Minggu, 12 Mei 2013

LAPORAN EKONOMI SUMBERDAYA ALAM


I.      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak bumi, ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Pengelolaan sumber daya yang baik akan meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Sebaliknya pengelolaan sumber daya alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan persoalan pengelolaan sumber daya alam adalah bagaimana mengelola sumber daya alam tersebut agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian sumber daya alam itu sendiri.
Ekonomi Sumber Daya Alam merupakan salah satu mata kuliah pada program studi Sosial Ekonomi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto. Mata kuliah ini diberi bobot 2/1 SKS, artinya dua SKS tatap muka (kuliah) dan satu SKS praktikum. Secara umum, praktikum ini sangat baik dan tepat karena mahasiswa dapat menerapkan teori-teori yang telah didapat dalam kuliah.




B.     Tujuan



Praktikum ini bertujuan: melatih mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi dan menganalisis keadaan sumber daya alam yang ada disekitar Bendung Gerak Serayu dan Pemandian Kalibacin, yang meliputi:
1.                       Identifikasi maslah-masalah dalam pengelolaan sumberdaya alam
2.                                                                             Tindakan pelestarian sumberdaya alamyang dilakukan

C.    Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum Ekonomi Sumberdaya Alam adalah:
1.                       Mahasiswa dapat mengetahui dan mengamati secara langsung keberadaan sumberdaya alam
2.                       Mahasiswa dapat mengetahui usaha-usaha pelestarian terhadap sumberdaya alam









II.                Metode Praktikum




  1. Waktu Praktikum


Praktikum lapang di Bendung Gerak Serayu, Pemandian Kalibacin dan daerah sekitarnya dengan bobot 1 SKS, dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2010.



B.     Metode
Metode pengambilan data yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:
a.       Pengambilan data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara mengadakan wawancara dengan karyawan/administrasi.
b.      Mencari informasi data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan dan dokumen perusahaan atau literatur yang berkaitan dengan Bedung Gerak Serayu dan Obyek Wisata Kalibacin.
c.       Kepustakaan yaitu mencari informasi tentang data dan referensi yang dibutuhkan melalui studi pustaka, baik berupa buku, jurnal, maupun artikel di internet.










C.    Materi
1.    Pengertian Konservasi
Konservasi adalah suatu tindakan untuk mencegah pengurasan sumberdaya alam dengan cara pengambilan yang tidak berlebihan sehingga dalam jangka panjang sumberdaya alam tetap tersedia. Konservasi dapat juga diartikan menjaga kelestarian terhadap alam demi kelangsungan hidup manusia. Tindakan-tindakan konservasi dapat berupa beberapa cara antara lain:
a.    Melakukan perencanaan terhadap pengambilan sumberdaya alam, yaitu dengan pengambilan secara terbatas, dan tindakan yang mengarah pada pengurasan perlu dicegah.
b.    Mengusahakan eksploitasi sumberdaya alam secara efisien yakni dengan limbah sesedikit mungkin.
c.    Mengembangkan sumberdaya alternatif atau mencari sumberdaya pengganti sehingga sumberdaya alam yang terbatas jumlahnyadapat disubstitusikan dengan sumberdaya alam jenis yang lain.
d.    Menggunakan unsur-unsur teknologi yang sesuai dalam mengeksploitasi sumberdaya alam agar dapat menghemat penggunaan sumberdaya tersebut dan tidak merusak lingkungan.
e.    Mengurangi, membatasi dan mengatasi pencemaran lingkungan karena pencemaran akan mengakibatkan cadangan sumberdaya alam semakin cepat habis karena kepunahan, seperti ikan, tanah, dan sebagainya.
Tindakan konservasi ini amat perlu khususnya bagi sumberdaya alam yang sifatnya tidak dapat pulih dengan sendirinya. Tindakan konservasi bagi sumberdaya alam yang dapat pulih (renewable resources) dapat dilakukan dengan lebih hati-hati, misalnya untuk konservasi hutan dapat dilakukab dengan berbagai sistem tebang pilih, reboisasi dan penghijauan.
2.    Pengertian Deplisi (Depletion)
Deplisi adalah suatu cara pengambilan sumberdaya alam secara besar-besaran, dengan tujuan untuk memenuhi bahan mentah. Dalam proses pembangunan yang mengajar tingkat pertumbuhan tinggi, cenderung mengarah pada pengurasan isi alam.
Kepunahan sumberdaya alam disebabkan oleh dua kelompok, yaitu:
a.       Kelompok Kapitalis
-                                                                                                                   Bekerja untuk memaksimalkan laba
-    Berusaha menggali sumberdaya alamsebanyak mungkin dalam jangka waktu tertentu.
b.      Kelompok Miskin
Mengambil sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.
3.        Penggunaan Sumberdaya Alam yang Lestari
Setiap tindakan yang diarahkan kepada kelestarian penggunaan sumberdaya alam dapat diartikan sebagai suatu tindakan konservasi. Penggunaan SDA secara maksimal dan lestari dianggap sebagai tujuan dalam usaha konservasi sumberdaya alam baik oleh swasta maupun pemerintah. Konsep ini berlaku misalnya untuk sumberdaya ikan dengan asumsi:
a.         Harus ada panenan maksimum yang dapat dilaksanakan secara periodik tanpa mempengaruhi pertumbuhan alami.
b.         Tindakan ekonomis untuk meningkatkan atau menstabilkan pertumbuhan almiah beserta pemanenannya, dengan cara tertentu seperti menggunakan perbaikan lingkungan hidup dan pemberian pakan.
c.         Biaya untuk panen dan permintaan terhadap produk tidak ekonomis dilaksanakan apabila kurang dari jumlah panenan maksimal menurut kondisi alamiah.
4.        Standar Minimal yang Aman untuk Konservasi
Kebijakan konservasi sangat dikaitkan dengan kelompok sumberdaya alam yang memiliki daerah kritis, oleh karena itu standar minimal yang aman sangat berarti bagi kebijakan konservasi yaitu menghindari daerah kritis (Critical Zone), yaitu kondisi fisik sumberdaya alam yang karena ulah manusia berakibat tidak ekonomis untuk menghentikan tindakan deplisi.
5.        Sumberdaya Air
a.         Masalah dalam Penggunaan Sumberdaya Air
Dalam hal penggunaan sumberdaya air yang terbaik, maksudnya agar dicapai penggunaan yang optimal dalam jangka panjang, ada permasalahan pokok yang dihadapi antara lain:
1)        Bagaimana pengalokasian air yang tersedia (water supply) di antara berbagai penggunaan atau sektor (among users).
2)        Bagaimana mendistribusikan air diantara pemakai air.
3)        Bagaimana mengalokasikan air itu diantara daerah yang berbeda.
4)        Bagaimana mendistribusikan air diantara waktu.
5)        Bagaimana seharusnya pengelolaan atau siapa pengelola sumberdaya itu.
b.         Masalah pendistribusian Sumberdaya Air
Di dalan menentukan distribusi air ada beberapa pedoman, satu diantaranya adalah prinsip nilai guna batas yang sama bagi setiap penggunaan (equimarginal value in use). Yaitu penggunaaan air pada pemakaian satuan yang terakhir harus memberikan guna batas (marginal value) yang sama untuk masing-masing penggunaan.
Dalam penggunaan air yang sifatnya bersaing atau subtitusi, misalnya antara penggunaan air untuk industri atau hidro power dan penggunaan air untuk irigasi, perlu diketahui bahwa MVU akan menurun bersamaan dengan jumlah pemakaian air yang meningkat dan sebaliknya akan meningkat dengan penggunaan air yang semakin sedikit. Prinsip ini menegaskan bahwa sumber daya air akan dialokasikan untuk seluruh pemakai dan dan penggunaan sampai diperoleh nilai penggunaan marjinal yang sama dari masing-masing penggunaan satuan air yang terakhir. Pemakaian akan berhenti pada saat satuan air yang terakhir memberikan satuan nilai batas yang sama diantara penggunaan yang bersaingan tersebut. Pada keadaan ini penggunaan air mencapai tingkat yang paling efisien.






III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Air Serayu

1.      Pemantauan Kualitas Air
Pemantauan kualitas air Sungai Serayu terhadap satu sumber air dilakukan dengan dua stasiun titik pengamatan. Dua stasiun titik pengamatan tersebut adalah:
Stasiun I      : Sungai Serayu Hulu, terletak di Desa Buntu Kecamatan Kejalar.
Stasiun III    : Sungai Serayu Hilir, terletak di Desa Sawangan Kecamatan Leksono.
Hasil pengukuran parameter fisik, kimiawi, dan mikrobiologi perairan dari kedua stasiun dapat dicermati pada Tabel di bawah ini :






















Tabel 1. Hasil analisis air terhadap sifat fisik, kandungan kimia, dan mikrobologi air di Sungai Serayu Hulu dan Sungai Serayu Hilir.
No
Parameter
Satuan
Stasiun
I
III
Fisika



1
Temperatur
0C
20
26
2
TDS
mg/L
155
174
3
TSS
mg/L
21
25
4
Kekeruhan
NTU
5,2
5,6
5
Debit air
M3/detik
7,01
40,74
Kimia Organik



1
pH
-
6,79
7,5
2
BOD
mg/L
0,91
4,02
3
COD
mg/L
9
21
4
DO
mg/L
7,1
7,3
5
Total fosfat-P
mg/L
0,6213
0,9115
6
Nitrat-N
mg/L
6,1312
0,6036
7
Amoniak-N
mg/L
0,3574
0,1245
8
Arsen
mg/L
Ttd
ttd
9
Cobalt
mg/L
Ttd
ttd
10
Barium
mg/L
Ttd
ttd
11
Boron
mg/L
Ttd
ttd
12
Selenum
mg/L
Ttd
ttd
13
Cadnium
mg/L
Ttd
0,007
14
Krom
mg/L
0,002
0,003
15
Tembaga
mg/L
0,011
0,049
16
Besi
mg/L
0,380
0,896
17
Timbal
mg/L
0,017
0,031
18
Mangan
mg/L
0,221
0,201
19
Air Raksa
mg/L
Ttd
ttd
20
Seng
mg/L
0,597
0,432
21
Khlorida
mg/L
9,1352
61,9808
22
Sianida
mg/L
Ttd
ttd
23
Fluoride
mg/L
Ttd
ttd
24
Nitrit-N
mg/L
0,3104
0,0108
25
Sulfat
mg/L
21,6816
5,0135
26
Khlorin Bebas
mg/L
Ttd
ttd
27
H2S-S
mg/L
Ttd
ttd
Mikrobiologi



1
Fecal Coliform
Jml/100 ml
>1100
>1100
2
Total Coliform
Jml/100 ml
>1100
>1100

Adapun hasil analisis plankton perairan air tawar di stasiun yang sama dengan di atas dapat dicermati pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Kelimpahan plankton perairan air tawar di Stasiun Sungai Serayu    Hulu dan Sungai Serayu Hilir.
No
Parameter
Stasiun


I
III
1.
Chlorophyta



1. Ankystrodesmus
1


2. Chlorella sp.
2
3

3. Chlorococcum sp.



4. Cosmarium paseolus

1

5. Crucigenia sp
6


6. Dispora sp.

1

7. Coccinodiscus

1

8. Straurastrum sp.



9. Closterium cutvula



10. Closterium ehrenbergii



11. Closterium cetaceum



12. Moegotiopsis clospora



13. Scenedesmus bijuga



14. Spirogyra prolifica



15. Cosmarium granatum var.


2.
Cyanophyta



1. Anabaena sp.
3


2. Chroococcus sp.



3. Hyalotheca sp.
1


4. Mycrocystis sp.
1


5. Polycystis sp.
2


6. Pyrocystis sp.



7. Spirulina sp.



8. Ankystrodesmus



9. Cyclotella sp.
3
2

10. Cymbella ventricosa



11. Diatoma vulgare
4


12. Gomphonema sp.



13. Gyrosigma acuminatum
2
5

14. Melosira sp.
1


15. Navicula sp.
11
19

16. Nitzshia sp.
5
15

17. Synedra ulna
1


18. Tabellaria sp.
1


19. Tintinopsis sp.
5
9

20. Actinastrum sp.



21. Talasionema sp.



22. Lyngbya contorta


3.
Pyrophyta



1. Cerratium sp.
1


2. Chodatella quadriseta



3. Piridinium apiculata


4.
Euglenophyta



1. Euglena sp.
2

5.
Zooplankton



1. Ceriodaphnia



2. Cyclops
2


3. Naupllius



4. Daphnia pulex



5. Sinocalanus sinenis



6. Paramecium caudatum



7. Chlamydophrys minor


Total kelimpahan (ind/l)
57
57
Indeks diversitas
2,7
0,2

a.       Hulu
1).    Kualitas Air Sungai Serayu Hulu
Parameter kualitas air Sungai Serayu Hulu dalam Tabel  1 tercantum pada kolom Stasiun I. Agar dapat dilakukan interpretasi dan penilaian kualitas airnya, maka nilai-nilai parameter tersebut dibandingkan dengan standar baku mutu kualitas air berdasarkan PP 82/2001, hasilnya dapat dicermati pada tabel berikut ini.
Tabel  3. Parameter kualitas air Sungai Serayu Hulu, 2007
No
Parameter
Satuan
Hasil Analisis
Baku Mutu PP 82/2001 Kelas II
Metode Uji
FISIKA




1
Temperatur
°C
20
Deviasi 3
SNI 2005: 06-6989. 23-2005
2
TDS
mg/L
155
1000
SNI 2005: 06-6989. 27-2005
3
TSS
mg/L
21
50
SNI 2004: 06-6989. 03-2004
4
Kekeruhan
NTU
5,2
25
SNI 2004: 06-6989. 03-2004
5
Debit Air
m3/detik
7,01
(-)
-
KIMIA ORGANIK




1
pH
-
6,79
6 - 9
SNI 2004: 06-6989. 11-2004
2
BOD
mg/L
0,91
3
SNI 2004: 06-6989. 14-2004
3
COD
mg/L
9
25
SNI 2004: 06-6989. 15-2004
4
DO
mg/L
7,1
4
SNI 2004: 06-6989. 14-2004
5
Total fosfat-P
mg/L
0,6213
0,2
SNI 2005: 06-6989. 31-2005
6
Nitrat-N
mg/L
6,1312
10
SNI 1991: 06-2480-1991
7
Amoniak-N
mg/L
0,3574
(-)
SNI 2005: 06-6989. 30-2005
8
Arsen
mg/L
Ttd
1
SNI 2005: 06-6989. 54-2005
9
Kobalt
mg/L
Ttd
0,2
SNI 1991: 06-2471-1991
10
Barium
mg/L
Ttd
(-)
SNI 2005: 06-6989. 40-2005
11
Boron
mg/L
Ttd
1
SNI 1991: 06-2481-1991
12
Selenium
mg/L
Ttd
0,05
SNI 1991: 06-2475-1991
13
Cadmium
mg/L
Ttd
0,01
SNI 2004: 06-6989. 16-2004
14
Krom
mg/L
0,002
0,05
SNI 2004: 06-6989. 17-2004
15
Tembaga
mg/L
0,011
0,02
SNI 2004: 06-6989. 06-2004
16
Besi
mg/L
0,380
(-)
SNI 2005: 06-6989. 50-2005
17
Timbale
mg/L
0,017
0,03
SNI 2004: 06-6989. 08-2004
18
Mangan
mg/L
0,221
(-)
SNI 2004: 06-6989. 05-2004
19
Air Raksa
mg/L
Ttd
0,002
SNI 1991: 06-2462-1991
20
Seng
mg/L
0,597
0,05
SNI 2005: 06-6989. 44-2005
21
Khlorida
mg/L
9,1352
(-)
SNI 2004: 06-6989. 19-2004
22
Sianida
mg/L
Ttd
0,02
SNI 1991: 06-2474-1991
23
Fluoride
mg/L
Ttd
1,5
SNI 2005: 06-6989. 29-2005
24
Nitrit-N
mg/L
0,3104
0,06
SNI 2004: 06-6989. 09-2004
25
Sulfat
mg/L
21,6816
(-)
SNI 2004: 06-6989. 20-2004
26
Khlorin Bebas
mg/L
Ttd
0,02
SNI 1991: 06-2431-1991
27
H2S-S
mg/L
Ttd
0,002
SNI 1989: 06-1664-1989
MIKROBIOLOGI




1
Fecal Coliform
Jml/100 ml
> 1100
1000
APHA 1992: 9221-1992
2
Total Coliform
Jml/100 ml
> 1100
5000
APHA 1992: 9221-1992

2).    Fisika Air Sungai Serayu Hulu
Sifat fisika air sangat berpengaruh terhadap orang yang mengkonsumsi air tersebut dan juga sangat berperanan dalam perkembangan biologi air. Parameter fisika air yang dipantau pada kegiatan ini adalah temperatur, TDS, TSS, kekeruhan dan debit air.
a).    Temperatur
Temperatur air mempunyai peranan yang sangat besar dalam biota perairan, terutama ikan dalam proses metabolisme karena ikan termasuk hewan yang bersifat poikiloterm. Semakin tinggi temperature air akan mengakibatkan metabolisme dalam tubuh meningkat hingga mencapai titik optimum. Kisaran temperatur air untuk pertumbuhan ikan secara normal antara 200 - 320 C.
Hasil pengukuran temperatur air Sungai Serayu di bagian Hulu, pada saat pemantauan adalah 200 C. Berdasarkan PP 82/2001 untuk perairan kelas II, deviasi pemantauan adalah 3, sehingga kisaran temperaturnya 180 - 240 C. Batas bawah 180 C lebih rendah dari temperature yang dipersyaratkan bagi pertumbuhan ikan secara normal (200 C). Meskipun batas atas 240 C berada pada kisaran temperatur minimum yang dipersyaratkan untuk pertumbuhan ikan secara normal (200 - 320 C), namun dengan batas bawahnya yang hanya180 C, maka kondisi yang demikian memberi gambaran bahwa temperatur air Sungai Serayu di bagian hulu kurang mendukung terhadap pertumbuhan biologi air, khususnya ikan. Daerah Sungai Serayu hulu merupakan dataran tinggi sehingga telah diketahui bahwa semakin tinggi suatu tempat, maka temperaturnya semakin rendah dan berpengaruh terhadap lingkungannya termasuk temperatur air.
b).    TDS
TDS merupakan parameter yang menginformasikan total zat padat atau butiran yang terlarut dalam air. Hasil pengukuran TDS di Sungai Serayu hulu diperoleh angka 155. Angka tersebut menunjukkan total padatan yang terlarut 155 mg/L air. Baku mutu kualitas air kelas II berdasarkan PP 82/2001 adalah maksimum 1000 mg/L, sedangkan menurut Sukardi dkk. (1989) untuk pertumbuhan ikan, TDS meksimum yang diperbolehkan sampai 2000 mg/L. Dengan demikian nilai TDS di Sungai Serayu bagian hulu masih memenuhi batas yang dipersyaratkan bagi pertumbuhan biologi air.
c).    TSS
TSS merupakan parameter yang menginformasikan total zat yang tersuspensi dalam air. Hasil pengukuran TSS di Sungai Serayu bagian hulu diperoleh angka 21. Angka tersebut menunjukkan total zat yang tersuspensi sebanyak 21 mg/L. Baku mutu kualitas air kelas II berdasarkan PP 82/2001 untuk TSS adalah maksimum 50 mg/L. Dengan demikian nilai TSS yang diperoleh di Sungai Serayu bagian hulu masih memenuhi batas yang dipersyaratkan bagi pertumbuhan biologi air, khususnya ikan. Bila dibandingkan dengan nilai TDS, menunjukkan nilai TSS lebih rendah daripada nilai padatan terlarut. Kondisi tersebut menggambarkan padatan yang ada, lebih banyak yang terbentuk padatan yang ukurannya kecil.
d).    Kekeruhan
Hasil kekeruhan air pada Sungai Serayu hulu diperoleh angka 5,2. Kadar maksinmum yang diperkenankan adalah 25. Kondisi yang demikian memberi gambaran bahwa tingkat kekeruhan di lokasi ini masih termasuk dalam ambang batas yang dipersyaratkan.
e).    Debit Air
Debit air memberi informasi volume air yang mengalir per detik di suatu titik tertentu. Hasil pengukuran debit air diperoleh angka 7,01. hal ini menunjukkan banyaknya air yang mengalir per detik di Sungai Serayu bagian hulu sebesar 6,91 m3 per detik. Rendahnya debit air ini karena keadaan fisik sungai di bagian hulu dangkal serta sempit.
3).    Kimia Air Sungai Serayu Hulu
Analisa kimia air Sungai Serayu dilakukan terhadap 27 parameter, diantara 27 parameter tersebut terdapat sebelas parameter yang tidak terdeteksi yaitu Arsen, Kobalt, Barium, Boron, Selenium, Kadmium, Air Raksa, Sianida, Fluorida, Khrom bebas, dan H2S-S. Sepuluh parameter yang tidak terdeteksi tersebut termasuk kategori logam berat kecuali H2S-S, dan bila keberadaannya melebihi ambang batas yang dipersyaratkan, maka dapat membahayakan bagi manusia maupun biologi perairan tersebut. Tidak terdeteksinya sebelas parameter di atas dapat diinterpretasikan bahwa air Sungai Serayu bagian hulu pada saat pemantauan, masih belum atau tidak mengandung komponen logam berat. Kondisi yang demikian memberi penilaian terhadap kualitas air yang bersifat positif atau baik.
4).    Mikrobiologi Air Sungai Serayu Hulu
Parameter mikrobiologi yang digunakan adalah fecal coliform dan total coliform. Baku mutu kualitas air kelas II untuk fecal coliform adalah 1000 dan total coliform adalah 5000. Hasil pengukuran baik fecal coliform dan total coliform masing-masing adalah >1100. Angka fecal coliform lebih besar dari ambang batas yang dipersyaratkan, dengan demikian fecal coliform yang terlarut dalam air di Sungai Serayu bagian hulu tidak termasuk dalam nilai ambang batas baku mutu kualitas air kelas II yang dipersyaratkan sesuai dengan PP 82/2001.
5).    Plankton Perairan Tawar Sungai Serayu Hulu
Hasil identifikasi fitoplankton yang ditemukan di perairan Sungai Serayu bagian hulu diperoleh empat division, yaitu Chlorophyta (3 spesies), Cyanophyta (13 spesies), Pyrrophyta (1 spesies), dan Euglenophyta (1 spesies). Zooplankton yang ditemukan terdiri atas 1 spesies. Total kelimpahan diperoleh 57 dan indeks diversitas-nya 2,7.


Tabel. 4. Kelimpahan plankton perairan Sungai Serayu Hulu di Kabupaten Wonosobo,2007
No
Divisio
Spesies
Jumlah
1
Chlorophyta
1. Ankystrodesmus
1


2. Chlorella sp.
2


3. Chlorococcum sp.
6
2
Cyanophyta
1. Anabaena sp.
3


2. Hyalotheca sp.
1


3. Mycrocystis sp.
1


4. Polycystis sp.
2


5. Cyclotella sp.
3


6. Diatoma vulgare
4


7. Gyrosigma acuminatum
2


8. Melosira sp.
1


9. Navicula sp.
11


10. Nitzshia sp.
5


11. Synedra ulna
1


12. Tabellaria sp.
1


13. Tintinopsis sp.
5
3
Pyrophyta
1. Cerratium sp.
1
4
Euglenophyta
1. Euglena sp.
2
5
Zooplankton
1. Cyclops
2
Total kelimpahan (ind/l)

57
Indeks diversitas

2,7
Sumber : Hasil analisis data primer
b.      Hilir
1).    Kualitas Air Sungai Serayu Hilir        
Parameter kualitas air Sungai Serayu hilir dalam tabel 3.1. tercantum pada kolom stasiun III. Agar dapat dilakukan interpretasi dan penilaian kualitas airnya, maka nilai-nilai parameter tersebut dibandingkan dengan standar baku mutu kualitas air berdasarkan PP 82/2001, hasilnya dapat dicermati pada tabel 3.7.
2).    Fisika Sungai Serayu hilir
Parameter fisika air Sungai Serayu bagian hilir yang dipantau pada kegiatan ini adalah temperatur, TDS, TSS, kekeruhan, dan debet air.
3).    Temperatur air
 Hasil pengukuran temperatur air Sungai Serayu bagian hilir, diperoleh angka 260C. berdasarkan PP 82/2001 untuk perairan kelas II, deviasi yang diperkenankan adalah 3, sehingga kisaran temperaturnya 230 – 290C. batas bawah 230C lebih tinggi daripada temperatur minimum yang dipersyaratkan bagi pertumbuhan ikan secara normal (200C). Batas atas 290C lebih rendah daripada temperatur maksimum yang dipersyaratkan untuk pertumbuhan ikan secara normal (320C). Kisaran temperatur air Sungai Serayu bagian hilir (230 - 290C), berada di dalam kisaran temperatur air yang dipersyaratkan bagi pertumbuhan ikan secara normal (200 - 320C). Kondisi yang demikian memberi gambaran bahwa temperatur di Sungai Serayu bagian hilir sangat mendukung bagi pertumbuhan biologi air, khususnya ikan. Lebih tingginya temperatur air Sungai Serayu bagian hilir dibandingkan dengan bagian hulu dari sungai yang sama dapat dipahami karena tempat pemantauan berada di Kecamatan Leksono yang memiliki ketinggian tempat jauh lebih rendah daripada bagian hulu, yaitu hanya sekitar 400 m dpl.
4).    TDS
Hasil pengukuran TDS di Sungai Serayu bagian hilir diperoleh angka 174. Angka tersebut menunjukkan total zat padat atau butiran yang terlarut sebanyak 174 mg per liter air, atau dinyatakan 174 mg/L. Baku mutu kualitas air kelas II berdasarkan PP 82/2001 untuk TDS adalah maksimum 1000 mg/L, sedangkan menurut Sukadi dkk (1989), untuk pertumbuhan ikan TDS maksimum yang diperbolehkan sampai 2000 mg/L. Dengan demikian nilai TDS yang diperoleh di Sungai Serayu bagian hilir nasih berada pada batas yang dipersyaratkan oleh PP 82/2001 maupun hasil penelitian Sukadi dkk., sehingga memenuhi syarat bagi pertumbuhan biologi air, khususnya ikan perairan tawar.
5).    TSS
Hasil pengukuran TSS di Sungai Serayu bagaian hilir diperoleh angka 25. Angka tersebut menunjukkan total zat yang tersuspensi sebanyak 25 mg per liter air, atau dinyatakan 25 mg/L. Baku mutu kualitas air kelas II berdasarkan PP 82/2001 untuk TSS adalah maksimum 50 mg/L. Dengan demikian nilai TSS yang diper oleh di Sungai Serayu bagaian hilir masih memenuhi datas yang dipersyaratkan bagi pertumbuhan biologi air, khususnya ikan. Kemudian jika dibandingkan dengan nilai TDS, menunjukkan nilai TSS lebih rendah daripada nilai padatan terlarut. Kondisi yang demikian sama dengan yang diperoleh di Sungai Serayu bagaian hilir yang menggambarkan bahwa padatan yang ada, lebih banyak yang berbentuk padatan yang ukurannya kecil.
6).    Kekeruhan
Hasil pengukuran kekeruhan air pada Sungai Serayu bagaian hilir diperoleh angka 5,6. kadar maksimum yang diperkenankan adalah 25. kondisi yang demikian memberikan gambaran bahwa tingkat kekeruhan di lokasi ini masih termasuk dalam ambang batas yang dipersyaratkan bagi kehidupan biota air.
7).    Debet Air
Hasil pengukuran debet air di Sungai Serayu bagaian hilir diperoleh angka 40,74. Hal ini berarti banyaknya air yang mengalir per detik di tempat pemantauan sebesar 40,74 m3 per detik. Lebih tingginya debet air di bagian hilir dibandingkan dengan debet air di bagian hulu dari sungai yang sama, dikarenakan keadaan fisik sungai di bagian hilir lebih dalam dan jarak antar tebing lebih lebar daripada di bagian hulunya.
8).    Kimia Air Sungai Serayu Hilir
Sebagaimana dapat dicermati pada Tabel 1, analisis kimia air dilakukan terhadap 27 parameter. Sama seperti di Telaga Menjer terdapat sepuluh parameter yang tidak terdeteksi. Sepuluh parameter yang tidak terdeteksi itu sama pula jenisnya dengan yang terdapat di Telaga Menjer. Kecuali H2-S-S, sembilan parameter itu yang tidak terdeteksi termasuk kategori logam berat dan jika keberadaannya melebihi ambang batas yang dipersyaratkan, maka dapat membahayakan bagi manusia ataupun biologi perairan bersangkutan. Tidak terdeteksinya sepuluh parameter di atas dapat diinterpretasikan bahwa air Sungai Serayu bagian hilir pada waktu pemantauan dilakukan, masih belum atau tidak mengandung komponen logam berat. Kondisi yang demikian memberi penilaian terhadap kualitas air yang bersifat positif atau baik, sehingga mendukung keadaan biologi perairan tawar, antara lain ikan.


9).    Mikrobiologi Air Sungai Serayu Hilir
Parameter mikrobiologi yang digunakan untuk penilaian kualitas air adalah fecal coliform dan total coliform. Baku mutu kualitas air kelas II untuk fecal coliform adalah 1000 dan total coliform adalah 5000. Hasil pengukuran baik fecal coliform dan total coliform masing-masing adalah >1100. Angka fecal coliform lebih besar dari ambang batas yang dipersyaratkan, dengan demikian fecal coliform yang terlarut dalam air di Sungai Serayu bagian hilir tidak termasuk dalam nilai ambang batas baku mutu kualitas air kelas II yang dipersyaratkan sesuai dengan PP 82/2001. 
10).  Plankton Perairan Tawar Sungai Serayu Hilir
Hasil identifikasi fitoplankton yang ditemukan di perairan Sungai Serayu bagian hilir diperoleh dua divisio, yaitu Chlorophyta (3 spesies) dan Cyanophyta (5 spesies). Zooplankton tidak ditemukan di perairan tersebut. Total kelimpahan diperoleh 57 dan indeks diversitas-nya 0,199.
Tabel 5.Kelimpahan plankton perairan Sungai Serayu Hilir di Kabupaten Wonosobo,2007
No
Divisio
Spesies
Jumlah
1
Chlorophyta
1. Chlorella sp.
3


2. Cosmarium paseolus
1


3. Dispora sp.
1


4. Coccinodiscus sp.
1
2
Cyanophyta
1. Cyclotella sp.
2


2. Gyrosigma acuminatum
5


3. Navicula sp.
19


4. Nitzshia sp.
15


5. Intinopsis sp.
9
Total kelimpahan (ind/l)

57
Indeks diversitas

0,2
Sumber : Hasil analisis data primer



2.      Bendung Gerak Serayu
Bendung Gerak Serayu pertama kali dibangun pada tahun 1993 oleh ahli bangunan air yang berasal dari Perancis bernama BCOOM dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada bulan November 1996. Pada awalnya merupakan bendung biasa yang dikenal dengan Bendung Gambar Sari. Pembangunan bendung ini menghabiskan biaya sekitar 108 milyar yang berasal dari pinjaman luar negeri (ADP) dengan grace period 3 tahun. Pengembalian dana tersebut termasuk dalam RAPBN dimana petani yang lahannya mendapat pengairan wajib membayar melalui P3A (Perkumpulan Petani Pengelola Air) dalam jangka waktu 50 tahun. Sistem pembayarannya yaitu menggunakan beras yang besarnya tetap setiap musim. Apabila mengalami kegagalan panen maka pembayaran diakumulasi.
Bendung Gerak Serayu tersebut terletak di sungai Serayu, desa Gambarsari Kecamatan Kebasen kabupaten Banyumas Propinsi Jawa Tengah ± 15 km di sebalah Selatan Kota Purwokerto.
a.        Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan pembangunan bendung dan peningkatan jaringan irigasi atau drainase ini adalah:
b.          Maksud
a).    Menjamin pengaliran air irigasi untuk sawah seluas 20.795 ha yang meliputi wilayah:
Kabupaten Banyumas                 :   3.358 ha
Kabupaten Cilacap : 17.057 ha
Kabupaten Kebumen                  :      644 ha
b).    Memasok air baku untuk domestik, munisipal dan industri kota Cilacap, Kroya dan Maos, sebesar 5,26 m3/detik.
c).    Mengatasi genangan pada daerah irigasi seluas 2.390 ha yang terjadi pada setiap musim penghujan.
c.           Tujuan
a).    Meningkatkan produksi beras melalui peningkatan area persawahan teknis dari 17.760 ha menjadi 20.795 ha dan peningkatan intensitas tanam dari 165% menjadi 200%.
b).    Menunjang pengembangan kota Cilacap sebagai salah satu sentra industri Jawa Tengah selatan melalui penyediaan air baku.
c).    Meningkatkan taraf hidup masyarakat (petani).
d).    Menunjang pengembangan wisata di Kabupaten Banyumas.
b.      Pemeliharaan
Pada Bendung Gerak Serayu, pemeliharaan dilakukan dengan menggunakan alat penyaring sampah dimana apabila terdapat banyak sampah-sampah di air dapat difilter atau disaring agar tidak terbawa. Dana perawatan dan pemeliharaan Bendung Gerak Serayu tersebut setiap tahun tersedia dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Air (BPSDA) yang merupakan dana rutin (APBN).
c.       Dampak
Dampak positif yang ditimbulkan dari pembangunan Bendung Gerak Serayu antara lain yaitu :
1)       Tempat Wisata
Merupakan salah satu investasi tempat wisata di Banyumas yaitu untuk wisata air. Sering kali digunakan untuk perlombaan balap perahu.
2)        Penyerapan Tenaga Kerja
Di sekitar Bendung Gerak Serayu ditemui banyak masyarakat sekitar yang membuka usaha antara lain warung makan, kios bunga dan jasa tambal ban.

B.     Pemandian Tirta Husada Kalibacin

Pemandian Tirta Husada Kalibacin merupakan cagar budaya milik Pemda yang dibangun pada tahun 1892. Lokasi Pemandian Tirta Husada Kalibacin yaitu di seberang jalan Bendung Gerak Serayu. Tirta Husada berasal dari kata tirta dan husada, tirta artinya air dan husada artinya berobat. Di pemandian ini terdapat sebuah kolam yang merupakan kolam penampungan air untuk dialirkan ke tiga kamar pemandian, dimana di dalam  kolam tersebut terdapat banyak lumut spora yang mempunyai banyak manfaat. Air dalam kolam akan mengalami perubahan warna dalam waktu sehari semalam yaitu hijau muda, hijau tua, biru, bening dan putih.
Pemandian tirta husada kalibacin dibuka pada tahun 1892 oleh R. Dipowioto dan beberapa kali mengalami perbaikan.
Perbaikan I      tahun 1909 oleh R. Danoesoebroto
Perbaikan II    tahun 1922 oleh R. Danoesoebroto
Perbaikan III   tahun 1924 oleh R. Danoesoebroto
Perbaikan IV   tahun 1928 oleh R.M. Tjokrodiprodjo
1.      Keistimewaan
Keistimewaan pemandian tirta husada kalibacin yaitu memiliki manfaat untuk pengobatan berbagai penyakit diantaranya penyakit kulit, syaraf dan tulang. Di pemandian ini terdapat tiga kamar pemandian yang sesuai dengan fungsinya masing-masing yaitu untuk penyakit kulit, penyakit syaraf dan penyakit tulang. 
2.      Kandungan mineral
Air pada pemandian tirta husada kali bacin mempunyai pH sekitar 7-9. Kandugan mineral yang terkandung dalam air tersebut antara lain:
a. Nitrit                   = 0,05 mg
b.Cl                     = 21,30 mg
c. Zn                    = 0,20 mg
d.Mg                      = 54,60 mg
e. Kalsium              = 58,11 mg
f.  Zat Organik     = 5,37 mg
g.Zat padat             = 40 mg
h.Sulfat (SO4)     = 13,5 mg

C.    Flora

Sungai Serayu terletak di Desa Tambaknegara dengan luasan 892.330 Ha. Desa ini terdiri atas hutan seluas 391.800 Ha, perkebunan seluas 18.800 Ha, sawah seluas 133.678 Ha, tanah kering seluas 349.800 Ha dan pemukiman seluas 132.984 Ha.
Dalam hutan yang mempunyai luasan sekitar 391.800 Ha terdapat beraneka ragam tanaman diantaranya tanaman pulle. Tanaman ini merupakan tanaman langka karena hanya terdapat satu dan tidak dapat diperbanyak atau dikembangbiakkan dengan cara apapun baik itu melalui cara vegetatif yaitu cangkok, stek, maupun dengan cara generatif melalui biji.
Selain itu di daerah sekitar objek wisata tirta husada kali bacin juga terdapat tanaman lain yang merupakan tanaman obat tradisional antara lain yaitu tanaman langkap, tanaman pinus, tanaman ketepeng dll.

                                                                         III.      KESIMPULAN DAN SARAN


A.   Kesimpulan

1.       Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisik, kimiawi, dan mikrobiologi perairan Sungai Serayu menunjukkan bahwa kualitas air di Sungai Serayu baik. Nilai-nilai parameter tersebut telah dibandingkan dengan standar baku mutu kualitas air berdasarkan PP 82/2001.
2.       Tujuan dibangun Bendung Gerak Serayu yaitu untuk mengairi sawah-sawah petani yang berada di daerah Maos, Kroya, Sumpiuh, Kemranjen, Kebasen, dan Tambak agar dapat terus bercocok tanam pada musim kemarau.
3.       Dampak positif yang ditimbulkan dari pembangunan Bendung Gerak Serayu antara lain yaitu tempat wisata dan penyerapan tenaga kerja.
4.        Pemandian Tirta Husada Kalibacin merupakan objek wisata yang memiliki manfaat untuk mengobati berbagai penyakit diantaranya penyakit kulit, syaraf dan tulang karena mengandung berbagai unsur mineral yang dapat membantu mengobati penyakit tersebut.
5.        Terdapat tanaman pulle yang merupakan tanaman langka karena hanya terdapat satu dan tidak bisa diperbanyak dengan cara apapun baik itu secara vegetatif maupun generatif.




B.   Saran

        Perlu dilakukan pengelolaan yang baik agar Bendung Gerak Serayu dan Objek Wisata Pemandian Tirta Husada Kalibacin dapat menjadi objek wisata yang diminati oleh masyarakat Banyumas pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya sehingga dapat memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

  

DAFTAR PUSTAKA

Reksohadiprodjo, Sukanto ,dkk. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Alam, BPFE Yogyakarta, 1985.
Suparmoko, M. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkuangan, BPFE Yogayakarta, 1997.



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar