I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam dunia usaha pada umumnya setiap perusahaan
mempunyai suatu laporan
finansial mengenai keadaan keuangan dalam periode
tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kinerja secara keseluruhan dari suatu perusahaan. Dengan
mengadakan analisa
laporan finansial dari perusahaan maka dapat diketahui keadaan dan
perkembangan finasial perusahaan tersebut Yang menjadi
tujuan untuk praktikum manajemen keuangan kali ini adalah:
1. Untuk membandingkan likuiditas antara 2 perusahaan
2. Untuk membandingkan
solvabilitas antara 2
perusahaan
3. Untuk membandingkan rentabilitas antara 2 perusahaan
4. Serta membahas mengapa terjadi
perbedaan antara ke-2 perusahaan tersebut.
Analisis laporan keuangan menggunakan rasio-rasio keuangan dalam bentuk rumusan matematis.
B.
Tujuan Praktikum
1.
Menghitung dan membandingkan likuiditas pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk dan PT. Japfa Comfeed.
2.
Menghitung
dan membandingkan solvabilitas pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk dan PT. Japfa Comfeed.
3.
Menghitung
dan membandingkan rentabilitas pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk dan PT. Japfa Comfeed.
C. Manfaat Praktikum
1.
Bagi Penulis
Manfaat
yang dapat di ambil bagi penulis dari penulisan ilmiah ini adalah penulis dapat
mengetahui kondisi keungan suatu perusahaan yang dilihat dari tingkat
likuiditas,solvabilitas,dan rentabilitas.
2.
Bagi Perusahaan
Penulisan ilmiah ini
diharapkan menjadi pedoman atau sebagai bahan evaluasi bagi manajemen
perusahaan agar dapat dijadikan masukan dan dasar dalam pengambilan keputusan.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Rasio merupakan alat
ukur yang digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan keuangan. Rasio
menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain. Dengan menggunkan alat analisa berupa rasio keuangan dapat
menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau
buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu period eke
periode berikutnya.
Analisis rasio
keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba
rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah
perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Analisis
rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon
investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan dana.
(Zaki Baridwan, 1997 :17).
Penggolongan
berdasarkan tujuan penganalisis:
1.
Rasio
likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini
dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos
aktiva lancar dan hutang lancar.
Di tinjau dari likuiditas, maka keadaan
perusahaan dapat dibedakan :
a. Likuid, perusahaan yang mampu memenuhi seluruh
kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
b. Ilikuid, perusahaan yang tidak mampu memenuhi
kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendeknya.
Disamping itu likuiditas digolongkan atas :
a. Likuiditas badan usaha, kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada pihak luar perusahaan (
kreditur ).
b. Likuiditas perusahaan, kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya kepada pihak dalam perusahaa.
Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut :
a.
Current
Ratio
Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar
menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar
dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban
jangka pendeknya. Besar current ratio yang ideal belum ada suatu patokan yang
apsti, namun standar umumyang digunakan 200% atau 2:1 yang berarti nilai aktiva
lancar adalah dua kali dari hutang lancar atau setiap satu rupiah hutang lancar
harus dapat dijamin sedikitnya dengan dua rupiah aktiva lancar.
b.
Quick
Ratio
Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar
yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semaki besar rasio ini semakin
baik. Rasio ini disebut juga Acid test rasio. Untuk quick rasio ukuran
berdasarkan prinsaip hati-hati adalah 100% atau 1:1 dianggap cukup memuaskan
didalam perusahaan apabila kurang maka dianggap kurang baik.
c.
Cash
Ratio
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan
untuk membayar utang jangka pendeknya yang harus segera dipenuhi dengan kas dan
surat berharga dalam perusahaan yang dapat segera di uangkan. Kegunaan dari
rasio ini adalah untuk mengetahui bahwa setiap hutang lancar Rp. 1, 00 di
jaminkan oleh kas dan efek sebesar hasil yang diperoleh dari cash rationya,
tidak terdapat standar khusus pada cash ratio sehingga penilaianya tergantung
kebijakan perusahaan.
2.
Rasio Solvabilitas
Rasio solvabiliats menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau
kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung
dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang
jangka panjang.
Besarnya ukuran umum yang dipakai adalah 200%
atau 2:1 yang berarti dua kali dari total hutang perusahaan dikatakan solvable
bila rasionya kurang dari 200%.
Di tinjau ari solvabilitas, maka keadaan
perusahaan di bedakan menjadi :
a. Solvable, perusahaan mampu memenuhi semua
kewajiban keuangan nya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b. Insolvable, perusahaan tidak mampu memenuhi
semua kewajiban keuangannya apabila perusahaan dilikuidasi.
Yang termasuk rasio solvabikitas antara lain :
a.
Total
Debt to Total Equity Ratio
Rasio ini membandingkan total utang dengan
modal pemilik ( ekuitas ). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian
setiap rupiah dari modal pemilik yang digunakan untuk menjamin utang. Semakin
besar rasio ini semakin tidak menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan
modal pemilik terhadap utang semakin kecil. Rasio ndiatas 100% sangat berbahaya
bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar dari pada modal pemilik.
b.
Total
Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini membandingkan jumlah total utang
dengan aktiva total yang dimiliki perusahaan. Dari rasio ini, kita dapat
mengetahui bebrapa bagian aktiva yang di gunakan untuk menjamin utang.
Biasanya, para kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah, sebab semakin
rendah rasio utang perusahaan yang diberi kredit akan semakin besar tingkat
keamanan yang didapat kreditur pada waktu likuidasi
c.
Long term
Debt to Equity Ratio
Rasio ini membandingkan antara utang jangka
panjang dan modal pemilik. Rasio ini menunjukan berapa bagian modal pemilik
yang menjadi jaminan utang jangka panjang. Dengan kata lain, rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan modal pemilik untuk menutup utang jangka
panjang. Semakin rendah rasio ini akan semakin aman bagi kreditur jangka
panjang.
Ditinjau dari segi likuiditas dan
solvabilitas, maka suatu perusahaan dapat mengalami keadaan :
a.
Likuid dan Solvabel
Yaitu perusahaan yang dapat memenuhi kewajiban
keuanganya baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
b.
Likuid
tetapi Insolvabel
Yaitu perusahaan yang dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya tetapi tidak dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
c.
Likuid
dan Solvabel
Yaitu perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban
jangka pendeknya tetapi dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya
d.
Likuid dan Insolvabel
Yaitu perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajiban
keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
3.
Rasio
rentabilitas
Rasio rentabilitas atau disebut juga
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan,dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,kas,modal,jumlah
karyawan,jumlah cabang,dan sebagainya. Rasio ini menggambarkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Beberapa jenis rasio
rentabilitas adalah sebagai berikut:
a.
Net
Profit Margin
Net profit margin adalah rasio yang
membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dan penjualan bersih untuk
menunjukan berapa bagian dari penjualan bersih yang menjadi laba setelah bung
dan pajak. Semakin tinggi rasio ini semakin menguntungkan karena laba bersih
perusahaan semakin besar.
b.
Return On
Investment
Return on investment adalah salah satu bentuk
dari rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini
menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan
jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan
operasi tersebut.
c.
Operating
Income Rastio
Rasio ini membandingkan antara laba sebelum
bunga dan pajak (laba operasi) dan penjualan bersih.rasio ini menunjukan berapa
bagian penjuaalan neto yang merupakan laba usaha. Semakin tinggi rasio ini
menunjukan semakin tinggi keuntungan yang di peroleh suatu perusahaan
d.
Return On
Equity
Adalah rasio yang membandingkan antara laba
bersih (laba setelah bunga dan pajak) dan jumlah modal sendiri. Rasio ini
menunjukan kemampuan modal pemilik yang di tanamkan oleh pemilik atau investor
untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Semakin tinggi
rasio ini semakin tinggi keuntungan investor karena semakin efisien modal yang
ditanamkannya.dengan demikian , rasio ini sangat mendapat perhatian para
investor.
4. Dan rasio lain yang sesuai dengan kebutuhan
penganalisis.
III.
HASIL
Dengan Analisis Rasio Keuangan, maka kita
dapat menganalisis laporan keuangan PT
Japfa Comfeed dan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, dengan melakukan interpretasi untuk tiga jenis rasio
yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas,dan Rasio Rentabilitas sebagai
berikut :
A. Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas adalah
rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek.
Perhitungan Rasio Likuiditas PT. Kimia Farma (Persero) Tbk tahun
2008.
Likuiditas tahun 2008.
Likuiditas =
=
= 2,23
Current ratio = 2,23 : 1
Perhitungan Rasio likuiditas PT
Japfa Comfeed pada tahun 2008
1. Likuiditas tahun 2008
Likuiditas =
= 3.433.619.000.000
1.980.816.000.000
= 1,7334
B. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas
adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban dalam jangka
panjang jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini disebut juga rasio pengungkit yaitu
menilai batasan perusahaan
dalam meminjam uang.
1.
Perhitungan
Rasio Solvabilitas PT. Kimia Farma (Persero) Tbk tahun 2008 :
Solvabilitas tahun 2008
Solvabilitas =
= 3,12
2.
Perhitungan rasio Solvabilitas PT Japfa Comfeed tahun
2008 :
Solvabilitas tahun 2008
Solvabilitas =
= Rp
5.384.809.000.000,-
Rp 5.384.809.000.000,-
= 1
C. Rasio Rentabilitas
Ratio
Rentabilitas yaitu rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau
keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
- Perhitungan
Rasio Rentabilitas PT. Kimia Farma (Persero) Tbk tahun 2008 :
Rentabilitas
Modal Sendiri
Rentabilitas = Laba x 100%
Total Modal
RMS = EAT x
100%
MS
= x 100%
= 1,2
- Perhitungan
Rasio Rentabilitas PT. Japfa
Comfeed tahun 2008 :
Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Rentabilitas = Laba x
100%
Total Modal
RMS = EAT x 100%
MS
= 248.091.000.000,- x 100%
1.042.702.000.000,-
= 23,79 %
IV.
PEMBAHASAN
A.
Rasio
Likuiditas
Dari hasil
perhitungan di atas dapat terlihat bahwa nilai likuiditas pada PT. Kimia
Farma yaitu 2,23. Nilai ini bisa
diinterpretasikan bahwa untuk setiap Rp.1,- hutang lancar perusahaan
dijamin dengan Rp. 2,23,- aktiva lancar.
Sedangkan nilai likuiditas pada PT. Japfa Comfeed, adalah sebesar 1,7334
yang artinya setiap Rp.1,- hutang lancar perusahaan dijamin dengan Rp. 1,7334,- aktiva lancar.
Jadi, hal ini
dapat dikatakan baik karena besarnya nilai likuiditas berada di atas 1. Semakin
tinggi likuiditasnya seharusnya
semakin besar pula
kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban jangka pendek.
Akan tetapi bila likuiditas terlalu
tinggi menunjukkan manajemen yang
buruk atas sumber
likuiditas atau pengelolaan
aktiva lancar kurang bagus karena masih banyak aktiva yang menganggur.
B. Rasio Solvabilitas
Dari hasil
perhitungan di atas diperoleh nilai solvabilitas untuk PT. Kimia Farma sebesar
3,12 atau 312%, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan solvabel
namun tidak likuid yang artinya perusahaan dapat memenuhi semua kewajibannya.
Sedangkan
untuk PT. Japfa Comfeed menunjukan nilai solvabilitas sebesar 1 atau 100 %, hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan Artinya kemampuan perusahaan untuk memenuhi
semua kewajibannya apabia perusahaan dilikuidasi adalah 1. Maka pada kondisi
seperti ini perusahan dalam keadaan solvable.
Jadi, berdasarkan nilai solvabilitas kedua
perusahaan tersebut, dapat dikatakan bahwa PT. Kimia Farma lebih solvable,
karena nilai solvabilitasnya lebih besar dari PT. Japfa Comfreed yaitu sebesar
312% yang artinya perusahaan dapat memenuhi kewajibannya.
Jika terjadi
penurunan solvabilitas menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin menurun
dengan semakin meningkatnya porsi hutang dalam pendanaan aktiva. Dengan semakin
kecil nilai solvabilitas menunjukkan bahwa sebagian besar investasi didanai
oleh utang.
C. Rasio Rentabilitas.
Dari hasil
perhitungan diatas diperoleh nilai Rentabilitas Modal Sendiri pada PT. Kimia
Farma sebesar 1,2% artinya Rp 1 modal sendiri menghasilkan laba bersih Rp
0,012. Dan pada PT. Japfa Comfeed diperoleh nilai RMS sebesar 23,79%; artinya
Rp 1 modal sendiri menghasilkan laba bersih Rp 0,2379. Nilai RMS PT. Japfa
Comfeed lebih besar karena perusahaan lebih sedikit memakai modal dari luar
perusahaan sehingga kemampuan pengembaliannya pada pemegang saham menjadi besar
dan menanggung pembayaran bunga yang
sedikit pada bank.
V.
SIMPULAN
1.
Rasio
merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan
keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
2.
Analisis
rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan
laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang
sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu.
Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para
calon investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan dana
3.
Dari
hasil perhitungan di atas dapat terlihat bahwa nilai likuiditas pada PT. Kimia
Farma yaitu 2,23. Nilai ini bisa
diinterpretasikan bahwa untuk setiap Rp.1,- hutang lancar perusahaan
dijamin dengan Rp. 2,23,- aktiva lancar.
Sedangkan nilai likuiditas pada PT. Japfa Comfeed, adalah sebesar 1,7334
yang artinya setiap Rp.1,- hutang lancar perusahaan dijamin dengan Rp. 1,7334,- aktiva lancar.
4.
Dari
hasil perhitungan di atas diperoleh nilai solvabilitas untuk PT. Kimia Farma
sebesar 3,12 atau 312%, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan
solvabel namun tidak likuid yang artinya perusahaan dapat memenuhi semua
kewajibannya. Sedangkan untuk PT. Japfa Comfeed menunjukan nilai solvabilitas
sebesar 1 atau 100 %, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan Artinya kemampuan
perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya apabia perusahaan dilikuidasi
adalah 1. Maka pada kondisi seperti ini perusahan dalam keadaan solvable.
5.
Dari
hasil perhitungan diatas diperoleh nilai Rentabilitas Modal Sendiri pada PT.
Kimia Farma sebesar 1,2% artinya Rp 1 modal sendiri menghasilkan laba bersih Rp
0,012. Dan pada PT. Japfa Comfeed diperoleh nilai RMS sebesar 23,79%; artinya
Rp 1 modal sendiri menghasilkan laba bersih Rp 0,2379. Nilai RMS PT. Japfa
Comfeed lebih besar karena perusahaan lebih sedikit memakai modal dari luar
perusahaan sehingga kemampuan pengembaliannya pada pemegang saham menjadi besar
dan menanggung pembayaran bunga yang
sedikit pada bank.
DAFTAR
PUSTAKA
Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan Edisi Pertama, Rajawali Pers, Jakarta.
Nurmala dan Yuniarti, 2007, ‘Analisis Profitabilitas terhadap Harga Saham
Perusahaan Retail Go Publik di BEJ’,
Vordema, Vol 7, No 2, Hal 145-154.
Prayitno, A., 2008, ‘Pengaruh Profitabilitas Solvabilitas
dan Likuiditas terhadap
Harga Saham Sektor Properti
di Bursa Efek
Jakarta Tahun 2001-2006’, Skripsi Universitas Widyatama.
Setiawan, R., 2011, ‘Pengaruh ROA, DER, dan PBV terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur
di BEI Periode 2007-2009’, Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Sofilda, E. dan Subaedi, 2006, ‘Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Karakteristik
Kepemilikan terhadap Harga Saham
LQ-45 pada Bursa
Efek Jakarta’, Jurnal Ekonomi
Bisnis Indonesia, Vol 2, No 2, Hal 1-25.
Sudana,
I. M., 2009, Manajemen
Keuangan Teori dan
Praktek, Airlangga University
Press, Surabaya.
Suryani,
A. W., 2007, ‘Analisis Pengaruh Faktor Fundamental
terhadap Harga Saham
pada perusahaan LQ-45 di
Bursa Efek Jakarta
Periode Tahun 2003-2005’, Jurnal Emas, Vol 1, No 1, Hal 1-12.
Sutrisno, 2001, Manajemen Keuangan Teori,
Konsep, dan Aplikasi, Ekonosia, Yogyakarta.
Syamsudin, L.,
2009, Manajemen Keuangan Perusahaan, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar