar-benar dalam keadaan siap. Disini wiraswata atau badan tadi juga akan berhadapan dengan para tengkulak atau pemborong dan terjadi tranaksi.

2.    Pengembangan Pasaran Lokal atau Setempat
Di kota besar maupun kecil, para tengkulak yang telah berhasil melakukan pembelian/pemborongan produk-produk pertanian dari desa-desa sekitar tempat produksi pertanian sering juga berkumpul. Biasanya mengambil tempat pada suatu warung yang mempunyai halaman agak luas. Mereka agar berbincang tentang harga dan jumlah pembelian, mulai terjadi tengkulak/pemborong yang kut modalnya mengoper produk-produk pertanian dari para tengkulak/pemborong yang kurang kuat permodalannya dengan memberikan sedikit tambahan akan harga belinya.
Lama-lama aktivitas ini menjadi terbiasa berlangsung di tempat tersebut bahkan menjadi lebih ramai dengan kedatangan para tengkulak atau utusan-utusan dari para pedagang besar dari kota, dan mereka inilah menjadikan tempat tersebut sebagai pengembangan-pengembangan pasaran lokal/setempat (growes local market). Pihak-pihak yang terlibat dalam growes local market yaitu para penampung atau pengumpul produk pertanian yang jumlahnya agak besar, dan seterusnya secara rasional akan diangkutnya ke kota yang akan dipasarkan melalui Pasar Induk atau para pedagang besar yang ada di kota-kota.

3.    Pasaran Pusat Distribusi atau Pasar Induk
Di kota-kota besar, pemerintah sangat memperhatikan tentang perlu dan teraturnya tempat bertemu antara para pedagang besar (tengkulak) dengan para pedagang eceran serta memungkinkan pula para konsumen (baik konsumen rumah tangga maupun industri) untuk secara langsung mengadakan transaksi jual beli yaitudengan dibangunnya Pasaran Pusat Distribusi/Pasar Induk (Wholesale market).
Wholesale market  dapat meliputi berbagai usaha yang sering berbeda-beda, dengan maksud untuk mempermudah konsumen memperoleh barang kebutuhannya dengan harga yang lebih rendah dibandingkan di pedagang eceran. Wholesale market  menurut perbedaan sifat dari cara pengumpulan produk dan cara penyebarannya dibagi menjadi dua, yaitu :
a.    Central Wholesale Market
Pemusatan dari segala jenis hasil bumi, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri. Produk akan diolah dan diangkut ke lain tempat persediaan atau ke daerah-daerah menurut masing-masing kebutuhan yang nyata. Atau sering pula disebut bahwa produk pertanian dari Secondary Wholesale Market akan disalurkan ke Secondary Wholesale Market.
b.    Secondary Wholesale Marketr
Produk pertanian yang terkumpul disini sifatnya lebih khusus, dipasar ini diperlukan spesialisasi mengenai beberapa jenis produk pertanian yang khusus diperlukan bagi industri (mill market). Sedangkan pasaran yang khusus menampung produk pertanian untuk konsumsi seperti buah-buahan, sayur mayur, jagung, beras, produk perikanan atau peternakan dinamakan jobbing market.
   Untuk lebih jelasnya, maka dapat diamati melalui gambar berikut ini :

4.    Pasaran Ecer (Retail Market)
Pasaran ini tidak jauh berbeda dengan jobbing market,  hanya saja apabila dilihat dari sudut volume tataniagajobbing market berpusat pada tempat tertentu, sedangkan retail market tersebar di kota dan sekitarnya.


5.    Pasaran Dunia, Pasaran Ekspor dan Impor
Pasaran ekspor dan impor umumnya terletak di kota-kota yang memiliki fasilitas-fasilitas pelabuhan yang memelihara hubungan dengan pasaran dunia.
Pasaran dunia yang merupakan segenap ikhwal yang mengenai pertukaran atau jual beli sesuatu produk pertanian yang berlangsung di antara negara-negara di dunia, yang biasanya dibantu dengan kesempurnaan jalan berita, baik melalui pos, telex, kawat dan radio yang menghubungkan antara pasar-pasar di berbagai negara menjadi sangat rapat yang pengaruhnya sudah tentu pada harga dari satu pasar atas pasar yang lain akan menjadi sangat kuat, sehingga dengan jalan ini dapatlah dikatakan bahwa kita pada dewasa ini hanya mempunyai satu pasar diseluruh dunia, untuk karet, kopi, dan lain sebagainya.












BAB III
KESIMPULAN

1.      Pemetaan berfungsi seperti halnya peta sesungguhnya yaitu sebagai petunjuk arah kebijakan yang akan di tempuh. Pemetaan ( mapping ) merupakan satu alat analisa diantara sekian banyak alat analisa yang memberikan gambaran yang kita harapkan.
2.      Adanya pemetaan ( pemasaran hasil produk pertanian ), memberikan kemudahan terhadap pelaku ekonomi untuk mengetahui bagaimana dan dimana produk pertanian tepat untuk dipasarkan.
3.      Secara umum pasaran produk pertanian terdiri dari lima ( 5 ) golongan, yaitu :  Pasaran Transit (Pasaran Penampung Sementar), Pengembangan Pasaran Lokal atau Setempat, Pasaran Pusat Distribusi atau Pasar Induk, Pasaran Ecer (Retail Market), Pasaran Dunia, Pasaran Ekspor dan Impor.








DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra. 1992. Marketing Produk Pertanian dan Industri. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Manajemen Hasil-Hasil Pertanian. CV Rajawali, Jakarta.

Soetojo, Siswanto. 1974. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Erlangga, Jakarta.

http://ernaldihpt.wordpress.com/2010/06/09/sig-dalam-bidang-pertanian/





Tidak ada komentar:

Posting Komentar