I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak bumi, ikan, hutan, dan
lain-lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia.
Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya tersebut akan berdampak
sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Pengelolaan sumber daya yang baik akan
meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Sebaliknya pengelolaan sumber daya
alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia. Oleh karena itu,
persoalan mendasar sehubungan dengan persoalan pengelolaan sumber daya alam
adalah bagaimana mengelola sumber daya alam tersebut agar menghasilkan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumber
daya alam itu sendiri.
Ekonomi Sumber Daya Alam
merupakan salah satu mata kuliah pada program studi Sosial Ekonomi Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman di
Purwokerto. Mata kuliah ini diberi bobot 2/1 SKS, artinya dua SKS tatap muka
(kuliah) dan satu SKS praktikum. Secara umum, praktikum ini sangat baik dan
tepat karena mahasiswa dapat menerapkan teori-teori yang telah didapat dalam
kuliah.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan: melatih mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi dan
menganalisis keadaan sumber daya alam yang ada disekitar Bendung Gerak Serayu
dan Pemandian Kalibacin, yang meliputi:
1.
Identifikasi maslah-masalah dalam pengelolaan
sumberdaya alam
2.
Tindakan pelestarian sumberdaya alamyang dilakukan
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum Ekonomi Sumberdaya Alam adalah:
1.
Mahasiswa dapat mengetahui dan mengamati secara
langsung keberadaan sumberdaya alam
2.
Mahasiswa dapat mengetahui usaha-usaha pelestarian
terhadap sumberdaya alam
II.
Metode
Praktikum
- Waktu Praktikum
Praktikum lapang
di Bendung Gerak Serayu, Pemandian Kalibacin dan daerah sekitarnya dengan bobot
1 SKS, dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2010.
B.
Metode
Metode
pengambilan data yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:
a.
Pengambilan
data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara mengadakan wawancara dengan karyawan/administrasi.
b.
Mencari
informasi data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan dan
dokumen perusahaan atau literatur yang berkaitan dengan Bedung Gerak Serayu dan
Obyek Wisata Kalibacin.
c. Kepustakaan yaitu mencari informasi tentang data dan
referensi yang dibutuhkan
melalui studi pustaka, baik berupa buku, jurnal, maupun artikel di internet.
C. Materi
1.
Pengertian Konservasi
Konservasi adalah suatu
tindakan untuk mencegah pengurasan sumberdaya alam dengan cara pengambilan yang
tidak berlebihan sehingga dalam jangka panjang sumberdaya alam tetap tersedia.
Konservasi dapat juga diartikan menjaga kelestarian terhadap alam demi
kelangsungan hidup manusia. Tindakan-tindakan konservasi dapat berupa beberapa
cara antara lain:
a.
Melakukan perencanaan terhadap pengambilan
sumberdaya alam, yaitu dengan pengambilan secara terbatas, dan tindakan yang
mengarah pada pengurasan perlu dicegah.
b.
Mengusahakan eksploitasi sumberdaya alam secara
efisien yakni dengan limbah sesedikit mungkin.
c.
Mengembangkan sumberdaya alternatif atau mencari
sumberdaya pengganti sehingga sumberdaya alam yang terbatas jumlahnyadapat
disubstitusikan dengan sumberdaya alam jenis yang lain.
d.
Menggunakan unsur-unsur teknologi yang sesuai dalam
mengeksploitasi sumberdaya alam agar dapat menghemat penggunaan sumberdaya
tersebut dan tidak merusak lingkungan.
e.
Mengurangi, membatasi dan mengatasi pencemaran
lingkungan karena pencemaran akan mengakibatkan cadangan sumberdaya alam
semakin cepat habis karena kepunahan, seperti ikan, tanah, dan sebagainya.
Tindakan konservasi ini
amat perlu khususnya bagi sumberdaya alam yang sifatnya tidak dapat pulih
dengan sendirinya. Tindakan konservasi bagi sumberdaya alam yang dapat pulih
(renewable resources) dapat dilakukan dengan lebih hati-hati, misalnya untuk
konservasi hutan dapat dilakukab dengan berbagai sistem tebang pilih, reboisasi
dan penghijauan.
2.
Pengertian Deplisi (Depletion)
Deplisi adalah suatu
cara pengambilan sumberdaya alam secara besar-besaran, dengan tujuan untuk
memenuhi bahan mentah. Dalam proses pembangunan yang mengajar tingkat
pertumbuhan tinggi, cenderung mengarah pada pengurasan isi alam.
Kepunahan sumberdaya
alam disebabkan oleh dua kelompok, yaitu:
a.
Kelompok Kapitalis
- Bekerja
untuk memaksimalkan laba
- Berusaha menggali sumberdaya alamsebanyak
mungkin dalam jangka waktu tertentu.
b.
Kelompok Miskin
Mengambil sumberdaya alam untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.
3.
Penggunaan Sumberdaya Alam yang Lestari
Setiap tindakan yang
diarahkan kepada kelestarian penggunaan sumberdaya alam dapat diartikan sebagai
suatu tindakan konservasi. Penggunaan SDA secara maksimal dan lestari dianggap
sebagai tujuan dalam usaha konservasi sumberdaya alam baik oleh swasta maupun
pemerintah. Konsep ini berlaku misalnya untuk sumberdaya ikan dengan asumsi:
a.
Harus ada panenan maksimum yang dapat dilaksanakan
secara periodik tanpa mempengaruhi pertumbuhan alami.
b.
Tindakan ekonomis untuk meningkatkan atau menstabilkan
pertumbuhan almiah beserta pemanenannya, dengan cara tertentu seperti
menggunakan perbaikan lingkungan hidup dan pemberian pakan.
c.
Biaya untuk panen dan permintaan terhadap produk
tidak ekonomis dilaksanakan apabila kurang dari jumlah panenan maksimal menurut
kondisi alamiah.
4.
Standar Minimal yang Aman untuk Konservasi
Kebijakan konservasi
sangat dikaitkan dengan kelompok sumberdaya alam yang memiliki daerah kritis,
oleh karena itu standar minimal yang aman sangat berarti bagi kebijakan
konservasi yaitu menghindari daerah kritis (Critical
Zone), yaitu kondisi fisik sumberdaya alam yang karena ulah manusia
berakibat tidak ekonomis untuk menghentikan tindakan deplisi.
5.
Sumberdaya Air
a.
Masalah dalam Penggunaan Sumberdaya Air
Dalam hal penggunaan
sumberdaya air yang terbaik, maksudnya agar dicapai penggunaan yang optimal
dalam jangka panjang, ada permasalahan pokok yang dihadapi antara lain:
1)
Bagaimana pengalokasian air yang tersedia (water supply) di antara berbagai
penggunaan atau sektor (among users).
2)
Bagaimana mendistribusikan air diantara pemakai air.
3)
Bagaimana mengalokasikan air itu diantara daerah
yang berbeda.
4)
Bagaimana mendistribusikan air diantara waktu.
5)
Bagaimana seharusnya pengelolaan atau siapa
pengelola sumberdaya itu.
b.
Masalah pendistribusian Sumberdaya Air
Di dalan
menentukan distribusi air ada beberapa pedoman, satu diantaranya adalah prinsip
nilai guna batas yang sama bagi setiap penggunaan (equimarginal value in use). Yaitu penggunaaan air pada pemakaian
satuan yang terakhir harus memberikan guna batas (marginal value) yang sama
untuk masing-masing penggunaan.
Dalam
penggunaan air yang sifatnya bersaing atau subtitusi, misalnya antara
penggunaan air untuk industri atau hidro power
dan penggunaan air untuk irigasi, perlu diketahui bahwa MVU akan menurun
bersamaan dengan jumlah pemakaian air yang meningkat dan sebaliknya akan
meningkat dengan penggunaan air yang semakin sedikit. Prinsip ini menegaskan bahwa
sumber daya air akan dialokasikan untuk seluruh pemakai dan dan penggunaan
sampai diperoleh nilai penggunaan marjinal yang sama dari masing-masing
penggunaan satuan air yang terakhir. Pemakaian akan berhenti pada saat satuan
air yang terakhir memberikan satuan nilai batas yang sama diantara penggunaan
yang bersaingan tersebut. Pada keadaan ini penggunaan air mencapai tingkat yang
paling efisien.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Air Serayu
1.
Pemantauan Kualitas Air
Pemantauan
kualitas air Sungai Serayu terhadap satu sumber air dilakukan dengan dua
stasiun titik pengamatan. Dua stasiun titik pengamatan tersebut adalah:
Stasiun I : Sungai Serayu Hulu, terletak di Desa Buntu
Kecamatan Kejalar.
Stasiun III : Sungai Serayu Hilir, terletak di Desa Sawangan
Kecamatan Leksono.
Hasil pengukuran parameter fisik, kimiawi, dan mikrobiologi perairan dari
kedua stasiun dapat dicermati pada Tabel di bawah ini :
Tabel 1. Hasil analisis air terhadap sifat fisik, kandungan kimia, dan
mikrobologi air di Sungai Serayu Hulu dan Sungai Serayu Hilir.
No
|
Parameter
|
Satuan
|
Stasiun
|
|
I
|
III
|
|||
Fisika
|
|
|
|
|
1
|
Temperatur
|
0C
|
20
|
26
|
2
|
TDS
|
mg/L
|
155
|
174
|
3
|
TSS
|
mg/L
|
21
|
25
|
4
|
Kekeruhan
|
NTU
|
5,2
|
5,6
|
5
|
Debit air
|
M3/detik
|
7,01
|
40,74
|
Kimia Organik
|
|
|
|
|
1
|
pH
|
-
|
6,79
|
7,5
|
2
|
BOD
|
mg/L
|
0,91
|
4,02
|
3
|
COD
|
mg/L
|
9
|
21
|
4
|
DO
|
mg/L
|
7,1
|
7,3
|
5
|
Total fosfat-P
|
mg/L
|
0,6213
|
0,9115
|
6
|
Nitrat-N
|
mg/L
|
6,1312
|
0,6036
|
7
|
Amoniak-N
|
mg/L
|
0,3574
|
0,1245
|
8
|
Arsen
|
mg/L
|
Ttd
|
ttd
|
9
|
Cobalt
|
mg/L
|
Ttd
|
ttd
|
10
|
Barium
|
mg/L
|
Ttd
|
ttd
|
11
|
Boron
|
mg/L
|
Ttd
|
ttd
|
12
|
Selenum
|
mg/L
|
Ttd
|
ttd
|
13
|
Cadnium
|
mg/L
|
Ttd
|
0,007
|
14
|
Krom
|
mg/L
|
0,002
|
0,003
|
15
|
Tembaga
|
mg/L
|
0,011
|
0,049
|
16
|
Besi
|
mg/L
|
0,380
|
0,896
|
17
|
Timbal
|
mg/L
|
0,017
|
0,031
|
18
|
Mangan
|
mg/L
|
0,221
|
0,201
|
19
|
Air Raksa
|
mg/L
|
Ttd
|
ttd
|
20
|
Seng
|
mg/L
|
0,597
|
0,432
|
21
|
Khlorida
|
mg/L
|
9,1352
|
61,9808
|
22
|
Sianida
|
mg/L
|
Ttd
|
ttd
|
23
|
Fluoride
|
mg/L
|
Ttd
|
ttd
|
24
|
Nitrit-N
|
mg/L
|
0,3104
|
0,0108
|
25
|
Sulfat
|
mg/L
|
21,6816
|
5,0135
|
26
|
Khlorin Bebas
|
mg/L
|
Ttd
|
ttd
|
27
|
H2S-S
|
mg/L
|
Ttd
|
ttd
|
Mikrobiologi
|
|
|
|
|
1
|
Fecal Coliform
|
Jml/100 ml
|
>1100
|
>1100
|
2
|
Total Coliform
|
Jml/100 ml
|
>1100
|
>1100
|
Adapun hasil analisis plankton perairan air tawar di stasiun yang sama
dengan di atas dapat dicermati pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Kelimpahan plankton perairan air tawar di Stasiun Sungai
Serayu Hulu dan Sungai Serayu Hilir.
No
|
Parameter
|
Stasiun
|
|
|
|
I
|
III
|
1.
|
Chlorophyta
|
|
|
|
1.
Ankystrodesmus
|
1
|
|
|
2.
Chlorella sp.
|
2
|
3
|
|
3.
Chlorococcum sp.
|
|
|
|
4.
Cosmarium paseolus
|
|
1
|
|
5.
Crucigenia sp
|
6
|
|
|
6.
Dispora sp.
|
|
1
|
|
7.
Coccinodiscus
|
|
1
|
|
8.
Straurastrum sp.
|
|
|
|
9.
Closterium cutvula
|
|
|
|
10.
Closterium ehrenbergii
|
|
|
|
11.
Closterium cetaceum
|
|
|
|
12.
Moegotiopsis clospora
|
|
|
|
13.
Scenedesmus bijuga
|
|
|
|
14.
Spirogyra prolifica
|
|
|
|
15.
Cosmarium granatum var.
|
|
|
2.
|
Cyanophyta
|
|
|
|
1.
Anabaena sp.
|
3
|
|
|
2.
Chroococcus sp.
|
|
|
|
3.
Hyalotheca sp.
|
1
|
|
|
4.
Mycrocystis sp.
|
1
|
|
|
5.
Polycystis sp.
|
2
|
|
|
6.
Pyrocystis sp.
|
|
|
|
7.
Spirulina sp.
|
|
|
|
8.
Ankystrodesmus
|
|
|
|
9.
Cyclotella sp.
|
3
|
2
|
|
10.
Cymbella ventricosa
|
|
|
|
11.
Diatoma vulgare
|
4
|
|
|
12.
Gomphonema sp.
|
|
|
|
13.
Gyrosigma acuminatum
|
2
|
5
|
|
14.
Melosira sp.
|
1
|
|
|
15.
Navicula sp.
|
11
|
19
|
|
16.
Nitzshia sp.
|
5
|
15
|
|
17.
Synedra ulna
|
1
|
|
|
18.
Tabellaria sp.
|
1
|
|
|
19.
Tintinopsis sp.
|
5
|
9
|
|
20.
Actinastrum sp.
|
|
|
|
21.
Talasionema sp.
|
|
|
|
22.
Lyngbya contorta
|
|
|
3.
|
Pyrophyta
|
|
|
|
1.
Cerratium sp.
|
1
|
|
|
2.
Chodatella quadriseta
|
|
|
|
3.
Piridinium apiculata
|
|
|
4.
|
Euglenophyta
|
|
|
|
1.
Euglena sp.
|
2
|
|
5.
|
Zooplankton
|
|
|
|
1.
Ceriodaphnia
|
|
|
|
2.
Cyclops
|
2
|
|
|
3.
Naupllius
|
|
|
|
4.
Daphnia pulex
|
|
|
|
5.
Sinocalanus sinenis
|
|
|
|
6.
Paramecium caudatum
|
|
|
|
7.
Chlamydophrys minor
|
|
|
Total
kelimpahan (ind/l)
|
57
|
57
|
|
Indeks
diversitas
|
2,7
|
0,2
|
a.
Hulu
1).
Kualitas Air Sungai Serayu Hulu
Parameter kualitas air Sungai Serayu
Hulu dalam Tabel 1 tercantum pada kolom
Stasiun I. Agar dapat dilakukan interpretasi dan penilaian kualitas airnya,
maka nilai-nilai parameter tersebut dibandingkan dengan standar baku mutu kualitas air
berdasarkan PP 82/2001, hasilnya dapat dicermati pada tabel berikut ini.
Tabel 3.
Parameter kualitas air Sungai Serayu Hulu, 2007
No
|
Parameter
|
Satuan
|
Hasil Analisis
|
Baku Mutu PP 82/2001 Kelas II
|
Metode Uji
|
FISIKA
|
|
|
|
|
|
1
|
Temperatur
|
°C
|
20
|
Deviasi 3
|
SNI 2005: 06-6989. 23-2005
|
2
|
TDS
|
mg/L
|
155
|
1000
|
SNI 2005: 06-6989. 27-2005
|
3
|
TSS
|
mg/L
|
21
|
50
|
SNI 2004: 06-6989. 03-2004
|
4
|
Kekeruhan
|
NTU
|
5,2
|
25
|
SNI 2004: 06-6989. 03-2004
|
5
|
Debit Air
|
m3/detik
|
7,01
|
(-)
|
-
|
KIMIA ORGANIK
|
|
|
|
|
|
1
|
pH
|
-
|
6,79
|
6 - 9
|
SNI 2004: 06-6989. 11-2004
|
2
|
BOD
|
mg/L
|
0,91
|
3
|
SNI 2004: 06-6989. 14-2004
|
3
|
COD
|
mg/L
|
9
|
25
|
SNI 2004: 06-6989. 15-2004
|
4
|
DO
|
mg/L
|
7,1
|
4
|
SNI 2004: 06-6989. 14-2004
|
5
|
Total fosfat-P
|
mg/L
|
0,6213
|
0,2
|
SNI 2005: 06-6989. 31-2005
|
6
|
Nitrat-N
|
mg/L
|
6,1312
|
10
|
SNI 1991: 06-2480-1991
|
7
|
Amoniak-N
|
mg/L
|
0,3574
|
(-)
|
SNI 2005: 06-6989. 30-2005
|
8
|
Arsen
|
mg/L
|
Ttd
|
1
|
SNI 2005: 06-6989. 54-2005
|
9
|
Kobalt
|
mg/L
|
Ttd
|
0,2
|
SNI 1991: 06-2471-1991
|
10
|
Barium
|
mg/L
|
Ttd
|
(-)
|
SNI 2005: 06-6989. 40-2005
|
11
|
Boron
|
mg/L
|
Ttd
|
1
|
SNI 1991: 06-2481-1991
|
12
|
Selenium
|
mg/L
|
Ttd
|
0,05
|
SNI 1991: 06-2475-1991
|
13
|
Cadmium
|
mg/L
|
Ttd
|
0,01
|
SNI 2004: 06-6989. 16-2004
|
14
|
Krom
|
mg/L
|
0,002
|
0,05
|
SNI 2004: 06-6989. 17-2004
|
15
|
Tembaga
|
mg/L
|
0,011
|
0,02
|
SNI 2004: 06-6989. 06-2004
|
16
|
Besi
|
mg/L
|
0,380
|
(-)
|
SNI 2005: 06-6989. 50-2005
|
17
|
Timbale
|
mg/L
|
0,017
|
0,03
|
SNI 2004: 06-6989. 08-2004
|
18
|
Mangan
|
mg/L
|
0,221
|
(-)
|
SNI 2004: 06-6989. 05-2004
|
19
|
Air Raksa
|
mg/L
|
Ttd
|
0,002
|
SNI 1991: 06-2462-1991
|
20
|
Seng
|
mg/L
|
0,597
|
0,05
|
SNI 2005: 06-6989. 44-2005
|
21
|
Khlorida
|
mg/L
|
9,1352
|
(-)
|
SNI 2004: 06-6989. 19-2004
|
22
|
Sianida
|
mg/L
|
Ttd
|
0,02
|
SNI 1991: 06-2474-1991
|
23
|
Fluoride
|
mg/L
|
Ttd
|
1,5
|
SNI 2005: 06-6989. 29-2005
|
24
|
Nitrit-N
|
mg/L
|
0,3104
|
0,06
|
SNI 2004: 06-6989. 09-2004
|
25
|
Sulfat
|
mg/L
|
21,6816
|
(-)
|
SNI 2004: 06-6989. 20-2004
|
26
|
Khlorin Bebas
|
mg/L
|
Ttd
|
0,02
|
SNI 1991: 06-2431-1991
|
27
|
H2S-S
|
mg/L
|
Ttd
|
0,002
|
SNI 1989: 06-1664-1989
|
MIKROBIOLOGI
|
|
|
|
|
|
1
|
Fecal Coliform
|
Jml/100 ml
|
> 1100
|
1000
|
APHA 1992: 9221-1992
|
2
|
Total Coliform
|
Jml/100 ml
|
> 1100
|
5000
|
APHA 1992: 9221-1992
|
2).
Fisika Air Sungai Serayu Hulu
Sifat
fisika air sangat berpengaruh terhadap orang yang mengkonsumsi air tersebut dan
juga sangat berperanan dalam perkembangan biologi air. Parameter fisika air
yang dipantau pada kegiatan ini adalah temperatur, TDS, TSS, kekeruhan dan
debit air.
a).
Temperatur
Temperatur
air mempunyai peranan yang sangat besar dalam biota perairan, terutama ikan
dalam proses metabolisme karena ikan termasuk hewan yang bersifat poikiloterm.
Semakin tinggi temperature air akan mengakibatkan metabolisme dalam tubuh
meningkat hingga mencapai titik optimum. Kisaran temperatur air untuk
pertumbuhan ikan secara normal antara 200 - 320 C.
Hasil
pengukuran temperatur air Sungai Serayu di bagian Hulu, pada saat pemantauan
adalah 200 C. Berdasarkan PP 82/2001 untuk perairan kelas II,
deviasi pemantauan adalah 3, sehingga kisaran temperaturnya 180 - 240
C. Batas bawah 180 C lebih rendah dari temperature yang
dipersyaratkan bagi pertumbuhan ikan secara normal (200 C). Meskipun
batas atas 240 C berada pada kisaran temperatur minimum yang
dipersyaratkan untuk pertumbuhan ikan secara normal (200 - 320
C), namun dengan batas bawahnya yang hanya180 C, maka kondisi yang
demikian memberi gambaran bahwa temperatur air Sungai Serayu di bagian hulu
kurang mendukung terhadap pertumbuhan biologi air, khususnya ikan. Daerah
Sungai Serayu hulu merupakan dataran tinggi sehingga telah diketahui bahwa
semakin tinggi suatu tempat, maka temperaturnya semakin rendah dan berpengaruh
terhadap lingkungannya termasuk temperatur air.
b).
TDS
TDS
merupakan parameter yang menginformasikan total zat padat atau butiran yang
terlarut dalam air. Hasil pengukuran TDS di Sungai Serayu hulu diperoleh angka
155. Angka tersebut menunjukkan total padatan yang terlarut 155 mg/L air. Baku
mutu kualitas air kelas II berdasarkan PP 82/2001 adalah maksimum 1000 mg/L,
sedangkan menurut Sukardi dkk. (1989) untuk pertumbuhan ikan, TDS meksimum yang
diperbolehkan sampai 2000 mg/L. Dengan demikian nilai TDS di Sungai Serayu
bagian hulu masih memenuhi batas yang dipersyaratkan bagi pertumbuhan biologi
air.
c).
TSS
TSS
merupakan parameter yang menginformasikan total zat yang tersuspensi dalam air.
Hasil pengukuran TSS di Sungai Serayu bagian hulu diperoleh angka 21. Angka
tersebut menunjukkan total zat yang tersuspensi sebanyak 21 mg/L. Baku mutu
kualitas air kelas II berdasarkan PP 82/2001 untuk TSS adalah maksimum 50 mg/L.
Dengan demikian nilai TSS yang diperoleh di Sungai Serayu bagian hulu masih
memenuhi batas yang dipersyaratkan bagi pertumbuhan biologi air, khususnya
ikan. Bila dibandingkan dengan nilai TDS, menunjukkan nilai TSS lebih rendah
daripada nilai padatan terlarut. Kondisi tersebut menggambarkan padatan yang
ada, lebih banyak yang terbentuk padatan yang ukurannya kecil.
d).
Kekeruhan
Hasil kekeruhan air pada Sungai Serayu hulu diperoleh
angka 5,2. Kadar maksinmum yang diperkenankan adalah 25. Kondisi yang demikian memberi gambaran bahwa
tingkat kekeruhan di lokasi ini masih termasuk dalam ambang batas yang
dipersyaratkan.
e).
Debit Air
Debit air memberi informasi volume air yang mengalir
per detik di suatu titik tertentu. Hasil pengukuran debit air diperoleh angka
7,01. hal ini menunjukkan banyaknya air yang mengalir per detik di Sungai
Serayu bagian hulu sebesar 6,91 m3 per detik. Rendahnya debit air ini karena keadaan fisik
sungai di bagian hulu dangkal serta sempit.
3).
Kimia Air Sungai Serayu Hulu
Analisa kimia air Sungai Serayu dilakukan terhadap 27
parameter, diantara 27 parameter tersebut terdapat sebelas parameter yang tidak
terdeteksi yaitu Arsen, Kobalt, Barium, Boron, Selenium, Kadmium, Air Raksa,
Sianida, Fluorida, Khrom bebas, dan H2S-S. Sepuluh parameter yang
tidak terdeteksi tersebut termasuk kategori logam berat kecuali H2S-S,
dan bila keberadaannya melebihi ambang batas yang dipersyaratkan, maka dapat
membahayakan bagi manusia maupun biologi perairan tersebut. Tidak terdeteksinya sebelas parameter di atas
dapat diinterpretasikan bahwa air Sungai Serayu bagian hulu pada saat
pemantauan, masih belum atau tidak mengandung komponen logam berat. Kondisi
yang demikian memberi penilaian terhadap kualitas air yang bersifat positif
atau baik.
4).
Mikrobiologi Air Sungai Serayu Hulu
Parameter mikrobiologi yang digunakan adalah fecal
coliform dan total coliform. Baku
mutu kualitas air kelas II untuk fecal coliform adalah 1000 dan total coliform
adalah 5000. Hasil pengukuran baik fecal coliform dan total coliform
masing-masing adalah >1100. Angka fecal coliform lebih besar dari ambang
batas yang dipersyaratkan, dengan demikian fecal coliform yang terlarut dalam
air di Sungai Serayu bagian hulu tidak termasuk dalam nilai ambang batas baku mutu kualitas air
kelas II yang dipersyaratkan sesuai dengan PP 82/2001.
5).
Plankton Perairan Tawar Sungai Serayu Hulu
Hasil identifikasi fitoplankton yang ditemukan di
perairan Sungai Serayu bagian hulu diperoleh empat division, yaitu Chlorophyta (3 spesies), Cyanophyta (13 spesies), Pyrrophyta (1 spesies), dan Euglenophyta (1 spesies). Zooplankton yang ditemukan terdiri atas 1 spesies.
Total kelimpahan diperoleh 57 dan indeks diversitas-nya 2,7.
Tabel. 4. Kelimpahan plankton perairan Sungai Serayu Hulu di Kabupaten
Wonosobo,2007
No
|
Divisio
|
Spesies
|
Jumlah
|
1
|
Chlorophyta
|
1. Ankystrodesmus
|
1
|
|
|
2. Chlorella sp.
|
2
|
|
|
3. Chlorococcum sp.
|
6
|
2
|
Cyanophyta
|
1. Anabaena sp.
|
3
|
|
|
2. Hyalotheca sp.
|
1
|
|
|
3. Mycrocystis sp.
|
1
|
|
|
4. Polycystis sp.
|
2
|
|
|
5. Cyclotella sp.
|
3
|
|
|
6. Diatoma vulgare
|
4
|
|
|
7. Gyrosigma
acuminatum
|
2
|
|
|
8. Melosira sp.
|
1
|
|
|
9. Navicula sp.
|
11
|
|
|
10. Nitzshia sp.
|
5
|
|
|
11. Synedra ulna
|
1
|
|
|
12. Tabellaria sp.
|
1
|
|
|
13. Tintinopsis sp.
|
5
|
3
|
Pyrophyta
|
1. Cerratium sp.
|
1
|
4
|
Euglenophyta
|
1. Euglena sp.
|
2
|
5
|
Zooplankton
|
1. Cyclops
|
2
|
Total kelimpahan (ind/l)
|
|
57
|
|
Indeks diversitas
|
|
2,7
|
Sumber : Hasil analisis data primer
b.
Hilir
1).
Kualitas Air Sungai Serayu Hilir
Parameter
kualitas air Sungai Serayu hilir dalam tabel 3.1. tercantum pada kolom stasiun
III. Agar dapat dilakukan interpretasi dan penilaian kualitas airnya, maka
nilai-nilai parameter tersebut dibandingkan dengan standar baku mutu kualitas
air berdasarkan PP 82/2001, hasilnya dapat dicermati pada tabel 3.7.
2).
Fisika Sungai Serayu hilir
Parameter fisika air Sungai Serayu bagian hilir yang dipantau pada
kegiatan ini adalah temperatur, TDS, TSS, kekeruhan, dan debet air.
3).
Temperatur air
Hasil
pengukuran temperatur air Sungai Serayu bagian hilir, diperoleh angka 260C.
berdasarkan PP 82/2001 untuk perairan kelas II, deviasi yang diperkenankan
adalah 3, sehingga kisaran temperaturnya 230 – 290C.
batas bawah 230C lebih tinggi daripada temperatur minimum yang
dipersyaratkan bagi pertumbuhan ikan secara normal (200C). Batas atas 290C lebih rendah
daripada temperatur maksimum yang dipersyaratkan untuk pertumbuhan ikan secara
normal (320C). Kisaran temperatur air Sungai Serayu bagian hilir (230
- 290C), berada di dalam kisaran temperatur air yang dipersyaratkan
bagi pertumbuhan ikan secara normal (200 - 320C). Kondisi
yang demikian memberi gambaran bahwa temperatur di Sungai Serayu bagian hilir
sangat mendukung bagi pertumbuhan biologi air, khususnya ikan. Lebih tingginya
temperatur air Sungai Serayu bagian hilir dibandingkan dengan bagian hulu dari
sungai yang sama dapat dipahami karena tempat pemantauan berada di Kecamatan
Leksono yang memiliki ketinggian tempat jauh lebih rendah daripada bagian hulu,
yaitu hanya sekitar 400 m dpl.
4).
TDS
Hasil pengukuran TDS di Sungai Serayu bagian hilir
diperoleh angka 174. Angka tersebut menunjukkan total zat padat atau butiran
yang terlarut sebanyak 174 mg per liter air, atau dinyatakan 174 mg/L. Baku
mutu kualitas air kelas II berdasarkan PP 82/2001 untuk TDS adalah maksimum
1000 mg/L, sedangkan menurut Sukadi dkk (1989), untuk pertumbuhan ikan TDS
maksimum yang diperbolehkan sampai 2000 mg/L. Dengan demikian nilai TDS yang
diperoleh di Sungai Serayu bagian hilir nasih berada pada batas yang
dipersyaratkan oleh PP 82/2001 maupun hasil penelitian Sukadi dkk., sehingga
memenuhi syarat bagi pertumbuhan biologi air, khususnya ikan perairan tawar.
5).
TSS
Hasil pengukuran TSS di Sungai Serayu bagaian hilir
diperoleh angka 25. Angka tersebut menunjukkan total zat yang tersuspensi
sebanyak 25 mg per liter air, atau dinyatakan 25 mg/L. Baku mutu kualitas air
kelas II berdasarkan PP 82/2001 untuk TSS adalah maksimum 50 mg/L. Dengan
demikian nilai TSS yang diper oleh di Sungai Serayu bagaian hilir masih
memenuhi datas yang dipersyaratkan bagi pertumbuhan biologi air, khususnya
ikan. Kemudian jika dibandingkan
dengan nilai TDS, menunjukkan nilai TSS lebih rendah daripada nilai padatan
terlarut. Kondisi yang demikian sama dengan yang diperoleh di Sungai Serayu
bagaian hilir yang menggambarkan bahwa padatan yang ada, lebih banyak yang
berbentuk padatan yang ukurannya kecil.
6).
Kekeruhan
Hasil pengukuran kekeruhan air pada Sungai Serayu
bagaian hilir diperoleh angka 5,6. kadar maksimum yang diperkenankan adalah 25.
kondisi yang demikian memberikan gambaran bahwa tingkat kekeruhan di lokasi ini
masih termasuk dalam ambang batas yang dipersyaratkan bagi kehidupan biota air.
7).
Debet Air
Hasil
pengukuran debet air di Sungai Serayu bagaian hilir diperoleh angka 40,74. Hal
ini berarti banyaknya air yang mengalir per detik di tempat pemantauan sebesar
40,74 m3 per detik. Lebih tingginya debet air di bagian hilir
dibandingkan dengan debet air di bagian hulu dari sungai yang sama, dikarenakan
keadaan fisik sungai di bagian hilir lebih dalam dan jarak antar tebing lebih
lebar daripada di bagian hulunya.
8).
Kimia Air Sungai Serayu Hilir
Sebagaimana
dapat dicermati pada Tabel 1, analisis kimia air dilakukan terhadap 27
parameter. Sama seperti di Telaga Menjer terdapat sepuluh parameter yang tidak
terdeteksi. Sepuluh parameter yang tidak terdeteksi itu sama pula jenisnya
dengan yang terdapat di Telaga Menjer. Kecuali H2-S-S, sembilan
parameter itu yang tidak terdeteksi termasuk kategori logam berat dan jika
keberadaannya melebihi ambang batas yang dipersyaratkan, maka dapat
membahayakan bagi manusia ataupun biologi perairan bersangkutan. Tidak
terdeteksinya sepuluh parameter di atas dapat diinterpretasikan bahwa air
Sungai Serayu bagian hilir pada waktu pemantauan dilakukan, masih belum atau
tidak mengandung komponen logam berat. Kondisi yang demikian memberi penilaian
terhadap kualitas air yang bersifat positif atau baik, sehingga mendukung
keadaan biologi perairan tawar, antara lain ikan.
9).
Mikrobiologi Air Sungai Serayu Hilir
Parameter mikrobiologi yang digunakan untuk penilaian
kualitas air adalah fecal coliform dan total coliform. Baku mutu kualitas air kelas II untuk fecal
coliform adalah 1000 dan total coliform adalah 5000. Hasil pengukuran baik
fecal coliform dan total coliform masing-masing adalah >1100. Angka fecal
coliform lebih besar dari ambang batas yang dipersyaratkan, dengan demikian
fecal coliform yang terlarut dalam air di Sungai Serayu bagian hilir tidak
termasuk dalam nilai ambang batas baku
mutu kualitas air kelas II yang dipersyaratkan sesuai dengan PP 82/2001.
10). Plankton Perairan Tawar Sungai Serayu Hilir
Hasil
identifikasi fitoplankton yang ditemukan di perairan Sungai Serayu bagian hilir
diperoleh dua divisio, yaitu Chlorophyta
(3 spesies) dan Cyanophyta (5
spesies). Zooplankton tidak ditemukan di perairan tersebut. Total kelimpahan
diperoleh 57 dan indeks diversitas-nya 0,199.
Tabel 5.Kelimpahan plankton perairan Sungai Serayu Hilir di Kabupaten
Wonosobo,2007
No
|
Divisio
|
Spesies
|
Jumlah
|
1
|
Chlorophyta
|
1. Chlorella sp.
|
3
|
|
|
2. Cosmarium
paseolus
|
1
|
|
|
3. Dispora sp.
|
1
|
|
|
4. Coccinodiscus sp.
|
1
|
2
|
Cyanophyta
|
1. Cyclotella sp.
|
2
|
|
|
2. Gyrosigma
acuminatum
|
5
|
|
|
3. Navicula sp.
|
19
|
|
|
4. Nitzshia sp.
|
15
|
|
|
5. Intinopsis sp.
|
9
|
Total kelimpahan (ind/l)
|
|
57
|
|
Indeks diversitas
|
|
0,2
|
Sumber : Hasil analisis data primer
2.
Bendung Gerak Serayu
Bendung Gerak Serayu pertama kali
dibangun pada tahun 1993 oleh ahli bangunan air yang berasal dari Perancis
bernama BCOOM dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada bulan November 1996. Pada awalnya merupakan bendung biasa yang
dikenal dengan Bendung Gambar Sari. Pembangunan bendung ini menghabiskan biaya
sekitar 108 milyar yang berasal dari pinjaman luar negeri (ADP) dengan grace
period 3 tahun. Pengembalian dana tersebut termasuk dalam RAPBN dimana petani
yang lahannya mendapat pengairan wajib membayar melalui P3A
(Perkumpulan Petani Pengelola Air) dalam jangka waktu 50 tahun. Sistem
pembayarannya yaitu menggunakan beras yang besarnya tetap setiap musim. Apabila
mengalami kegagalan panen maka pembayaran diakumulasi.
Bendung Gerak Serayu tersebut
terletak di sungai Serayu, desa Gambarsari Kecamatan Kebasen kabupaten Banyumas
Propinsi Jawa Tengah ± 15 km di sebalah Selatan Kota Purwokerto.
a.
Maksud dan
Tujuan
Maksud dan tujuan pembangunan bendung dan
peningkatan jaringan irigasi atau drainase ini adalah:
b.
Maksud
a). Menjamin pengaliran air irigasi untuk
sawah seluas 20.795 ha yang meliputi wilayah:
Kabupaten Banyumas
: 3.358 ha
Kabupaten Cilacap : 17.057 ha
Kabupaten Kebumen
: 644 ha
b). Memasok air baku untuk domestik, munisipal
dan industri kota Cilacap, Kroya dan Maos, sebesar 5,26 m3/detik.
c). Mengatasi genangan pada daerah irigasi
seluas 2.390 ha yang terjadi pada setiap musim penghujan.
c.
Tujuan
a). Meningkatkan produksi beras melalui
peningkatan area persawahan teknis dari 17.760 ha menjadi 20.795 ha dan peningkatan
intensitas tanam dari 165% menjadi 200%.
b). Menunjang pengembangan kota Cilacap
sebagai salah satu sentra industri Jawa Tengah selatan melalui penyediaan air
baku.
c). Meningkatkan taraf hidup masyarakat
(petani).
d). Menunjang pengembangan wisata di Kabupaten
Banyumas.
b. Pemeliharaan
Pada Bendung Gerak Serayu, pemeliharaan dilakukan
dengan menggunakan alat penyaring sampah dimana apabila terdapat banyak
sampah-sampah di air dapat difilter atau disaring agar tidak terbawa. Dana
perawatan dan pemeliharaan Bendung Gerak Serayu tersebut setiap tahun tersedia
dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Air (BPSDA) yang merupakan dana rutin (APBN).
c.
Dampak
Dampak positif yang ditimbulkan dari pembangunan
Bendung Gerak Serayu antara lain yaitu :
1)
Tempat Wisata
Merupakan salah satu investasi tempat wisata di Banyumas yaitu untuk wisata
air. Sering kali digunakan untuk perlombaan balap perahu.
2)
Penyerapan Tenaga Kerja
Di sekitar Bendung Gerak Serayu ditemui banyak masyarakat sekitar yang
membuka usaha antara lain warung makan, kios bunga dan jasa tambal ban.
B.
Pemandian Tirta Husada Kalibacin
Pemandian
Tirta Husada Kalibacin merupakan cagar budaya milik Pemda yang dibangun pada
tahun 1892. Lokasi Pemandian Tirta Husada Kalibacin yaitu di seberang jalan
Bendung Gerak Serayu. Tirta
Husada berasal dari kata tirta dan husada, tirta artinya air dan husada artinya
berobat. Di pemandian ini terdapat sebuah kolam yang merupakan kolam
penampungan air untuk dialirkan ke tiga kamar pemandian, dimana di dalam kolam tersebut terdapat banyak lumut spora
yang mempunyai banyak manfaat. Air dalam kolam akan mengalami perubahan warna
dalam waktu sehari semalam yaitu hijau muda, hijau tua, biru, bening dan putih.
Pemandian
tirta husada kalibacin dibuka pada tahun 1892 oleh R. Dipowioto dan beberapa
kali mengalami perbaikan.
Perbaikan I tahun 1909 oleh R. Danoesoebroto
Perbaikan II tahun 1922 oleh R. Danoesoebroto
Perbaikan III tahun 1924 oleh R. Danoesoebroto
Perbaikan IV tahun 1928 oleh R.M. Tjokrodiprodjo
1.
Keistimewaan
Keistimewaan pemandian tirta husada kalibacin
yaitu memiliki manfaat untuk pengobatan berbagai penyakit diantaranya penyakit
kulit, syaraf dan tulang. Di
pemandian ini terdapat tiga kamar pemandian yang sesuai dengan fungsinya
masing-masing yaitu untuk penyakit kulit, penyakit syaraf dan penyakit
tulang.
2.
Kandungan mineral
Air pada pemandian tirta husada kali bacin
mempunyai pH sekitar 7-9. Kandugan mineral yang terkandung dalam air
tersebut antara lain:
a. Nitrit = 0,05 mg
b.Cl =
21,30 mg
c. Zn = 0,20 mg
d.Mg =
54,60 mg
e. Kalsium = 58,11 mg
f. Zat
Organik = 5,37 mg
g.Zat padat = 40 mg
h.Sulfat (SO4) = 13,5 mg
C.
Flora
Sungai Serayu terletak di Desa Tambaknegara dengan
luasan 892.330 Ha. Desa ini terdiri atas hutan seluas 391.800 Ha, perkebunan
seluas 18.800 Ha, sawah seluas 133.678 Ha, tanah kering seluas 349.800 Ha dan
pemukiman seluas 132.984 Ha.
Dalam hutan yang mempunyai luasan sekitar 391.800
Ha terdapat beraneka ragam tanaman diantaranya tanaman pulle. Tanaman ini
merupakan tanaman langka karena hanya terdapat satu dan tidak dapat diperbanyak
atau dikembangbiakkan dengan cara apapun baik itu melalui cara vegetatif yaitu
cangkok, stek, maupun dengan cara generatif melalui biji.
Selain itu di daerah sekitar objek wisata tirta
husada kali bacin juga terdapat tanaman lain yang merupakan tanaman obat
tradisional antara lain yaitu tanaman langkap, tanaman pinus, tanaman ketepeng
dll.
III.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisik, kimiawi,
dan mikrobiologi perairan Sungai Serayu menunjukkan bahwa kualitas air di
Sungai Serayu baik. Nilai-nilai parameter tersebut telah dibandingkan dengan
standar baku
mutu kualitas air berdasarkan PP 82/2001.
2.
Tujuan dibangun Bendung Gerak Serayu yaitu untuk
mengairi sawah-sawah petani yang berada di daerah Maos, Kroya, Sumpiuh,
Kemranjen, Kebasen, dan Tambak agar dapat terus bercocok tanam pada musim
kemarau.
3. Dampak positif yang ditimbulkan dari
pembangunan Bendung Gerak Serayu antara lain yaitu tempat wisata dan penyerapan
tenaga kerja.
4. Pemandian Tirta Husada Kalibacin merupakan objek wisata
yang memiliki manfaat untuk mengobati berbagai penyakit diantaranya penyakit
kulit, syaraf dan tulang karena mengandung berbagai unsur mineral yang dapat
membantu mengobati penyakit tersebut.
5. Terdapat tanaman pulle yang merupakan tanaman
langka karena hanya terdapat satu dan tidak bisa diperbanyak dengan cara apapun
baik itu secara vegetatif maupun generatif.
B. Saran
Perlu dilakukan pengelolaan yang baik
agar Bendung Gerak Serayu dan Objek Wisata Pemandian Tirta Husada Kalibacin
dapat menjadi objek wisata yang diminati oleh masyarakat Banyumas pada
khususnya dan masyarakat Indonesia
pada umumnya sehingga dapat memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Reksohadiprodjo, Sukanto ,dkk. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Alam, BPFE
Yogyakarta, 1985.
Suparmoko, M.
Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkuangan, BPFE Yogayakarta, 1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar