NILAI UANG
TERKAIT DENGAN WAKTU
(Time Value Of Money)
1.
Pengertian
Dunia
bisnis adalah aktivitas uang sebagai. Kapital akhir periode (K2) harus lebih
besar dari pada kapital awal periode (K1), itu artinya bisnis memperoleh laba,
atau dapat dikatakan bahwa K1 adalah nilai uang sekarang (present value) & K2 adalah nilai uang di masa mendatang (future value).
Jembatan
yg menghubungkan K1 & K2 adalah tingkat bunga. Dengan demikian, time value
of money berhubungan erat dengan perhitungan bunga, hasil investasi di masa
mendatang, & nilai tunai hasil investasi. Ia menjadi alat penting dalam
berbagai keputusan keuangan terutama dalam menilai :
1.
arus kas,
pertumbuhan, & nilai perusahaan
2.
nilai akan datang
(future value)
3.
periode ganda (
multiple periode)
2. Nilai Uang Masa Mendatang
Nilai uang di masa mendatang (future value) ditentukan
oleh tingkat suku bunga tertentu yang berlaku di pasar keuangan. Misalnya suku
bunga di pasar keuangan adalah 10% per tahun. Nilai uang masa mendatang dapat
dihitung sbb pada table 2.1
Table 2.1
Perhitungan nilai
uang masa mendatang berdasarkan
Tingkat bunga 10%
per tahun
(Perhitungan
dalam Rupiah)
Tahun
|
(1)
Jumlah nilai
tunai
Pada awal tahun
|
(2)
Bunga yang diperoleh
(1) x (0.10)
|
(3)
Jumlah nilai
masa mendatang pada akhir tahun
(1) x (1+ 0,10)
FVr,n
|
1
2
3
4
5
|
1.000,00
1.100,00
1.210,00
1.331,00
1.464,00
|
100,00
110,00
121,00
133,10
146,41
|
1.100,00
1.210,00
1.331,00
1.464,10
1.610,51
|
Keterangan : FV = Future Value (nilai masa mendatang); r = Tigkat bunga; n
= tahun(periode waktu)
Table 2.2
Faktor Bunga
untuk Nilai Masa Mendatang
Periode
(n)
|
FVIFr,n
= (1 + r )n
|
|||
0 %
|
5 %
|
10 %
|
15 %
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
|
1.0500
1.1025
1.1576
1.2155
1.2763
1.3401
1.4071
1.4775
1.5513
1.6289
|
1.1000
1.2100
1.3310
1.4641
1.6105
1.7716
1.9487
2.1436
2.3579
2.5937
|
1.1500
1.3225
1.5209
1.7490
1.0114
2.3131
2.6600
3.0590
3.5179
4.0456
|
Keterangan : FV = Future Value (nilai masa mendatang); r = Tigkat bunga; n
= tahun(periode waktu)
Tingkat Bunga 5%
Rp 1 pada awal tahun akan menjadi Rp 1,0500 pada akhir tahun ke 1 dan
menjadi Rp 1,6289 pada akhir tahun ke 10
Tingkat Bunga 10%
Rp 1 pada awal tahun akan menjadi Rp 1,1000 pada akhir tahun ke 1 dan
menjadi Rp 2,5937 pada akhir tahun ke 10
Tingkat Bunga 15%
Rp 1 pada awal tahun akan menjadi Rp 1,1500 pada akhir tahun ke 1 dan
menjadi Rp 4,0456 pada akhir tahun ke 10
Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi nilai uang dimasa mendatang. Oleh
sebab itu, kaum pemilik uang (kaum Kapitalis) pola pikir dan perilakunya
bertumpu pada tingkat suku bunga. Jika tingkat bunga tinggi, ia akan
membungakan uangnya atau mendepositokan uangnya, dan jika suku bunga rendah, ia
akan meminjam uang untuk aktivitas bisnis.
3. Nilai Sekarang (Present Value)
Nilai sekarang ialah nilai saat ini pada proyeksi uang kas masuk bersih
(net cash flow) di masa mendatang. Uang kas masuk bersih di masa mendatang
adalah proyeksi hasil investasi. Rumusnya yaitu :
1. Laba bersih ( Earning After Tax) + (Penyusutan Aktiva
Tetap) + [Bunga X (1-Tax)] atau disingkat EAT + Depreciation + Interest(1-T)
2. Laba Oprasi (Earning before Interest & Tax Atau
EBIT) X (1-Tax) + Penyusutan aktiva Tetap, atau disingkat EBIT (1-T) +
Depreciation.
3. Laba sebelum
penyusutan,Bunga, dan pajak (atau Earning
before depreciation, Interest, and Tax atau EBIT atau EBITDA) X (1-Tax) + (
Tax X Depreciation) atau disingkat EBIT atau EBITDA (1-T) + T(Dep.)1
Suatu
investasi dapat diterima hanya jika investasi itu menghasilkan paling tidak
sama dengan tingkat hasil investasi di pasar (atau Rm) yang jharus
lebih besar dari pada tingkat bunga deposito (tingkat hasil tanpa resiko (atau
Rf). Misalnya tingkat hasil pasar 20 %, itu lazim disebut “ Tingkat
Diskonto” artinya alat untuk mengitung nilai tunai dari suatu hasil investasi
di masa mendatang.
Misal,
investasi pada awal tahun Rp 1000, pada akhir tahun nilainya harus sebesar Rp
1200 pada tingkat diskonto 20%. Inilah yang disebut nilai masa mendatang (future Value). Sebaliknya, jika di masa
mendatang akan menerima Rp 1200 pada tingkat diskonto 20% maka nilai
sekarangnya adalah sebesar Rp 1000.
Table 2.3
Nilai sekarang
dari factor bunga
PVIFr,n = 1 =
{(1 / 1 + r)}n
(1 + r)n
Periode
(n)
|
Rate
|
|||
0%
|
5%
|
10%
|
15%
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
|
0,9524
0,9070
0,8638
0,8227
0,7835
0,7462
0,7107
0,6768
0,6446
0,6139
|
0,9091
0,8264
0,7513
0,6830
0,6209
0,5645
0,5132
0,4665
0,4241
0,3855
|
0,8696
0,7561
0,6575
0,5718
0,4972
0,4323
0,3759
0,3269
0,2843
0,2472
|
Keterangan
tabel 2.3
1) PVIF = Present Value of Interest Factor (Nilai
Sekarang dari Faktor Bunga)
2) Nilai uang
masa mendatang (akhir tahun ke 1) = Rp 1, nilai tunainya pada awal tahun ke 1 =
Rp 0,9524, sedangkan nilai uang masa
mendatang (akhir tahun ke 10) = Rp 1, nilai tunainya saat ini pada awal tahun
ke 1 = Rp 0,6139, pada tingkat suku bunga 5% per tahun.
3) Nilai uang
masa mendatang (akhir tahun ke 1) = Rp 1, nilai tunainya pada awal tahun ke 1 =
Rp 0,9091, sedangkan nilai uang masa mendatang (akhir tahun ke 10) = Rp 1,
nilai tunainya saat ini pada awal tahun ke 1 = Rp 0,3855, pada tingkat suku
bunga 10% per tahun.
4) Nilai uang
masa mendatang (akhir tahun ke1) = Rp 1, nilai tunainya pada awal tahun ke 1 =
Rp 0,8696, sedangkan nilai uang masa mendatang (akhir tahun ke 10) = Rp 1,
nilai tunainya saat ini pada awal tahun ke 1 =Rp 0,2472, pada tingkat suku
bunga 15% per tahun.
5) Makin tinggi
tingkat suku bunga, makin kecil nilai uang sekarang pada rencana penerimaan
uang di masa depan.
4. ANUITAS
Anuitas adalah serangkaian pembayaran
atau penerimaan uang dalam jumlah yang sama besarnya sepanjang periode
tertentu. Pembayaran atau penerimaan dapat terjadi pada awal tahun atau pada
akhir tahun.
4.1 Nilai yang
Akan Datang dari Suatu Anuitas
Nilai yang
Akan Datang dari Anuitas Biasa (Pembayaran atau penerimaan dilakukan pada akhir
tahun).
Tabel 2.4
Nilai yang akan datang anuitas biasa, @ 10%
Terima/Bayar Anuitas Nilai
Tahun (Rp) @ 10% (Rp)
|
Awal tahun
Akhir tahun 1 1.000 a(1+r)2 =
1.000(1+0,10)n-1
1.210
Akhir tahun 2 1.000 a(1+r)1 =
1.000(1+0,10)n-2
1.100
Akhir tahun 3 1.000 a(1+r)0 =
1.000(1+0,10)n-3 1.000
Nilai
yang Akan Datang Anuitas @ 10% atas Rp 1.000 3.310
|
4.2 Nilai yang Akan Datang dari Jatuh Tempo Anuitas
Pembayaran
atau penerimaan dilakukan pada awal tahun (Annuity
Due)
Tabel 2.5
Nilai yang akan datang anuitas jatuh tempo, @ 10%
Terima/Bayar Anuitas Nilai
Tahun (Rp) @ 10% (Rp)
|
Awal tahun 1.000 a(1+r)3 =
1.000(1+0,10)n
1.331
Akhir tahun 1 1.000 a(1+r)2 =
1.000(1+0,10)n-1
1.210
Akhir tahun 2 1.000 a(1+r)1 =
1.000(1+0,10)n-2 1.100
Akhir
tahun 3
Nilai
yang Akan Datang Anuitas @ 10% atas Rp 1.000 3.641
|
4.3 Nilai Sekarang dari Suatu Anuitas
Nilai
Sekarang Anuitas Biasa @ 10%
Tabel 2.6
Nilai sekarang
anuitas biasa, @ 10%
Terima/Bayar
Anuitas
Nilai
Tahun (Rp) @ 10% (Rp)
|
Awal tahun 0
Akhir tahun 1 1.000 a[1/(1+r)]1 909,09
Akhir tahun 2 1.000 a[1/(1+r)]2 826,45
Akhir tahun 3 1.000 a[1/(1+r)]3 751,31
Nilai Sekarang Anuitas @ 10%
2.486,85
|
Tabel
2.7
Nilai sekarang anuitas jatuh tempo, @ 10%
Terima/Bayar Anuitas Nilai
Tahun (Rp) @ 10% (Rp)
|
Awal tahun 1.000 a 1.000,00
Akhir tahun 1 1.000 a[1/(1+r)]1 909,09
Akhir tahun 2 1.000 a[1/(1+r)]2 826,45
Akhir tahun 3
Nilai Sekarang Anuitas @ 10%
2.735,54
|
5.Arus Kas Masuk yangTidak Sama Jumlahnya
Pada
umumnya arus kas suatu investasi tidak sama jumlah di masa mendatang. Hal itu
disebabkan karena pengaruh pendapatan, beban, penyusutan, pajak, inflasi, dsb.
Nilai tunai arus kas masuk yang tidak sama jumlah dapat disajikan berikut ini.
Tabel 2.8
Nilai Tunai Arus Kas Masuk yang Tidak Sama Besar, @10%
Periode
|
Arus Kas
Masuk
(Rp)
|
PVIF
10 % n
|
Nilai Tunai Setiap
Arus Kas Masuk (Rp)
|
1
2
3
4
5
6
7
|
100
200
300
500
400
600
200
|
0,9091
0,8264
0,7513
0,6830
0,6209
0,5645
0,5132
|
90,91
165,28
225,39
341,50
248,36
338,70
102,64
1.512,72
|
Tabel 9
Skedul Amortisasi Pinjaman (Rp. 100 @ 12%) 3 Tahun
Diamortisasi secara Tahunan
(Perhitungan
Dalam Rupiah )
Tahun
|
(1)
Pembayaran
|
(2)
Bunga
(0,12) x
(4)]
|
(3)
Pembayaran
Pokok
Pinjaman
(1) – (2)]
|
(4)
Sisa Saldo
pada Akhir Tahun
|
0
1
2
3
|
-
41,64
41,64
41,64
124,92
|
-
12,00
8,45
4,47
24,90
|
-
29,64
33,19
37,17
100,00
|
100,00
70,36
37,17
= 0
|
Tabel
2.10
Amortisasi
Bulanan Pinjaman Rumah ( Rp 100 @ 12%)
Selama
3 Tahun (360 Bulan)
(Perhitungan
Dalam Rupiah)
1Bulan
|
Pembayaran
|
Bunga
(0,01) x
(4)]
|
Pembayaran
Pokok
Pinjaman
|
Sisa Saldo
pada Akhir
Tahun
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
0
1
2
3
-
-
-
359
360
|
-
1.028,61
1.028,61
1.028,61
-
-
-
1.028,61
1.028,61
370.299,60
|
-
1.000,00
999,71
999,42
-
-
-
-
10,81
270.299,60
|
-
28,61
28,90
29,19
-
-
-
-
1.018,43
100.000,00
|
-
100.000,00
99.971,39
99.924,49
99.913,30
-
-
-
1.028,43
0
|
Sumber:
Weston dan Copeland (1995:70), Edisi Bahasa Indonesia
Keterangan:
0,01 atau 1% = (12% / 12), atau bunga bulanan
Tabel 2.11
Perhitungan Bunga Majemuk 10% per Tahun
Dengan
Pemajemukan Setengah – Tahun
(Perhitungan
Dalam Rupiah)
Periode
|
Periode
Jumlah
Awal (
|
(1+r)
|
Jumlah Akhir
(FVr,n)
|
1
2
|
1.000,00
1.050,00
|
1,05
1,05
|
1.050,00
1.102,50
|
Sumber:
Weston dan Copeland (1995:72), Edisi Bahasa Indonesia
Keterangan:
0,5 = (10% / 2); FV = Future Value (Nilai masa mendatang); n = waktu atau
periode
Tabel 2.12
Pemajemukan
Ganda (Multiple Compounding) Selama
Satu Tahun
Keterangan
|
Tingkat
Bunga
|
Nilai
|
Tahunan
FVr,1
Setengah-tahunan
Kwartalan
Bulanan
Harian
|
Po(1+r)
Po[1+(r/2)]²
Po[1+(r/4)]
Po[1+(r/12)]
|
1.1200.(p=1)
1.1236.(p=2)
1.1255.(p=4)
1.1268.(p=12)
1.1275.(p=365)
|
Sumber:
Weston dan Copeland (1995:73), Edisi Bahasa Indonesia
Keterangan: P = 2 artinya pangkat dua; Po artinya
pengeluaran (investasi) pd awal tahun; r = suku bunga
Soal 2.1: PT ABC
Perusahaan memiliki tiga anak perusahaan, masing-masing
memiliki masalah dlm menentukan nilai uang terkait dg waktu. Data masing-masing
anak perusahaan adalah sbb:
PT ABC-1
Perusahaan memiliki dua jenis investasi yaitu proyek A
senilai Rp 1.000 diperkirakan menghasilkan 8% per tahun, umur proyek 3 tahun.
Proyek B investasi bernilai Rp 1.000, diperkirakan menghasilkan 1% untuk tahun
pertama dan kedua, dan 22% untuk tahun ketiga. Saudara sbg ahli keuangan
diminta menghitung:
1.Berapa rata-rata tingkat bunga selama tiga tahun kedua
investasi tsb?
2.Investasi mana yg lebih menguntungkan?
3.Berapa
return setiap proyek
PASAR MODAL
A. SISTEM KEUANGAN
Uang sebagai subyek dan sekaligus
obyek itu dapat membentuk system yang disebut system keuangan, yaitu
perpindahan dari pihak yang memiliki kelebihan uang ke pihak yang membutuhkan
uang yang menciptakan harta keuangan dan kewajiban keuangan, atau dapat
dikatakan perpindahan dana dari pihak yang memiliki surplus tabungan ke pihak
yang mengalami defisit tabungan.
Pihak yang memiliki surplus tabungan
menciptakan harta keuangan (financial assets) dan pihak yang mengalami defisit
tabungan mencipta kewajiban keuangan (financial liability). Perpindahan uang itu dilakukan dalam suatu pasar yang
disebut pasar keuangan dan pasar modal (pasar bursa).
Pasar Keuangan (Financial Markets)
Pasar
keuangan adalah tempat transaksi keuangan yang menimbulkan harta keuangan dan
kewajiban keuangan (financial intermediary).
B. PERANAN PEMERINTAH
Peranan
pemerintah dalam sector keuangan terdiri dari kebijakan moneter (Bank Sentral)
dan kebijakan fiskal (perpajakan). Kebijakan bank sentral menyangkut mengenai
tingkat suku Bunga. Jika jumlah uang
beredar dalam masyarakat banyak,maka bank sentral akan menaikkan suku bunga
agar uang tersebut masuk ke dunia perbankan. Hal itu di lakukan untuk
mengendalikan inflasi.
Di samping
itu, pemerintah melaksanakan kebijakan fiskal, yaitu tingkat pajak yang di
kenakan kepada perusahaan atau badan usaha. Jika negara membutuhkan uang untuk
membiayai administrasi pemerintah, maka tingkat pajak tinggi. Dampaknya adalah
rumah tangga keluarga dan rumah tangga perusahaan sisa pendapatan atau sisa
laba kecil. Dengan sisa laba kecil, perusahaan tidak mampu mengadakan ekspansi
dan kesempatan kerja sempit.
Jika
persediaan uang di bank banyak, bank sentral akan menurunkan suku bunga, supaya
para pengusaha meminjam uang untuk investasi. Makin rendah suku bunga makin
tinggi investasi, makin luas kesempatan kerja, makin tinggi pendapatan
masyarakat. Kesempatan kerja juga dapat di tentukan oleh tingkat pajak
perseroan. Jika tingkat pajak rendah, maka laba perusahaan besar dan perusahaan
dapat mengadakan ekspansi yang dapat membuka lapangan kerja baru dan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan Demikian, untuk menyediakan
kesempatan kerja, pemerintah dapat memainkan instrumen bank sentral dan
departemen keuangan, bank sentral mempunyai wewenang mengatur tingkat suku
bunga, dan departemen keuangan mempunyai wewenang mengatur tingkat pajak.
Dalam
pandangan ekonomi kapitalisme, makin rendah tingkat bunga dan makin rendah
tingkat pajak, makin tinggi keuntungan perusahaan, makin luas ekspansi
perusahaan,makin luas kesempatan kerja, dan makin tinggi pendapatan masyarakat.
C.
JENIS – JENIS INSTRUMEN KEUANGAN
Klasifikasi dasar
instrumen keuangan meliputi tiga kategori utama :
1. Mata Uang
2. Utang
(obligasi)
3. Kepemilikan (saham)
D. LEMBAGA PASAR KEUANGAN
1.
Pasar
Pertama ( Pasar Perdana )
Pasra primer ( primary market ),dimana
saham dan obligasi pertama kali di jual di pasar bursa.
2.
Pasar
Kedua
a.
Pasar Sekunder
(secondary market),dimana saham dan obligasi tersebut kemudian dipedagangkan
seperti : komoditi di pasar, harganya
tergantung permintaan dan penawaran.
b.
Perdagangan saham
di pasar sekunder ini merupakan “ judi “
Bagi kaum kapitalis untuk memperoleh keuntungan. Barang siapa yang tidak
ahli “ bermain “ atau “ judi “ saham jangan melibatkan diri dalam jual-beli
saham di pasar sekunder.
c.
Pasar
Ketiga
d.
(1) Pasar Bebas Surat berharga (Over-the-Counter
= OTC (2) Pasar Bebas (OTC) surat berharga adalah
istilah yang digunakan untuk semua kegiatan penjualan dan pembelian Surat
berharga yang tidak terjadi di bursa saham,dimana penjual dan pembeli langsung
berhubungan, atau menggunakan mediator di luar pasar bursa.
1.
Pasar Keempat
Pasar Keempat (fourth market) merupakan transfer langsung blok Saham antar
lembaga – lembaga investasi tanpa melalui perantara.
3.
Surat Utang Internasional
Pasar
utang internasional terdiri dari tiga unsur utama :
(1)
Obligasi luar
negeri,yaitu surat utang yang di terbitkan di sebuah negara di luar negeri dan
di beri nilai dalam mata uang negara tersebut,biasanya untuk investasi bagi
pembelinya.
(2)
Eurobond, yaitu
surat utang jangka panjang yang di terbitkan oleh negara – negara Uni Eropa,
biasanya untuk investasi bagi pembelinya.
(3)
Surat Niaga Eropa
(Euro – commercial paper), yaitu surat utang jangka pendek model yang di
terbitkan oleh negara – negara uni eropa, biasanya untuk modal kerja untuk
penerbitnya.
4.
Keputusan Mendaftar Atau Tidak Mendaftar Saham
Perusahaan yang akan Go – Public harus mendaftarkan terlebih dahulu di
pasar buras. Untuk mendaftarkan sahamnya, perusahaan harus memenuhi syarat –
syarat bursa yang menyangkut besarnya perusahaan, lamanya bisnis yang telah
dilakukan, catatan tentang laba, jumlah saham yang beredar dan nilai pasarnya.
5.
Perdagangan
Saham
Dalam dunia bisnis surat berharga lazim di kenal Perdagangan
Marjin (marjin trading) dan penjualan cepat (Short Selling). Kedua jenis
perdagangan tersebut melalui broker saham, dan mungkin pihak pedagang tidak
memiliki saham, namun bisa pinjam saham dari broker.
Perdagangan
Marjin (Margin Trading)
Membeli saham saat ini karena diperkirakan harganya akan naik dimasa
mendatang . Misal tuan A ingin memberi saham 10 lembar,haraga per lembar Rp
1.000 Dalam waktu satu tahun harganya naik menjadi Rp 1.200 per lembar,komisi
broker 5 %,maka laba tuan A:
Pembelian
saham 10 saham x Rp 1000 =
Rp 10000
Komisi broken 5% x Rp 10.000 =
Rp 500
Jumlah Investasi =
Rp 10.500
Penjualan saham 10 saham x Rp 1.200 =
Rp 12.000
Komisi broken 5% x Rp 12.000 = Rp 600
Pendapatan =
Rp 11.400
Pengeluaran Investasi =
Rp 10.500
Retur on Investment atau ROI =
Rp 900
Presentase ROI = ( Rp900/Rp 10.000)x100% =
8,57%
6.
Penjualan Cepat (Short Selling)
Menujal saham saat ini karena diperkirakan harganya akan turun di masa
mendatang. Misal tuan A ingin menjual saham 10 lembar, haraga per lembar Rp 1000. dalam waktu satu tahu
harganya turun menjadi Rp 800 per lembar, komisi broken 5, maka laba Tuan A:
Pembelian
saham 10 saham x Rp 1000 =
Rp 10000
Komisi broken
5% x Rp 10.000 =
Rp 500
Jumlah
Penerimaan =
Rp 9.500
Penjualan
saham 10 saham x Rp 800 =
Rp 8.000
Komisi broken 5% x Rp 800 =
Rp 400
Jumlah Pengeluaran =
Rp 8.400
Jumlah
Penerimaan =
Rp 9.500
Retur on
Investment atau ROI =
Rp 1.100
Presentase ROI = ( Rp1.100/Rp 9.500)x100% =
11,58%
7.
Manfaat
Pasar Bursa
1)
Pasar burasa surat berharga dapat
memperlancar proses investasi dengan biaya yang murah dan efisien.
2)
Pasar bursa mampu menguji nilai dari surat
berharga dengan mengadakan transaksi jual beli kontiniu.
3)
Pasar Bursa dapat membantu mensatbilkan
harga surat berharga.
4)
Pasar bursa surat berharga membantu dan
memperlancar proses penjualan saham baru.
8.
Peranan
Manager Keuangan
Suatau perusahaan siklus uangnya diatur oleh Manajer
Keuangan. Ia melakukan pilihan-pilihan memperoleh dana ekstarn, dan
mengendalikan dana yang diperoleh bagar penggunaannya efektif, melalui berbagai
pasar keuangan untuk memenuhi kebutuhan modal perusahaan.
Pada gambar 4.1 menunjukan bahwa manajer keuangan menghubungkan pembiayaan
perusahaan dengan sumber-sumber keuangan melalui pasar keuangan.
Gambar 4.1
Hubungan Pasar Keuangan dengan Manajer Keuangan
Perusahaan
* Keterangan
(Gambar 4.1)
Dalam Proes Bisnis, dana (kasa) dikeluarkan untuk ;
1.
Biaya Organisasi
(pendiri,izin,dan sebagainya), sebagai Intanginable
assets yang akan diamortisasi
2.
Pembelian
Peralatan Bisnis sebagai Fixed Asstes yang akan didepresiasi
3.
Pembelian
Material (bahan Baku) yang akan diolah menjadi komoditi
4.
Pembayaran upah
buruh (tenaga kerja langsung)
5. Pembayaran
biaya tak langsung (faktory overhaead)
6. Pembayaran
biaya p[emasaran
7. Pembayaran
biaya umum dan administrasi
10. Efisiensi pasar
Efisiensi
dalam pasar saham menunjukan secra tidak langsung bahwa seluruh informasi
relevan yang tersedia tentang suatu saham langsung tercermin dalam harganya.
MANAJEMEN
KAS
Kas
merupakan awal dari investasi dan operasi dari suatu perusahaan. Kas terdiri
dari mata uang (currency), giro, dan rekening koran di bank (bank
deposits). Perusahaan atau perseorangan menyimpan uang tunai (kas) untuk
motif transaksi, motif pencegahan, dan motif spekulatif. Suatu perusahaan harus
memiliki uang kas yang cukup dengan alasan untuk : (1) memperoleh potongan
harga pada saat membeli bahan baku atau peralatan, (2) menjaga rasio cair (acid
test ratio) agar tetap memperoleh kepercayaan dari kreditur (3) menangkap
peluang bisnis sewaktu-waktu (4) mengantisipasi keadaan darurat seperti
pemogokan, persaingan, dan sebagainya.
Suatu
perusahaan harus memiliki anggaran kas untuk menjaga posisi likuiditas dan
untuk mengetahui defisit atau surplus kas. Anggaran kas ialah estimasi posisi
kas periode tertentu dimasa mendatang tentang penerimaan kas dan tentang pengeluaran
kas. Penerimaan kas itu pada umumnya dari modal pemilik, utang, penjualan
tunai, penerimaan piutang, penjualan aktiva tetap, dan lain-lain. Sedangkan
pengeluaran kas itu pada umumnya untuk pembelian aktiva tetap, pembelian bahan
baku, pembayaran upah tenaga kerja langsung, pembayaran biaya tidak langsung
pabrik, pembayaran biaya pemasaran, pembayaran biaya umum, dan administrasi,
pembayaran bunga, pembayaran deviden, pembayaran jasa produksi, pembayaran
premi asuransi, pembayaran pajak, dan pengeluaran lain-lain.
Perusahaan
yang memiliki kelebihan kas dapat dibelikan surat-surat berharga(efek atau
marketable securities atau temporary investment) yaitu obligasi, saham
biasa,dan saham preferen. Pemberian efek dilakukan untuk tujuan menjaga
likuiditas (karena hakikatnya efek tersebut adalah uang tunai, artinya mudah
dijual di pasar bursa) dan untuk tujuan investasi sementara untuk memperoleh
keuntungan atas dasar pembedaan harga jual dan harga beli. Investasi pada efek
yang jangka panjang yang semata-mata bertujuan untuk memperoleh keuntungan
disebut “permanent investment” atau “investment” yang
dikelompokkan dalam harga tetap.
Dalam
usaha meluaskan pasar, pada umumnya perusahaan menjual hasil produksinya secara
kredit yang melahirkan piutang. Kemudian diadakan penagihan untuk kembali
menjadi uang tunai. Siklus kas perusahaan adalah :
Kas persediaan piutang kas
Pengeluaran
kas untuk persediaan itu meliputi persediaan bahan baku, persediaan barang
dalam proses, dan persediaan barang jadi. Makin tinggi ketiga nilai persediaan
berarti makin besar kas tertanam kepadanya. Besarnya investasi dalam piutang
ditentukan oleh : (1) voleme penjualan kredit, (2) syarat pembayaran kredit,
(3) ketentuaan tentang pembatasan kredit, (4) kebijakan pengumpulan piutang,
(5) kebiasaan dan karakter pelanggan. Pertimbangan pemberian kredit didasarkan
pada : (1) character, yaitu karakter para manajemen, (2) cavacity
yitu kemampuan atau kesanggupan membayar, (3) capital, yaitu kondisi
posisi keuangan, (4) collateral yaitu besarnya harta pelanggan, dan (5) condition,
yaitu kondisi ekonomi, sosial, politik, dan bisnis.
Pemberian
kredit kepada pelanggan ditentukan oleh hasil penelitian dan analisis kondisi
likuiditas, rentabilitas, dan soliditas pelanggan (soliditas moral, komersial,
finansial). Ketiga
unsur tersebut yang terpenting adalah unsur soliditas atau kepercayaan. Untuk menjaga kepercayaan dari luar dan dari dalam
perusahaan, manajer keuangan harus membuat anggaran kas.
A.
ALIRAN KAS
Kas suatu perusahaan harus dikelola dengan baik. Sebab, ia merupakan
jantung yang menggerakkan semua kegiatan, khususnya kegiatan operasi rutin.
Suatu perusahaan yang kekurangan kas akan kehilangan kepercayaan dari luar dan
dari dalam perusahaan. Pihak luar akan tidak percaya bila tagihannya tidak
dibayar tepat waktu, dan pihak dalam terutama buruh akan tidak percaya bila
upahnya tidak dibayar tepat waktu.
Jika perusahaan kehilangan kepercayaan dari buruhnya dan pemasoknya
(krediturnya) perusahaan tersebut lambat laun akan bangkrut. Buruh mulai tidak
loyal dan tidak produktif; pemasok dan kreditur mulai tidak mengadakan
transaksi bisnis dengan baik. Akibatnya, produk berkualitas renadh dan sulit
masuk pasar. Kebangkrutan menunggunya. Oleh sebab itu, kas harus dikelola
dengan baik, jujur, hati-hati, dan profesional.
Gambar
10.1:Pola Arus Kas
B.
KEUNTUNGAN MEMILIKI KAS YANG CUKUP
Perusahaan yang memilki kas yang cukup
adalah perusahaan yang memilki reputasi bisnis yang baik, karena semua
transaksi dan utang-utangnya dapat dibayar tepat pada waktunya. Disamping itu,
perusahaantersebut dapat memperoleh keuntungan dari pembelian bahan baku atau
barang dagangannya karena dapat melakukan pembelian tunai dengan memperoleh
diskon. Misal, term of trade 2/10, net 30, jika debitur membayar dalam waktu 30
hari, maka ia tidak memperoleh diskon, dan jika debitur membayar 10 hari dari
tanggal pembelian, maka ia akan memperoleh diskon 2%. Berdasar data itu dapat
dihitung besarnya biaya modal jika perusahaan tidak mengambil diskon adalah sebagai
berikut:
Biaya =
Persen diskon x 365
100 dikurangi persen
diskon perluasan terakhir dikurangi
persen diskon
Biaya =
2 x 365
100 dikurangi 2
30 dikurangi 10
= 0,0204 x
18,25
= 0,3723
= 37,23%
Itu meenunjukkan bahwa sesungguhnya besarnya bunga tahunan sebesar 37%.
Jika perusahaan tidak mengambil potongan tunai atau cash discount, ia ia
kehilangan ia menanggung bunga 37,23% per tahun. Manajemen keuangan yang profesional dapat dipastikan ia akan mengambil
potongan tunai. Jika kasnya tidak cukup, ia dapat mengambil kredit dari bank
untuk membeli tunai. Jika besarnya bunga kredit dibawah 37,23%, ia akan
mengambil kredit, dan jika besarnya bunga kredit diatas 37,23%, ia bersedia
kehilangan potongan tunai, artinya ia akan membayar utang dagangnya dalam waktu
30 hari dari tanggal pembelian.
Misalnya dalam satu tahun jumlah pembelian Rp 1.000 bunga kredit bank 20%
per tahun. Perusahaan akan mengambil potongan tunai atas pembeliannya, dan ia
akan memperoleh keuntungan walaupun pembeliannya itu dibayar dengan kredit dari
bank. Teknik perhitungannya :
Potongan
pembelian 37,23% x Rp 1.000 =
Rp 373,20
Pembayaran bunga bank 20% x Rp 1.000 =
Rp 200,00
Keuntungan atas pembelian tunai =
Rp 173,20
Perusahaan yang memilki posisi kas kuat, ia memiliki kekuatan tawar tinggi
kepada pemasok; ia dapat tawar menawar besarnya potongan tunai; ia dapat
memilih pemasok yang baik. Disamping itu, ia memiliki reputasi terhormat karena
dapat memenuhi semua kewajibannya tepat waktunya.
C.
ANGGARAN KAS
Anggaran kas
adalah perhitungan arus kas masuk dan arus kas keluar dalam periode yang ditentukan
oleh penjualan tunai, piutang, pinjaman, pembelian bahan, upah buruh, baiaya
overhead pabrik, biaya pemasaran, biaya umum dan adminitrasi, beban bunga dan
anggsuran pinjaman, pajak perseroan, dan pembayaran dividen.
Arus kas mulai dari sumbernya sampai dengan penggunaannya dapat disajikan
sebagai berikut ini. Transaksi bisnis PT
Bandung Indah periode tahun pertama : modal disetor oleh pemilik (terdiri dari 100 saham) Rp. 5.000, dibayar
biaya pendirian perusahaan (diamortisasi lima tahun beban biaya administrasi)
Rp. 2.000, dibeli gedung pabrik dan peralatan Rp. 2.000, dibeli gedung pabrik
dan peralatan Rp. 1.650, dibayar tunai Rp. 650, sisanya dibayar oleh BBD
sebagai utang, disamping itu dipinjam dari BBD tunai Rp. 2.000, untuk modal
kerja, bunga 20% pertahun, penyusutan harta tetap itu dengan model sum of year
digidt method, umur 10 tahun, beban penyusutan pada biaya overhead pabrik tanpa
nilai sisa ; dibeli gudang dan peralatan divisi pemasaran Rp. 1.000, penyusutan
method straight line method, umur 10 tahun, beban penyusutan pada marketing
expenses); tanpa nilai sisa ; dibeli gedung dan peralatan divisi umum dan
administrasi Rp. 1.200, penyusutan model straight line method, umur 10 tahun,
beban penyusutan pada administrative expenses, tanpa nilai sisa; dibeli
material Rp. 1.400, (dibayar tunai Rp. 400, sisanya utang dagang), material
dipakai dalam proses produksi Rp. 1.300; dibayar tunai upah buruh (beban proses
produksi) Rp. 900; diperhitungkan harga pokok barang jadi 1.000 unit, nilainya
Rp. 3.000; dijual produk jadi 900 unit @ Rp. 8 (diterima tunai Rp. 2.400,
sisanya piutang dagang); dibayar baiaya pemasaran, tunai Rp. 800; dibayar biaya
umum dan administrasi, tunai Rp. 1.000; pada akhir periode dibayar bunga BBD
dan pajak perseroan 30%.rapat umum pemengang saham memutuskan devidennd payout
atio 50%, dan dibayar tunai. Di maan ditemukan bahwa saldo kas minimum sebesar Rp. 1.000. apabila terjadi kekurangan
kas,perusahaan akan meminjamkan kepda bank BBD. Karena bunga, pajak dan dividen
dibayar tunai,maka terlebih dahulu harus
disusun perhitungan laba rugi seperti
disajikan berikut ini.
Pendapatan penjualan
7.200
Harga pokok penjualan
2.700
Laba kotor atas penjualan
4.500
Beban pemasaran 900
Beban umum dan adminitrasi 1.520
Laba operasi ( earning before interest & tax=EBIT)
2.080
Beban bunga ,20% X Rp. Rp.3.000 600
Laba sebelum pakjak (earning before interest & tax=EBIT)
1.480
Beban pajak 30% 444
Laba bersih
(earning before interest & tax=EAT)
1.036
Dividend
payout ration% (1.036) 518
Laba ditahan (
retained aarning = RE) 518
Tabel
10.1
Anggaran kas PT. Bandung indah
No
|
Keterangan
|
Penerimaan
|
pengeluaran
|
1
|
Setoran moral pemilik
|
5.000
|
|
2
|
Biaya pendirian perusahaan
|
|
2000
|
3
|
Harta tetap divisi pabrik
|
|
650
|
3
|
Pinjaman dari BBD
|
2.000
|
|
4
|
Harta tetap divisi marketing
|
|
1.000
|
5
|
Harta tetap divisi administrasi
|
|
1.200
|
6
|
Pembelian bahan
|
|
400
|
|
|
|
|
7
|
Dibayar
upah tenaga kerja langsung (buruh)
|
|
1.000
|
8
|
Dibayar biaya oveehead pabrik
|
|
900
|
10
|
Penjualan tunai
|
2400
|
|
12
|
Dibayar biaya pemasaran
|
|
800
|
13
|
Dibayar biaya administrasi
|
|
1.000
|
14
|
Dibayar bunga pinjaman 20% XRp.3.000
|
|
600
|
15
|
Dibayar pajak perseroan
|
|
444
|
16
|
Dibayar dividen 50% X Rp.1
|
|
518
|
17
|
Pinjam
ke BBD untuk menutup kekurangan kas
|
2.112
|
|
18 Saldo kas minuman
|
|
1.000
|
|
Jumlah
|
11.512
|
11.512
|
D.
Anggaran Kas Bulanan
Perusahaan merencanakan membuat
anggaran kas selama empat bulan yaitu januari,februari,maret dan april.saldo
kas minimum ditentukan besarnya Rp.1000. jika terjadi kekurangan kas harus
segera meminjam bank untuk mencukupinya; bungan bank perbulan 1.5 % saldo kas
awal januari Rp.1.100. data yang tersedia pada tabel 10.2.
Keterangan
|
Jan
|
Feb
|
Maret
|
April
|
Penerimaan :
|
|
|
|
|
Penjualan tunai
|
2.000
|
2.500
|
3.000
|
4.000
|
Penerimaan piutang
|
2.000
|
35.00
|
3.500
|
1.000
|
Lain-lain
|
600
|
800
|
300
|
400
|
Pengeluaran :
|
||||
Pembelian tunai bahan
|
2.000
|
2.200
|
1.800
|
1.000
|
Upah buruh
|
1.000
|
1.800
|
1.200
|
1.000
|
Biaya
overhead pabrik
|
600
|
700
|
800
|
800
|
Biaya pemasaran
|
1.400
|
1.300
|
1.000
|
1.000
|
Biaya umum dan administrasi
|
700
|
725
|
750
|
725
|
Bunga hutang jangka panjang
|
300
|
275
|
250
|
275
|
Pajak perseroan
|
160
|
18
|
46
|
74
|
|
|
|
|
|
Barang
dagangan
|
4.270
|
4.830
|
4.060
|
3.290
|
Biaya
operasional
|
1.450
|
2.050
|
1.650
|
1.450
|
Pembelian
gedung kantor
|
300
|
0
|
0
|
0
|
Angsuran
hutang jangka panjang
|
100
|
100
|
100
|
100
|
Bunga
hutang jangka panjang
|
40
|
38
|
36
|
34
|
Berdasarkan
data di atas dapat disusun anggaran kas mulai bulan januari sampai dengan april
sebagai berikut.
Tabel 10.3
Anggaran Kas ( Januari s/d April)
Keterangan
|
Jan
|
Feb
|
Maret
|
April
|
Saldo awal
|
1.100
|
1.017
|
1.072
|
1.099
|
Penerimaan
|
4.600
|
6.800
|
6.800
|
5.400
|
Total kas tersedia
|
5.700
|
7.817
|
7.872
|
6.499
|
|
|
|
|
|
Total pengeluaran
|
6.160
|
7.018
|
5.846
|
4.874
|
Saldo kas minimum
|
1.000
|
1.000
|
1.000
|
1.000
|
Kebutuhan kas
|
7.160
|
8.018
|
6.846
|
5.874
|
Lebih ( kurang )
|
(1.460)
|
(201)
|
1.026
|
625
|
|
|
|
|
|
Utang
|
1.500
|
300
|
|
|
Pembayaran utang jk.pdk
|
0
|
0
|
900
|
600
|
Bungan 18% tahun
|
23
|
27
|
27
|
14
|
Saaldo akhir kas
|
1.017
|
1.072
|
1.099
|
1.011
|
Soal 10. 1 : Perusahaan Manufaktur : PT Makmur
Abadi
Neraca
1 Januari …….
(Dalam
Ribuan Rupaih)
Kas
|
5.000
|
Utang
dagang
|
2.000
|
Piutang
|
4.000
|
Utang
bunga
|
1.800
|
Persediaan
|
4.475
|
Utang
pajak
|
1.200
|
Harta
tetap bersih
|
6.525
|
Uatang
jangka panjang
|
5.000
|
|
|
Modal
sendiri
|
10.000
|
Jumlah
harta
|
20.000
|
Jumlah
hutang dan modal
|
20.000
|
Catatan : Bunga utang jangka panjang 20% per tahun. Nilai persediaan : Rp.4.475.00,
Terdiri
dari : (Bahan baku Rp. 547.000 + barang jadi Rp. 3.928.000)
PT. ABC : Perhitungan Rugi Laba 1 Januari ….
(Dalam
Ribuan rupiah)
Keterangan
|
Jumlah
|
%
|
Penjualan
|
18.000
|
100,00
|
Harga
pokok penjualan
|
10.800
|
60,00
|
Laba
kotor
|
7.200
|
40,00
|
Biaya
pemasaran
|
1.800
|
10,00
|
Biaya
administrasi
|
900
|
5,00
|
Laba
operasi
|
4.500
|
25,00
|
Bungan
20% X Rp. 5.000
|
1.000
|
5,56
|
Laba
sebelum pajak
|
3.500
|
19,44
|
Pajak 50%
|
1.750
|
9,72
|
Laba
bersih
|
1.750
|
9,72
|
Dividen
80% X Rp. 1.750
|
1.400
|
7,78
|
Laba
ditahan
|
350
|
1,94
|
Rencana penjualan : Produk X 60.000
unit @ Rp. 200, Y 40.000 unit @ Rp. 250. Proyeksi Persediaan: Awal:X 20.000
unit, Y 8.000 unit Akhir : X 25.000 unit, Y 9.000 unit. Penjualan dibayar tunai
70% dan sisanya kredit. Data yang
tersedia antara lain sebagai berikut :
Keterangan
|
Bahan
|
Bahan
|
Bahan
|
|
A
|
B
|
C
|
Produk X
|
4
|
2
|
0
|
Produk Y
|
5
|
3
|
1
|
Persediaan
awal (unit)
|
32.000
|
29.000
|
6.000
|
Persediaan
akhir (unit)
|
36.000
|
32.000
|
7.000
|
Harga per
unit (Rp)
|
12
|
5
|
3
|
Keterangan
:
satu unit
produk X digunakan bahan baku A 4 unit, B 2 unit dan C 0 unit, Upah Buruh :
untuk membuat satu unit produk X membutuhkan waktu 2 jam, tarif Rp. 12 dan Y 3
jam tarif Rp. 16. baiay Overhead
Pabrik : Tarif berdasar jam tenaga kerja langsung, tarif variabel Rp. 8 per
jam, tarif tetap Rp. 12 per jam, dari tarif tetap sebesar Rp. 20% adalah beban
penyusutan aktiva tetap pabrik.
Baiaya pemasaran : Produk X Rp.
680.000 termasuk beban penyusutan aktiva tetap divisi pemasaran Rp. 180.000,
dan untuk produk Y Rp. 560.000 termasuk biaya penyusutan aktiva tetap divisi
pemasaran Rp. 160.000. Biaya administrasi : Produk X Rp. 1.000.000 termasuk
beban penyusutan aktiva tetap divisi administrasi Rp. 200.000 dan untuk produk
Y Rp. 500.000 termasuk beban penyusutan aktiva tetap divisi administrasi Rp.
100.000. pajak perseroan 50%.
Asumsi : Pembelian material dibayar
tunai 50%, sisanya kredit, biaya pemasaran dan adminitrasi 60% dibayar tunai,
sisanya utang biaya. Tahun ini seluruh utang dagang, utang pajak dan uatang
bunga dan pajak tahun inji dibayar 59%, sisanya terutang. Dividen terutang, semua taguhan tahun lalu
dibayar tunai tahun ini. Penjualan
aktiva tatap yang rusak Rp. 600.000 dan dibeli aktiva tetap baru Rp. 2.000.000
tunai, angsuran utang jangka panjang Rp. 1.000.000. diminta menyusun anggaran
kas.
Soal 10.2: Perusahaan Dagang : PT Makmur Jaya
Neraca per 31
Desember 2000x
Keterangan
|
Jumlah
(Rp)
|
Kas
|
1.100
|
Piutang dagang 40% X penjualan Desember 2000x Rp. 4.000
|
1.600
|
Persediaan
barang dagangan
|
4.800
|
(2.000+(0,8 X 0,7 X Penjualan Januari Rp. 5.000
|
|
Biaya
yang dibayar lebih dulu (asuransi)
|
200
|
Jumlah
harta lancar (a)
|
7.600
|
Aktiva
tetap
|
3.500
|
Akumulasi
penyusutan
|
1.100
|
Harta
tetap bersih (b)
|
2.400
|
Total harta (a+b)
|
10.100
|
|
|
Hutang dagang 50% X pembelian Des. Rp. 3.360
|
1.680
|
Hutang jangka panjanmg, bunga 20% per tahun
|
2.000
|
Modal
saham
|
5.000
|
Laba
ditahan
|
1.420
|
Total
hutang dan modal
|
10.100
|
Data Yang Tersedia Untuk Membuat
Anggaran Adalah Sebagai Berikut :
1. Catatan : penjualan bulan Desember
2000x Rp. 4.000. rencana penjualan tahun 2000xy : bulan Januari Rp. 5.000,
Februari Rp. 8.000, Maret Rp. 6.000, April Rp. 5.000, dan Mei aRp. 4.000.
penjualan kredit 40% sisanya tunai. Seluruh piutang ditagih pada bulan
berikutnya sesudah terjadinya penjualan
2. Pada setiap akhir bulan manajemen
menghendaki safety stock barang dagangan Rp. 2.000 ditambah 80% dari harga
pokok barang yang akan dijual pada bulan berikutnya. Rasio harga pokok
penjualan terhadap penjualan adalah 70%
3. Pembelian barang dagangan dengan
syarat 50% tunai, sisanya kredit dibayar bulan berikutnya
4. Gaji
dan komisi dibayar setelah pekerjaan dilaksanakan dan akhir bulan. Gaji tetap
Rp. 250 per bulan, komisi 15% dari nilai penjualan.
5. Bulan
April membeli gedung kantor secara tunai Rp 300, biaya lain-lain 5% dari
penjualan dan sewa gudang Rp. 200, masing-masing dibayar pada waktunya.
Diperhitungkan beban amortisasi asuransi Rp. 20 setiap bulan, dan penyusutan
harta tetap termasuk gedung kantor Rp. 50 per bulan
6. Safety cash ditetapkan Rp. 1.000
pada akhir bulan. Pinjaman untuk menutupi kekurangan kas dengan bunga 18% pertahun. Dengan
kelipatan Rp 100. bunga diperhitungkan
berdasarkan pokok pinjaman dikurangi angsuran pinjaman. Asumsi pinjaman
dilakukan awal bulan dan angsuran dilakukan pada akhir bulan.
7. Top
eksekutif ingin melihat anggaran kas, mulai Januari sampai April 2000y,
angsuran utang jangka panjang per bulan Rp. 100, bungan dibayar tunai pada
setiap akhir bulan, pajak perseroan 50% terutang.
MANAJEMEN PIUTANG
Pada umumnya perusahaan menjual hasil
produksinya secara kredit, kemudian melahirkan piutang dagang; penagihan
piutang melahirkan kas. Hubungan antara
piutang dengan kas adalah sebagai berikut:
Kas Persediaan Barang Jadi Piutang Kas
Besarnya investasi dalam piutang ditentukan oleh:
(1)volume penjualan kredit, (2)syarat pembayaran kredit, makin longgar atau
makin lunak syarat kredit makin besar piutang dagang, (3)kemampuan
mengumpulakan atau menagih piutang, (4)karakter pengutang atau debitur.
Pertimbangan pemberian kredit didasarkan pada: (1)character, yaitu karakter para manajemen
perusahaan pengutang, (2)capacity,
yaitu kemampuannya atau kesanggupan membayar perusahaan pengutang, (3)capital, yaitu kondisi posisi keuangan
perusahaan pengutang,(4)collateral,
yaitu harta perusahaan pengutang yang dijadikan jaminan,(5)condition, yaitu kondisi ekonomi, sosial, politik, dan bisnis.
Tetapi sebenarnya pemberian kredit dalam dunia bisnis adalah kepercayaan. Jika
perusahaan kehilangan kepercayaan dari partner bisnisnya, ia kehilangna
kesempatan berbisnis.
1.
Perputaran Piutang (Receivable
Turnover)
Piutang sebagai unsure modal kerja dalam kondisi
berputar, yaitu dari kas, proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas.
Makin cepat perputaran piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan.
Perputaran piutang (receivable turnover)
dapat disajikan dengan perhitungan: penjualan bersih secara kredit dibagi
rata-rata piutang. Kemudian 360 hari dibagi perputaran piutang menghasilkan
hari rata-rata pengumpulan piutang (average collection period of accounts
receivable). Pernyataan itu dapat disajikan dalam bentuk rumus sebagai berikut:
Penjualan Bersih
Perputaran
piutang = =
.…. X
Rata-Rata Piutang
360 hari
Rata-Rata
Pengumpulan Piutang = =
…… hari
Perputaran Piutang
Misalnya PT ABC memiliki informasi mengenai penjualan tahun 2000 sebesar Rp
200 dan tahun 2001 sebesar Rp 180; piutang awal tahun 2001 Rp 40 dan akhir
tahun Rp 60, sedangkan piutang awal tahun 2001 Rp 50 dan akhir tahun Rp 30. Perputaran
piutang dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan dalam tabel 11.1.
Tabel
10.1.
Perputaran
Piutang dan Rata-Rata Pengumpulan Piutang
Keterangan
|
Tahun 2000
|
Tahun 2001
|
Penjualan
Bersih
Piutang
Awal Tahun
Piutang
Akhir Tahun
Rata-rata
Piutang (Average Receivable)
(Rp
40 + Rp 60) / 2
(Rp
50 + Rp 30) / 2
Perputaran
Piutang (Receivable Turnover)
(Rp
200 / Rp 50)
(Rp
180 / Rp 40)
Rata-rata
Pengumpulan Piutang
(Average
Collection Period)
(Rp
200 / 4)
(Rp
180 / 6)
|
Rp 200
Rp 40
Rp 60
Rp 50
4 kali
50 hari
|
Rp 180
Rp 50
Rp 30
Rp 40
6 kali
30 hari
|
Hari Rata-rata pengumpulan piutang adalah sangat penting, makin lama makin
buruk bagi kas perusahaan, dan sebaliknya. Perputaran piutang yang tinggi
sangat baik bagi perusahaan, karena investasi dalam piutang rendah dan sebaliknya.
Cara lain untuk menentukan perputaran piutang dan rata-rata pengumpulan
piutang dapat disajikan dengan ilustrasi berikut ini. PT ABC memiliki nilai
penjualan per tahun Rp 180, seluruhnya dijual kredit 30 hari, dengan ketentuan,
jika pembayaran dilakukan dalam waktu 10 sejak tanggal penjualan, diberikan
potongan tunai 2 %, model ini lazim
disebut 2/10, net 30. Dari jumlah tersebut, 60 % dibayar dalam waktu 10
hari, dan sisanya dalam waktu 30 hari. Berdasarkan
informasi tersebut dapat dihitung:
1) Jangka Waktu
Penagihan (Day Sales Oustanding atau DSO)
atau Periode Penagihan Rata-rata (Average
Collection Period atau ACP) adalah: 0,60(10) + 0,40(30) = 18 hari.
2) Penjualan
Harian Rata-rata (Average Daily Sales
atau ADS), dengan asumsi satu tahun 360 hari kerja: (Rp 180 / 360) = Rp
0,50
3) Piutang PT ABC
sepanjang tahun setiap saat sebesar: (Jangka Waktu Penagihan X Penjualan Harian
Rata-rata) = (18 hari X Rp 0,50) = Rp 9.
4)
Perputaran
Piutang = (Penjualan / Piutang) = (Rp
180 / Rp 9) = 20X
5) Periode
Penagihan Rata-rata = (360 hari / Perputaran Piutang) = (360 hari / 20) = 18
hari.
6)
Periode Penagihan
Rata-rata atau Jangka Waktu Penagihan dapat dihitung dengan rumus:
Piutang Usaha Rp 9
= =
18 hari
(Penjualan / 360
hari) (Rp 180 / 360 hari)
Manajer keuangan harus mengetahui penjualan per hari
secara kredit dan jumlah rata-rata piutang sepanjang tahun di setiap saat.
Dengan mengetahui kedua unsur tersebut, ia dapat mengatur arus kas masuk dari tagihan
piutang.
2.
Pengendalian Piutang
Perputaran piutang harus dikendalikan dengan menyusun
tabel umur piutang (aging schedule of
receivables), di mana dalam tabel tersebut dapat diketahui jumlah piutang
yang segera dapat ditagih dan yang lambat ditagih, dan dapat diketahui
pengutang atau debitur yang baik dan yang buruk.
Mengelola arus kas masuk dan keluar adalah salah satu
tugas pokok bagian keuangan karena semua transaksi bisnis bermuara ke dalam
kas. Manajer keuangan pada umumnya mengharapkan penjualan dapat dilakukan
dengan tunai, atau kredit dengan waktu yang sesingkat-singkatnya, agar supaya
arus kas masuk cepat. Untuk mengelola keuangan perusahaan yang baik, manajer
keuangan harus menyusun anggaran pengumpulan piutang yang akan digunakan untuk
mengendalikan piutang. Makin panjang umur piutangnya, makin buruk kondisi
perusahaan karena makin lama piutang tersebut menjadi uang tunai (kas).
Contoh skedul umur piutang dapat disajikan dalam tabel
11.2, yang terdiri PT ABC dan PT ABK. Syarat kredit kedua perusahaan
tersebut adalah 2/10/net 30.
Tabel
01.2
Skedul
Umur Piutang (Agimg Schedule of
Receivable)
Umur Piutang
|
PT ABC
|
PT ABK
|
||
Nilai
Piutang
|
% Dari Total
Nilai Piutang
|
Nilai
Piutang
|
% Dari Total
Nilai Piutang
|
|
0-10
11-30
31-45
46-60
di atas 60
Total
|
640
160
0
0
0
800
|
80%
20%
100%
|
400
160
120
80
40
800
|
50%
20%
15%
10%
5%
100%
|
PT ABC lebih
baik daripada PT ABK, karena semua pelanggan membayar tepat waktu 80% pada hari
ke 10, dan sisanya 20% membayar pada hari ke 30. Sedangkan PT ABK pelanggannya
tidak tepat membayar sesuai dengan perjanjian kredit, 30% yaitu (15% + 10% +
5%) pelanggannya membayar lewat 30 hari dari jatuh tempo. Perusahaan yang baik
seyogianya mengikuti manajemen piutang PT ABC seperti ilustrasi di atas.
Manajer keuangan harus kontrol ketat jangka waktu
penagihan dan skedul umur piutang. Kedua unsur itu harus dihubungkan dengan
syarat kredit dan kedua unsur itu untuk mengetahui efektifitas bagian penagihan
menjalankan tugasnya. Jika jangka waktu penagihan makin panjang dan rasio umur
piutang yang melewati jatuh tempo makin besar, maka harus diadakan peninjauan
kembali kebijakan penjualan kredit.
3.
Anggaran Pengumpulan Piutang
Pada umumnya perusahaan besar mempunyai banyak pelanggan dengan kredit.
Kondisi yang demikian mempengaruhi arus kas perusahaan. Misal, PT ABC mempunyai
penjualan bulan Januari Rp 100, Februari Rp 200, dan Maret Rp 300. Syarat
pembayaran ditetapkan 3/20/net 30, 70% pelanggan membayar 20 hari setelah bulan
penjualan, 20% pelanggan membayar 10 hari terakhir bulan kesatu sesudah bulan
penjualan, dan 10% pelanggan membayar bulan kedua setelah bulan penjualan.
Berdasarkan informasi tersebut aggaran pengumpulan piutang dapat disajikan pada
tbel 11.3. Rincian perhitungan piutang bulan Februari, Maret, April,adalah sebagai
berikut:
Bulan
Februari:
o
Pengumpulan
piutang bulan Februari 70% X Rp 100 = Rp 70 dikurangi potongan tunai 3% X Rp 70
= Rp 2,10 = Rp 67,90.
o
20%
terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% X Rp 100 = Rp 20.
o
Jadi
dalam bulan Februari, piutang terkumpul = Rp 67,90 + Rp 20 = Rp 87,90
Bulan Maret:
o Piutang atas penjualan bulan Januari 10% X Rp 100 = Rp 10
o Piutang atas penjualan bulan Februari 70% X Rp 200 = Rp 140, dikurangi 3% X Rp 140 = Rp
4,20 = Rp 135,80
o Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% X Rp 200 = Rp
40
o Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 10 + Rp
135,80 + Rp 40 = Rp 185,80
Bulan April:
o Piutang atas penjualan bulan Februari 10% X Rp 200 = Rp
20
o Piutang atas penjualan bulan Februari 70% X Rp 300 = Rp
210, dikurangi 3% X Rp 210 = Rp 6,30 = Rp 203,70
o Terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir, 20% X Rp 300 = Rp
60
o Jadi dalam bulan Maret, piutang terkumpul = Rp 20 + Rp
203,70 + Rp 60 = Rp 283,70
4.
Kebijakan Kredit (Credit
Policy)
Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh banyak faktor antara
lain kualitas produk, harga yang kompetitif, distribusi yang cepat, promosi,
pelayanan purna jual, kebijakan kredit, dan lain-lain. Berikut ini disajikan
contoh kasus:
Kasus PT Lesmana: kebijkan lama: potongan tunai 3% untuk
pembayaran sampai dengan 7 hari (3/7).Rata-rata Pengumpulan piutang 30 hari,
pembeli yang memanfaatkan potongan tunai 15%, piutang tak tertagih (bad debt)
2% dari penjualan kredit (credit sales).
Penjualan selama satu tahun 1.500 @ Rp 5, VC Rp 2,3, biaya modal diperhitungkan
22% per tahun.
Kebijakan baru: perjanjian kredit penjualan (term of sales) adalah 4/15, potongan
tunai 4% bagi yang melakukan pembayaran sampai dengan 15 hari. Rata-rata
pengumpulan piutang 40 hari. Yang memanfaatkan potongan tunai bertambah menjadi
25% dan penjualan meningkat 20%, tambahan tenaga penjual 3 orang dengan gaji
per bulan Rp1,7 per bulan per orang, piutang tak tertagih (bad debt) 3%. Apakah
perusahaan mempertahankan kebijakan lama atau baru? Solusi kasus PT Lesmana
tersebut dapat disajikan dalam tabel 11.4.
Keterangan
tabel 11.4:
o
*Marjin
kontribusi = [1 – (2,3 / 5)] = 54%
o
Perhitungan Laba
(rugi) atas kebijakan baru:
o
Tambahan marjin
kontribusi = (Rp 4.860 – Rp 4.050) =
Rp 810,00
o
Tambahan biaya
modal = (Rp 75,9 – Rp 53,7625) =
(Rp 22,14)
o
Tambahan
piutang tak tertagih = (Rp 202,5 – Rp 127,5) =
(Rp 75,00)
o
Tambahan potongan
tunai = (Rp 90 – Rp 33,75) = (Rp 56,25)
o
Gaji
tenaga penjual =
(Rp 61,20)
o
Tambahan
Laba =
Rp 595,41
Kesimpulan: Kebijakan baru adalah layak dijalankan karena ada
tambahan laba sebesar Rp 595,41.
Tabel 10.3
Solusi Kasus PT Lesmana
Keterangan
|
Kebijakan Lama
|
Kebijakan Baru
|
Penjualan
Piutang
Tunai
Perputaran (Turnover)
Rata-rata Piutang
Investasi pada
piutang
Biaya Modal
Piutang Tak Tertagih
(bad debt)
Potongan Tunai
(cash
discount)
Marjin
Kontribusi*
Gaji tenaga
penjual
|
Rp 7.500
85% X 7.500
=
Rp 6.375
Rp
1.125
360/30
= 12X
Rp
6.375/12 =
Rp
531,25
46%
X Rp 531,25 =
Rp
244,375
22%
X Rp 244,375 =
Rp
53,7625
2%
X Rp 6.375 =
Rp
127,5
3%
X Rp 1.125 =
Rp
33,75
54%
X Rp 7.500 =
Rp
4.050
|
(1+20%)(7.500)
= Rp 9.000
75% X 9.000
= Rp 6.750
Rp 2.250
360/40 = 9X
Rp 6.750/9 =
Rp 750
46% X Rp 750
= Rp 345
22% X Rp 345
= Rp 75,9
3% X Rp
6.750 = Rp 202,5
4% X Rp
2.250 = Rp 90
54% X Rp
9.000 =Rp 4.860
3 X 12 X Rp
1,7 = Rp 61,2
|
MANAJEMEN
PERSEDIAAN
Kegiatan
bisnis yang memerlukan manajemen persediaan adalah bidang industri manufaktur
dan perdagangan. Dalam industri manufaktur, persediaan terdiri dari:
(1)persediaan bahan baku, (2)persediaan barang dalam proses, (3)persediaan
barang jadi, dan (4)persediaan bahan
pembantu. Sedangkan dalam perusahaan dagang yang dimaksud persediaan adalah
persediaan barang dagangan.
Dalam
perusahaan industri manufaktur, bahan baku diproses menjadi barang jadi,
kemudian dijual. Proses ini memerlukan waktu panjang sehingga modal yang
diinvestasikan dalam persediaan cukup besar dan perputarannya relatif lambat.
Kondisi yang demikian manajemen persediaan harus mendapatkan perhatian
manajemen yang sangat serius. Kelebihan persediaan akan mengakibatkan
pemborosan penggunaan modal, sedangkan kekurangan persediaan proses produksi
bisa terganggu. Mengelola persediaan dalam perusahaan industri manufaktur
relatif lebih sulit dibanding dengan mengelola persediaan dalam perusahaan
dagang. Dalam perusahaan dagang, persediaan barang dagangan dibeli untuk
dijual; waktu yang dibutuhkan relatif pendek, sehingga modal yang digunakan
berputar relatif cepat.
Manajemen
persediaan dalam perusahaan industri manufaktur dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu model Economic Order Quantity atau
EOQ dan Tepat Waktu atau Just in Time (JIT).
Penggunaan model tersebut tergantung pada kebijakan manajemen terhadap pemasok.
Jika pemasok diperlukan sebagai pesaing, yaitu mencari pemasok yang paling
murah dapat menyediakan bahan baku, maka model EOQ lazim digunakan. Tetapi jika
pemasok diperlakukan sebagai partner bisnis yang setia dan dinyatakan satu
kesatuan dalam proses produksi, maka model JIT lazim digunakan.
1.
Model Economic Order Quantity (EOQ)
Pada umumnya perusahaan menggunakan cara tradisional dalam mengelola
persediaan, yaitu dengan cara memiliki persediaan minimal untuk mendukung
kelancaran proses produksi. Di samping itu, perusahaan juga memperhitungkan
biaya persediaan yang paling ekonomis yang dikenal dengan istilah Economic Order Quantity atau EOQ. EOQ
akan menjawab pertanyaan berapa banyak kualitas bahan baku yang harus dipesan
dan berapa biayanya yang paling murah atau paling ekonomis.
Perusahaan manufaktur pada umumnya memperhitungkan empat macam persediaan,
yaitu persediaan bahan baku, persediaan bahan pembantu, persediaan barang dalam
proses, dan persediaan barang jadi. Pada umumnya persediaan bahan pembantu
jumlahnya relatif kecil, maka tidak dibahas dalam kajian ini.
Persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan persediaan barang jadi
harus dihitung tingkat perputarannya (turn
overnya) tujuannya adalah untuk pengendalian. Teknik perhitungan perputaran bahan sebagai berikut:
Bahan Baku
digunakan dalam proses produksi
Perputaran
Persediaan =
Bahan Baku Rata-rata persediaan bahan baku
Harga Pokok Produksi
Perputaran
Persediaan =
Barang dalam Proses Rata-rata persediaan barang dalam
proses
Harga pokok penjualan atau penjualan
Perputaran
Persediaan =
Barang
Jadi
Rata-rata persediaan barang jadi
Harga Pokok penjualan atau
Penjualan
Perputaran
Persediaan =
Barang
Dagangan Rata-rata
persediaan barang dagangan
Dalam kegiatan manufaktur, pengelolaan bahan baku merupakan unsur penting
manajemen yang harus dikelola secara profesional. Besar kecilnya persediaan
bahan baku berhubungan langsung dengan modal yang diinvestasikan ke dalamnya;
makin besar persediaan bahan baku, makin besar investasi dan makin besar beban
biaya modal, dan sebaliknya. Besar kecilnya nilai persediaan bahan baku dipengaruhi oleh:
1) Estimasi dan
perencanaan volume penjualan
2) Estimasi dan
perencanaan volume produksi
3) Estimasi dan
perencanaan kebutuhan bahan baku
yang digunakan dalam proses produksi
4) Biaya order
pembelian
5) Biaya
penyimpanan
6) Harga bahan baku
Dalam
mengelola bahan baku
dibutuhkan dua unsur biaya variabel utama, yaitu biaya pesanan (procurement cost atau set up cost) dan
biaya penyimpanan (storage cost atau
carrying cost).
Yang termasuk
biaya pesanan antara lain adalah:
1) Biaya proses
pemesanan bahan baku
2) Biaya
pengiriman pesanan
3)
Biaya penerimaan
bahan baku yang dipesan
4) Biaya untuk
memproses pembayaran bahan baku
yang dibeli
Biaya-biaya
tersebut makin besar jika jumlah tiap-tiap pesanan kecil, atau makin kecil
jumlah bahan baku tiap-tiap pesanan, makin besar jumlah biaya pesanan dalam
suatu periode tertentu, misalnya dalam satu tahun. Sedangkan yang termasuk
biaya penyimpanan (penggudangan) adalah:
1)
Biaya untuk
mengelola bahan baku (biaya menimbang dan menghitung)
2)
Biaya sewa gudang
atau penyusutan gudang
3)
Biaya
pemeliharaan dan penyelamatan bahan baku
4) Biaya asuransi
5) Biaya pajak
6) Biaya modal
Manajemen harus menghitung biaya yang paling ekonomis pada setiap jumlah
barang yang dibeli (dipesan). Biaya tersebut adalah saling hubungan antara
harga bahan baku, biaya penyimpanan yang umumnya dihitung berdasar persentase
tertentu dari nilai persediaan rata-rata, jumlah bahan baku yang dibutuhkan
dalam satu periode misalnya dalam satu tahun, dan biaya pesanan. Teknik
perhitungan ini lazim disebut Economic
Order Quantity atau EOQ dengan rumus:
EOQ = √2XRXS
P X I
Di mana:
R =
Requirement of raw material, atau
jumlah bahan baku yang dibutuhkan selama
satu tahun periode, misalnya 1.200 unit
S =
Set up cost, atau biaya pesanan
setiap kali pemesanan, misalnya Rp 15
P = Price, atau harga bahan baku per satuan, misalnya Rp 1 per unit
I = Inventory, atau biaya memiliki persediaan yang terdiri dari: biaya
keuangan 10%, biaya penyusutan fisik 10%, biaya modal atau biaya bunga pinjaman
10%, biaya penanganan bahan 2%, biaya pajak kekayaan 2%, biaya asuransi 2%, dan
biaya penggudangan 3%, biaya lain-lain 1% (atau total biaya memiliki persediaan
40% dan biaya diperhitungkan dari nilai persediaan rata-rata).
EOQ = √2 X 1.200 X
15
= √ 36.000
= √ 90.000
= 300 unit
= 0,40 X 1
= 0,40
Dengan diketahui angka 300 unit setiap pesanan, berarti dalam satu tahun
dapat dilakukan 4 kali pesanan. Dalam 4 kali pesanan itu biaya persediaan bahan
baku adalah yang paling rendah atau paling ekonomis. Rincian perhitungan biaya
persediaan dapat disajikan dalam tabel 12.1
Tabel 11.1
Perhitungan Biaya Persediaan yang paling Ekonomis
Frekwensi pemesanan bahan baku
|
3X
|
4X
|
5X
|
Jumlah bahan baku yang dipesan
Rata-rata persediaan dalam unit
Nilai persediaan rata-rata
Biaya pesanan
Biaya penyimpanan
Jumlah Biaya persediaan
|
400 unit
#200
*Rp 200
**Rp 45
***Rp 80
Rp 125
|
300 unit
150
Rp 150
Rp 60
Rp 60
Rp 120
|
240 unit
120
Rp 120
Rp 75
Rp 48
Rp 123
|
|
|
|
Keterangan:
Teknik perhitungan 3X pesan
#200 unit = (400unit / 2)
* Rp 200 = 200 unit x Rp 1
** Rp 45 = 3 kali pesan @ Rp 15 per sekali pesan
*** Rp 80 = 40% X Rp Rp 200 nilai persediaan rata – rata
Teknik perhitungan untuk 4X pesan dan 5X pesan seperti pada 3X pesan.
Jika biaya penyimpanan dinyatakan dalam Rupiah per unit (missal Rp 0,4),
maka EOQ dapat dihitung sebagai berikut.
= √2 X 1.200 X 15
= √
36.000
= 300 unit
= 0,4
Dalam satu tahun mengadakan pesanan 4X yaitu kebutuhan satu tahun 1.200
unit dibagi 300 unit, atau besarnya penggunaan bahan per bulan sebesar 100 unit
atau setiap minggu sebesar 25 unit. Dengan demikian, pesanan dilakukan setiap12
minggu atau 3 bulan sekali. Jika EOQ 300 unit dan kebutuhan bahan baku selama
satu periode (satu tahun) 1.200 unit, maka jumlah pesanan adalah 4X pesanan.
Pada 4X pesanan biaya persediaan yang paling ekonomis dapat disajikan dalam
tabel 12.1
Berdasarkan perhitungan dalam tabel 12.1 tersebut, maka biaya persediaan
yang paling ekonomis adalah Rp 120, yaitu pada tingkat pesanan 400 unit sekali
pesan, dan perusahaan hanya memesan 4X. Pada 3X kali pesanan biaya persediaan
sebesar Rp 125, dan pada 5X pesanan, biaya persediaan sebesar Rp 123.
2.
Titik Pemesanan Kembali (Recorder Point)
Dalam pengelolaan persediaan bahan baku, perusahaan harus mempunyai
persediaan besi (safety stock), yaitu
suatu jumlah persediaan bahan baku yang harus selalu ada dalam gudang untuk
menjaga kemungkinan terlambatnya bahan baku yang di pesan. Di samping itu,
perusahaan juga harus memperhitungkan penggunaan bahan baku selama waktu
menunggu datangnya bahan baku yang di pesan (lead
time).
Titik pemesanan kembali adalah titik dimana pesanan bahan baku harus
dilakukan. Hal ini merupakan fungsi dari EOQ, waktu tunggu pesanan dating atau
tenggang waktu, dan persediaan besi atau persediaan pengaman (safety stock). Ketiga unsure tersebut
dapat di sajikan rumus sebagai berikut:
Rumus titik
pemesanan kembali:
(Tingkat
penggunaan bahan selama tenggang waktu + besi)
Misalnya lead time 6 minggu, dan
kebutuhan bahan baku tiap minggu 25 unit, dan safety stock ditentukan 40% dari kebutuhan selama lead time, re-order point adalah sebagai
berikut:
Re-order point
(ROP) = (6 X 25) + 40%(6 X 25) = 150 + 60 = 210 unit
Safety stock juga dapat ditentukan berdasr
kebutuhan bahan baku dalam beberapa minggu,
misalnya dalam 5 minggu, kebutuhan bahan baku
tiap minggu 25 unit, maka:
Re-order point
(ROP) = (6 X 25) + (5 X25) = 150 + 125 = 275 unit
Yang berhak
menentukan besarnya safety stock dan lead time adalah manajer pabrik berdasar
pengalaman dari waktu ke waktu dan pengetrapan teori dalam praktik produksi.
Pada hakikatnya praktik produksi menentukan teori produksi. Oleh sebab itu,
walau jenis produksinya sama, praktiknya belum tentu sama, dan teori untuk
memecahkan masalah juga tiadak sama.
Secara grafis, penentuan jumlah pesanan dengan biaya yang paling ekonomis
pada tabel 12.1 dapat disajikan dalam gambar 12.1.
Gambar 11.1
Jumlah pesanan yang paling ekonomis
Keterangan:
°
Makin sering
melakukan pesanan makin besar biaya pemesanan
°
Makin sering
melakukan pemesanan, makin kecil biaya penyimpanan
Titik pemesanan kembali (reorder
point), jika safety stock dinyatakan
5 minggu kali kebutuhan per minggu atau sebesar 125 unit, dan tenggang waktu
pemesanan diterima 6 minggu kali kebutuhan per minggu sebesar 150 minggu, maka
titik pemesanan kembali sebesar 275 unit. Jumlah pesanan yang paling ekonomis
adalah sebesar 725 unit yaitu dari perhitungan EOQ 600 unit ditambah 125
persediaan besi (safety stock).
Hubungan titik pemesanan kembali, persediaan besi dan persediaan maksimum dapat
disajikan dalam gambar 12.2.
Gambar 11.2
Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
3.
Biaya Kehabisan Persediaan
Perusahaan takut bila terjadi kehabisan persediaan,. Bila perusahaan
kehabisan persediaan maka akan melibatkan analisis empat faktor yaitu: (1)
siklus persediaan per tahun, (2) unit kehabisan persediaan, (3) kemungkinan
kehabisan persediaan, dan (4) biaya kehabisan persediaan per unit. Multiplier
dari keempat faktor tersebut disebut biaya kehabisan persediaan. Dengan
demikian, biaya kehabisan persediaan dapat disajikan dengan perhitungan:
Ø Biaya kehabisan = (siklus persediaan per tahun x unit
kehabisan persediaan x kemungkinan kehabisan persediaan x biaya kehabisan
persediaan per unit)
Ø Siklus persediaan per tahun = (kebutuhan bahan baku per
tahun / EOQ)
Ø Unit kehabisan persediaan = (pemakaian bahan baku harian
atau mingguan – unit bahan baku tenggang waktu atau lead time)
Ø Kemungkinan kehabisan persediaan adalah probabilitas atas
pemakain bahan baku harian
Ø Biaya kehabisan persediaan ditentukan oleh pengalaman dan
pengetahuan manajer pembelian
Ø Pada tabel ilustrasi diatas menunjukkan bahwa kebutuhan
bahan selama satu tahun 1.200 unit, EOQ 300 unit, selama satu tahun dilakukan
pesanan 4X atau setiap 3 bulan atau 12 minggu; kebutuhan bahan per minggu (300
unit / 12 minggu) = 25 unit. Waktu tunggu datangnya pesanan 6 minggu atau (6 x
25 unit) = 150 unit, dan penggunaan maksimum per minggu 30 unit atau (6 x 30
unit) = 180 unit, maka kehabisan persediaan dalam unit adalah 180 unit
dikurangi 150 unit sama dengan 30 unit. Jika diketahui bahwa kemungkinan
distribusi pemakaian mingguan adalah:
Pemakaian
Mingguan Kemungkinan
|
30
0,2
25
0,5
20 0,2
10
0,1
|
Manajer produksi menetapkan kemungkinan pemakaian harian 0,2 dan biaya
kehabisan persediaan per unit Rp 2,083. Berdasarkan informasi yang tersedia itu
dapat dihitung biaya kehabisan persediaan:
(4 x 30 x 0,2 x Rp2,083) = Rp 50.
Kemudian dapat dihitung besarnya persediaan pengaman dalam unit dengan
rumus: (biaya kehabisan persediaan = biaya memiliki persediaan-persediaan
pengaman). Biaya memiliki persediaan pengaman adalah biaya penyimpangan
(carrying costs) kali harga bahan kali unit persediaan pengaman: (40% x Rp 1 x
X) = Rp 0,4X. Besarnya unit persediaan pengaman: (Rp 50 = Rp 0,4X), jadi X atau
unit persediaan pengaman = 125 unit.
Keunggulan Model
EOQ:
1)
Dapat dijadikan
dasar penukaran (trade off) antara
biaya penyimpanan dengan biaya persiapan atau biaya pemesanan (setup cost).
2)
Dapat mengatasi
ketidakpastian penggunaan persediaan pengaman atau persediaan besi (safety stock).
3)
Mudah
diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki standar
tertentu dan diproduksi secara massal.
4)
Lazim digunakan
pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat. Jika ada pasien yang sakit
mendadak dan perlu obat segera, apotek rumah sakit dapat melayani dengan cepat.
Kelemahan Model
EOQ:
Hakikatnya model EOQ adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra
bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada mereka, sehingga
penggunaan model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat
mengganggu proses produksi.
4.
Pengawasan Persediaan
Hakikat dari pengawasan persediaan barang adalah mulai bahan baku dipesan
sampai produk jadi digunakan oleh konsumen, yang terdiri dari pengawasan fisik,
nilai, dan biaya. Pengawasan barang meliputi pengawasan bahan baku, bahan
pembantu, barang dalam proses, dan pengawasan barang jadi. Pengawasan bahan
baku dan bahan pembantu dimulai dari bahan dipesan sampai dengan permintaan
pemakaian bahan dalam proses produksi; pengawasan itu meliputi fisik (jumlah
unit, kerusakan, keuangan, kehilangan, dan tingkat perputaran), biayanya, dan
nilainya dala bentuk satuan uang.
Pengawasan barang dalam proses meliputi produk cacat, produk rusak, produk
hilang dalam proses produksi. Sedangkan pengawasan barang jadi meliputi rencana
penjualan, jadwal pengiriman, dan pelayanan purna jual. Keempat jenis barang
itu (bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi) jumlah
persediaannya secara fisik harus dikendalikan, agar tidak terjadi kekurangan
dan kelebihan. Kekurangan persediaan bahan baku dan bahan pemabantu dapat
mengakibatkan proses produksi terganggu, dan kekurangan persediaan barang jadi
akan mengakibatkan kesulitan memenuhi permintaan konsumen. Sebaliknya jika
terjadi kelebihan persediaan, dapat mengakibatkan modal yang ditanamkan dalam
persediaan tersebut besar, dan biaya modalnya besar.
5.
Model Tepat Pada Waktu (Just In Time Atau JIT)
Model JIT adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis
sejati; mereka dididik, dibina, dan diperlakukan sebagai bagian dari perusahaan
yang dipasok bahan bakunya. Pengertian JIT adalah persediaan dengan nilai nol
atau mendekati nol, artinya perusahaan tidak menanggung biaya persediaan. Bahan
baku akan tepat datang pada saat dibutuhakan. Model yang demikian tentu saja
pemasoknya adalah pemasok yang setia dan profesional. Dengan model ini terjadi
efisiensi biaya persediaan bahan baku.
Dalam hubungannya dengan barang jadi (finished
goods) model JIT juga diterapkan, dimana perusahaan hanya memproduksi
sesuai dengan pesanan sehingga ia tidak mempnyai persediaan barang jadi.
Dampaknya adalah penghematan biaya persediaan barang jadi. Model ini dapat
diterapkan jika semua pihak yang terlibat dalam proses produk mulai dari
pemasok sampai ke pelanggan memiliki motivasi kuat dalam pengendalian dan peningkatan
kualitas berkelanjutan.
JIT bertujuan mengubah budaya perusahaan, yaitu usaha menjadi organisasi
terbaik dari atas ke bawah; setiap orang adalah pakar bagi pekerjaannya sendiri
dengan mengendalikan berpikir kolektif
dan kreatif. Hakikatnya, JIT adalah peningkatan proses untuk menghindari
masalah kronis, yaitu masalah yang ditimbulkan dari pemasok bahan baku yang
mengakibatkan kerugian; masalah ini sulit diidentifikasi dan umunya dibiarkan,
maka menjadi penyakit kronis yang sulit diobati. Hubungan kerja sama jangka
panjang dengan pemasok harus dibina, pemasok tidak boleh dieksploitir demi
keuntungan sesaat.
Prinsip dasar JIT adalah bahwa perusahaan tidak memiliki persediaan besi (safety stock). Dengan tidak memiliki safety stock, perusahaan dapat menghemat
biaya persediaan. Dalam model ini pemasok menjadi mitra sejati yang loyal dan
profesional karena setiap saat bahan baku diperlukan untuk proses produksi,
pada saat itu pula bahan baku harus sudah ada di tempat proses produksi.
Motivasi semua pihak yang demikian itu hanya bisa terjadi bila mereka
berpikir kritis dialektik, artinya setiap akibat harus dicari sebabnya, dan
setiap obyek dicari saling hubungannya dengan obyek yang lainnya. Ishikawa
menemukan teori untuk menelusuri sebab yang dapat menggunakan “Ishikawa Tulang
Ikan”. Ia menjelaskan bahwa setiap kegagalan pasti ada sebabnya, dan penyebab
itu dapat ditelusuri dari tujuh aspek yaitu aspek:
Ø Tenaga manusia, kurang latihan, kurang pengetahuan, dan
ketrampilan sehingga produktifitas rendah dan kualitas output rendah.
Ø Metode kerja, tanpa petunjuk kerja yang jelas sehingga
pekerja (buruh) bekerja tidak mengikuti aturan.
Ø Peralatan, kurang perawatan, aus, dan teknologi sudah
usang.
Ø Material, salah menentukan spesifikasi: kualitas dan
jenis
Ø Lingkungan, kondisi kerja yang kurang menyenangkan atau
kondisi kerja yang buruk yang mengakibatkan pekerja (buruh) tidak memiliki
motivasi kerja.
Ø Pengukuran, kurang tepat mengadakan pengukuran hasil
kerja.
Ø Kepemimpinan, gaya yang otokratik sehingga pekerja
(buruh) tidak menghargai pemimpinnya (manajernya).
Jika salah satu dari tujuh aspek rusak, maka outputnya rusak, apalagi
ketujuh aspek tersebut rusak semua. Setiap kesalahan atau kegagalan harus
diperbaikki secara terus menerus agar produktifitas kerja dapat ditingkatkan,
mutu dapat ditingkatkan, dan nilai persediaan dapat dikurangi. Di samping itu,
perbaikan secara terus menerus juga dapat meningkatkan rancangan produk,
perbaikan proses produksi, perbaikan distribusi, perbaikan promosi, perbaikan
harga, dan perbaikan layanan purna jual. Hubungan input dengan output
berdasarkan gambar Ishikawa Tulang Ikan disajikan dalam gambar 12.3.
Gambar 12.3.
Ishikawa Tulang Ikan (dilengkapi)
Keunggulan JIT
Keunggulan JIT
antara lain adalah:
Ø Menghilangkan
pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya dalam kuantitas yang
diminta pelanggan.
Ø Dampak
persediaan, persediaan kecil, mungkin nol.
Ø Tata letak pabrik, dikelompokkan satu macam produk, atau
sistem sel.
Ø Pengelompokkan karyawan, dalam satu jenis produk.
Ø Pemberdayaan karyawan, dilatih dan dididik terus menerus
menyesuaikan dengan perubahan alat kerja dan metode kerja.
Ø Pengendalian
mutu total, semua orang bertanggung jawab terhadap mutu produk.
Kritik terhadap JIT
Kritik terhadap JIT anatara lain:
ü Sulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal
hanya melayani pesanan pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan
sebagainya, dan hanya memproduksi satu jenis produk.
ü Dalam industri sulit sekali suatu tidak memiliki persediaan,
khususnya yang bahan bakunya impor.
ü Sulit dilakukan oleh pabrik-pabrik pada umumnya yang
hanya memproduksi satu macam komoditi dengan teknologi khusus.
ü Menempatkan karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis
produk tidak mudah, dan mungkin biayanya mahal.
ü Pada umumnya perusahaan disibukkan oleh kegiatan rutin
memproduksi komoditi terus menerus tanpa menghiraukan peningkatan ketrampilan
dan pengetahuan karyawan; mereka lebih suka membajak karyawan lain yang sudah
ahli sehingga tidak perlu mendidik dan melatih; teknologi dan metode kerja
tidak begitu mudah diganti.
ü Karyawan pada umumnya bekerja atas dasar upah; mereka
bekerja bukan ingin merealisasikan bakat dan pengetahuannya tetapi mencari
upah, jadi mereka pada umumnya kurang peduli terhadap mutu produk.
Item
|
Agustus
|
Desember
|
Biaya
Tahunan
|
Bagian pembelian
Bagian administrasi
Bagian gudang
|
5.000
4.000
3.000
|
4.500
3.000
2.500
|
56.000
37.000
33.000
|
Jumlah
|
12.000
|
10.000
|
126.000
|
Yang termasuk
biaya bagian pembelian adalah gaji manajer dan pegawai, biaya order, dan biaya
peralatan kantor. Yang termasuk biaya bagian administrasi pembelian adalah gaji
manajer dan pegawai dan biaya peralatan kantor, dan yang termasuk biaya gudang
adalah gaji manajer, pengawas, pegawai penerima, pegawai pengirim, biaya
angkutan, biaya peralatan. Bagian pembelian bertanggung jawab semua pemesanan
barang, bagian administrasi bertanggung jawab atas pembayaran utang dagan, dan
bagian gudang bertanggung jawab kelancaran penerimaan dan pengiriman barang.
Kantor dan gudang disewa dengan harga Rp 20.000 per tahun, biaya asuransi Rp
2.000 per tahun, dan pajak bumi dan bangunan Rp 3.000 per tahun. Pajak perseroan 50% per tahun, bunga jangka pendek 18%
per tahun, dan bunga jangka panjang 16% per tahun. Data mengenai persediaan
dalam tahun yang bersangkutan adalah: persediaan awal per 1 Januari Rp 50.000,
persediaan akhir per 31 Desember Rp 30.000, saldo persediaan tertinggi bulan
Agustus Rp 60.000, dan saldo terendah bulan Desember Rp 40.000, Persediaan
rata-rata setiap bulan Rp 55.000, Saudara diminta untuk:
1)
Menghitung biaya
per pesanan, biaya penyimpangan dan pemeliharaan, dan apa rekomendasi Anda?
2)
Jika perusahaan
menjualkan 300 unit per bulannya, dengan harga Rp 45 per unit, dan rata-rata
persediaan 60 unit, biaya pesanan sekali pesan Rp 15, hari kerja dinyatakan 360
hari per tahun, biaya mengelola persediaan Rp 432 per tahun berapa hari setiap
pesanan dilakukan dan berapa besarnya biaya penyimpanan dan pemeliharaan
persediaan?
MANAJEMEN MODAL
KERJA
Modal
kerja adalah investasi dalam harta jangka pendek atau investasi dalam harta
lancar (current assets). Modal kerja
dapat dikategorikan menjadi dua yaitu modal kerja kotor (gross working capital) dan modal kerja bersih (net working capital). Modal kerja kotor adalah jumlah harta lancar,
dan modal kerja bersih adalah jumlah harta lancar dikurangi jumlah utang lancar
(current liabilities). Manajemen
modal kerja mengelola harta lancar dan utang lancar agar harta lancar selalu
lebih besar daripada utang lancar.
Salah satu
tugas manajer keuangan adalah mengelola harta lancar untuk membiayai kegiatan
bisnis dan untuk membayar utang yang jatuh tempo. Oleh sebab itu, harta lancar
itu harus dibiayai dengan utang jangka pendek atau utang jangka panjang. Di
Negara-negara maju, bunga utang jangka pendek lebih murah daripada bunga utang
jangka panjang. Hal itu disebabkan resiko pengembalian utang jangka pendek
lebih kecil daripada utang jangka panjang , dan penawaran modal cukup besar;
manajer keuangan pada umumnya cenderung memilih membiayai harta lancar dengan
utang jangka pendek. Tetapi di Negara-negara sedang berkembang, termasuk
Indonesia, bunga utang jangka pendek lebih mahal daripada utang jangka panjang,
karena penawaran modal relatif kecil dan untuk memperoleh modal secara cepat sulit
dipenuhi, oleh sebab itu manajer keuangan pada umunya cenderung memilih
membiayai harta lancar dengan utang jangka panjang.
Modal
kerja dalam hal ini adalah modal kerja bersih, berubah mengikuti transaksi
bisnis, khususnya tingkat penjualan. Manajemen pada umumnya mengambil kebijakan
modal kerja agresif, moderat, konservatif, tergantung keberaniannya mengamnbil
resiko bisnis. Kesalahan dalam mengelola modal kerja mengakibatkan hilangnya
kepercayaan internal dan eksternal. Kepercayaan internal adalah kepercayaan
dari pegawai dan buruh, yang disebabkan karena gaji dan upah tidak dibayar
tepat waktu. Sedangkan kepercayaan eksternal adalah kepercayaan dari partner
bisnis khususnya kreditur, yang disebabkan karena utang yang jatuh tempo tidak
dibayar tepat waktu. Jika suatu perusahaan kehilangan dua kepercayaan tersebut
dapat dipastikan akan bangkrut.
1.
Pengertian Modal Kerja
Weston dan Copeland (1997:239) menjelaskan modal kerja ialah analisis
saling hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Modal kerja juga
disebut manajemen keuangan jangka pendek. Dalam perspektif yang luas, manajemen
keuangan jangka pendek merupakan upaya perusahaan untuk mengadakan penyesuaian
keuangan terhadap perubahan jangka pendek; perusahaan harus memberi tanggapan
yang cepat dan efektif. Bidang keputusan ini sangat penting karena sebagian
besar waktu manajer keuanagn digunakan untuk menganalisis setiap perubahan
aktiva lancar dan utang lancar.
Gifman (1994:643) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar
yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke
bentuk yang lain dalam suatu kegiatan bisnis. Weston dan Brigham (1981:245)
menjelaskan bahwa manjemen modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka
pendek; kas, surat-surat berharga (efek), piutang,, persediaan. Petty, Keown,
Scott, dan Martin (1993:532) menjelaskan bahwa secara tradisional modal kerja
dapat didefinisikan sebagai investasi perusahaan dalam harta lancar.
Manajemen modal kerja meliputi administrasi harta lancar dan utang lancar,
mempunyai fungsi utama yaitu; (1) menyesuaikna tingkat volume penjualan dan
penjualan musiman; di mana silklus volume penjualan jangka pendek ini merupakan
syarat untuk prospek jangka panjang yang menguntungkan, (2) membantu perusahaan
memaksimumkan nilainya dengan cara menurunkan biaya modal dan menaikkan laba.
Modal keja sangat penting bagi perusahaan karena; (1) sebagian besar
pekerjaan manajer keuangan dicurahkan pada kegiatan operasi perusahaan
sehari-hari yang memerlukan modal keja, (2) pada umumnya nilai harta lancar
suatu perusahaan kira-kira lebih dari 50% dari jumlah harta, hal ini perlu
pengelolaan yang serius, (3) khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal
kerja sangat penting karena mereka sulit memperoleh sumber pembiayaan dari
pasar modal, (4) perkembangan pertumbuhan penjualan berkaitan erat dengan
kebutuhan modal kerja (Brigham dan Weston, 1981:245-246).
Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek: kas,
surat-surat berharga (efek), piutang, dan persediaan. Modal kerja dapat
diklasifikasi menjadi empat pengertian, yaitu:
1) Modal kerja kotor (gross working capital) adalah jumlah harta lancar perusahaan.
Modal kerja ini merupakan kekuatan “semu” karena sebagian diperoleh dari utang
jangka pendek, maka ia dapat dikatakan sebagai modal kerja tradisional atau
modal kerja kuantitatif.
2) Modal kerja bersih (net working capital) adalah harta lancar dikurangi utang
lancar. Modal kerja ini merupakan kekuatan intern untuk menggerakan kegiatan
bisnis, yaitu untuk membiayai kegiatan operasi rutin dan untuk membayar semua
utang yang jatuh tempo. Ia dapat dikatakan sebagai modal kerja kualitatif.
3)
Modal kerja
fungsioal yaitu
fungsinya harta lancar dalam menghasilkan pendapatan saat ini (current income) yang terdiri dari kas persediaan,
piutang sebesar harga pokok penjualan dan penyusunan.
4) Modal kerja potensial yang terdiri
dari efek (surat
berharga yaitu saham dan obligasi yang mudah dipasarkan) dan besarnya
keuntungan yang termasuk dalam jumlah piutang.
Keempat pengertian modal kerja tersebut dapat disajikan dari angka-angka
neraca yaitu disajikan dalam tabel 13.1. Jumlah modal kerja dapat dihitung
sebagai berikut:
1) Modal kerja bruto (Gross Working Capital) atau Modal Kerja
Kuantitatif sebesar jumlah harta lancar yaitu sebesar Rp 1.400.
2) Modal kerja netto (Net
Working Capital)
atau Modal Kerja Kualitatif sebesar harta lancar dikurangi utang lancar yaitu
Rp 1.400 – Rp 560 = Rp 840. Modal kerja ini lazim disebut Modal Kerja Permanen
karena adanya dalam perusahaan lebih dari satu tahun atau secara permanen.
Makin tinggi jumlah modal kerja permanen makin tinggi tingkat likuiditas
perusahaan.
3) Modal kerja fungsional (Functional Working Capital); kas +
persediaan + (75% X piutang) + penyusutan aktiva tetap. Jumlah modal kerja
fungsional = Rp 200 + Rp 840 + Rp 120 +Rp 500 = Rp 1.660. Unsur-unsur tersebut
secar nyata berfungsi menggerakkan kegiatan perusahaan.
4) Modal kerja potensial (Potensial Working Capital); keuntungan
dari piutang + efek, (25% X Rp 160) + Rp 200 = Rp 240. Keuntungan atau laba
dari piutang, di mana piutang asalmya dari penjualan merupakan kemampuan
manajemen menggali sumber dana dari bisnis yang dapat digunakan untuk modal
kerja dan perluasan usaha. Sedangkan efek atau surat berharga yang mudah dipasarkan (marketable security) merupakan kelebihan
kas yang ditanam dalam surat-surat berharaga untuk tujuan mendapatkan
keuntungan.
Tabel 12.1
Neraca PT Bola Dunia: 31 Desember 2004
(Perhitungan
Dalam Rupiah)
Kas
200
Efek (Sekuritas) 200
Piutang 160
Persediaan 840
Total harta lancar (a)
1.400
Tanah
100
Mesin 700
Penyusutan Mesin (100)
Gedung 1.000
Penyusutan Gedung (200)
Total harta
tetap (b) 1.500
Intangible
assets (c) 100
|
Hutang
Dagang
Hutang
Wesel
Hutang
Pajak
Hutang
Biaya
Total hutang lancar (d)
Hutang
Obligasi 5% (e)
Modal
Saham
Agio
Saham
Laba
ditahan
Total modal sendiri (f)
|
300
100
160
60
560
600
1.200
200
440
1.840
|
Total harta
(a+b+c) 3.000
|
Total klaim (d+e+f)
|
3.000
|
Tabel
12.2
Laba-Rugi PT Bola Dunia: 31 Desember 2004
(Prhitungan
Dalam Rupiah)
Keterangan
|
(Rp)
|
Rasio
|
Penjualan Bersih
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor atas penjualan
Biaya Pemasaran (penjualan)
Biaya administrasi
Laba opersai (EBIT)
Bunga obligasi 5% X 600
Laba sebelum pajak (EBT)
Pajak
Perseroan 40% X 400
Laba
bersih (EAT)
|
4.000
3.000
1.000
300
270
430
30
400
160
240
|
100,00%
75,00%
25,00%
7,50%
6,75%
10,75%
0,75%
10,00%
4,00%
6,00%
|
Keterangan:
1) Laba kotor
25%, berarti besarnya harga pokok penjulan 75%, dan ini berarti bahwa nilai
piutang secara fungsional sebesar 75% X Rp 160 = Rp 120.
2)
Besarnya
penyusutan Rp 500 yang terkandung dalam harga pokok penjualan, biaya pemasaran
dan biaya administrasi. Karena ketiga
unsur tersebut masing-masing memiliki aktiva tetap yang disusut.
Manajemen modal kerja meliputi administrasi harta lancar dan utang lancar,
mempunyai fungsi utama yakni:
1)
Menyesuaikan
perubahan tingkat volume produksi dan penjualan; jumlah modal kerja sangat
tergantung pada volume kegiatan bisnis, makin tinggi kegiatan bisnis, makin
besar modal kerja dibutuhkan untuk membiayai kegitan tersebut.
2)
Membantu
memaksimumkan nilai perusahaan, yaitu dengan cara memperkecil biaya modal untuk
meningkatkan hasil (return). Makin besar modal kerja diperoleh dari pinjaman
jangka pendek tanpa bunga, misalnya dari para pemasok, maka makin kecil dari
sumber modal permanen, dan dengan demikian akan menurunkan biaya modal.
Hakikatnya, modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan bagian
dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam
suatu kegiatan bisnis, yaitu dari kas berputar ke biaya material, upah buruh,
biaya overhead pabrik biaya pemasaran, biaya umum, persediaan, penjualan,
piutang, dan akhirnya kembali ke kas. Perputaran tersebut harus cepat agar
supaya dapat meningkatkan pendapatan atas penjualan dan laba.
2.
Perkembangan Modal Kerja
Dunia bisnis dimulai dari zaman agraris atau zaman feodalisme, di mana
bidang pertanian merupakan unsur pokok penunjang kegiatan bisnis. Bidang
pertanian merupakan pemasok bahan baku industri, oleh sebab itu hubungan antara
industri dengan pertanian sangat erat sekali. Hubungan itu dijembatani dengan
tersedianya modal kerja untuk membeli produk pertanian yang ditentukan oleh
faktor musim, kemudian mengolahnya menjadi komoditi manufaktur dan menjualnya;
siklusnya dalam kurun waktu satu tahun. Oleh sebab itu, kebutuhan modal kerja
pada umumnya dipenuhi dengan utang jangka pendek. Gambar 13.1 menggambarkan
hubungan harta tetap dengan modal kerja (harta lancar).
Gambar 12.1
Hubungan antara Harta Tetap dengan Modal Kerja (Harta
Lancar)
Gambar 13.1 menunjukkan bahwa pada hakikatnya modal kerja tidak akan sampai
ke titik nol. Itu berarti bahwa sebagian modal kerja dibiayai oleh utang jangka
panjang yang akan digunakan untuk membiayai administrasi bisnis sehari-hari,
misalnya untuk membayar gaji dan upah; biya telpon, air, listrik; biaya kantor,
dan lain-lain.
Perkembangan modal kerja selanjutnya dapat dilihat pada gambar 13.2. Modal
kerja dapat dikategorikan menjadi modal kerja permanen dan modal kerja musiman,
di mana modal kerja musiman dibiayai oleh utang jangka pendek.
Gambar 13.2
Perkembangan
Modal Kerja di Era Industri
3.
Pentingnya Modal Kerja
Modal kerja sangat penting bagi perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki
kecukupan modal kerja akan sulit untuk menjalankan kegiatannya, atau akan macet
operasinya. Tanpa modal kerja yang cukup, suatu perusahaan akan kehilangan
kesempatan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan.
Jika hal itu terjadi, ia akan ditinggalkan pelanggannya, dan menderita
kerugian. Oleh sebab itu, sebagian besar pekerjaan manajer keuangan dicurahkan
pada kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Besarnya modal kerja tergantung
pada jenis bisnis, tetapi pada umumnya nilai modal kerja suatu perusahaan
kira-kira lebih dari 50% dari jumlah harta, maka perlu pengelolaan yang serius.
Khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja sangat penting
karena mereka sulit memperoleh sumber pembiayaan dari pasar modal dan pasar
uang. Ia harus membiayai kegiatan bisnis dari modal sendiri karena belum
memperoleh kepercayaan dari pihak lain atau sulitnya masuk ke pasar modal.
Perusahaan kecil sulit akan lambat berkembang karena ia hanya didukung oleh
modal sendiri, khususnya dari laba ditahan.
Perkembangan pertumbuhan penjualan berkaitan erat dengan kebutuhan modal
kerja. Perusahaan yang sedang tumbuh ia banyak melakukan kegiatan terutama
kegiatan produksi dan pemasaran. Kedua jenis kegiatan ini memerlukan modal
kerja yang cukup. Perusahaan yang tumbuh berkembang tanpa didukung oleh modal
kerja yang kuat, ia akan kembali layu dan akhirnya mati. Oleh sebab itu, dapat
dikatakan bahwa modal kerja adalah “ruh” atau energi internal yang menggerakkan
seluruh kegiatan perusahaan. Hampir semua perusahaan dalam berbagai bidang
kegiatan bisnis, mengelola modal kerja meliputi tiga aspek yaitu:
1) Kebijakan
modal kerja
2) Manajemen
harta lancar
3) Sumber
pembiayaan jangka pendek
4.
Kebijakan
Modal Kerja
Kebijakan modal kerja dihubungkan dengan jangka waktu pinjaman dan tingkat
bunga, makin panjang umur pinjaman makin tinggi tingkat bunganya. Pinjaman
jangka panjang untuk modal kerja, pihak yang meminjam harus membayar bunga yang
lebih besar daripada pinjaman jangka pendek. Karena masa mendatang adalah penuh
ketidakpastian sehingga pihak yang memberi pinjaman memperhitungkan risiko
ketidakpastian tersebut. Modal kerja yang dipenuhi dengan pinjaman jangka
panjang memiliki tingkat likuiditas tinggi, risiko kegagalan memenuhi
kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo kecil. Pada umumnya perusahaan menggunakan
pinjaman jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya, dan perusahaan
yang demikian disebut menganut kebijakan modal kerja yang konservatif.
Kebijakan modal kerja yang lainnya adalah bahwa modal kerja harus
dihubungkan dengan harta. Harta lancar sebaiknya dibiayai dengan utang lancar,
harta tetap sebauiknya dibiayai dengan utang jangka panjang dan modal sendiri.
Perusahaan yang mampu melaksanakan kegiatan bisnis dengan kebijakan modal kerja
yang demikian melakukan kebijakan modal kerja yang agresif; risikonya besar
karena semua kewajiban yang jatuh tempo harus dapat dipenuhi oleh tersedianya harta
lancar. Perusahaan yang melakukan kebijakan model ini lebih banyak gagalnya,
karena struktur harta lancar itu ada yang sulit dicairkan menjdai uang tunai
yaitu persediaan, khususnya persediaan barang setengah jadi atau persediaan
barang dalam proses. Perusahaan pada umumnya memiliki tiga jenis kebijakan
modal kerja, yaitu:
1)
Kebijakan yang
agresif, yaitu modal kerja dipenuhi dengan seluruhnya dengan utang jangka
pendek
2)
Kebijakan yang
moderat, yaitu modal kerja dipenuhi 50% dengan utang jangka pendek dan 50%
dipenuhi dengan utang jangka panjang
3)
Kebijakan yang
konservatif, yaitu seluruh modal kerja dipenuhi dengan utang jangka panjang
Berikut ini disajikan dalam tabel 13.3 contoh ketiga kebijakan modal kerja
dan dampaknya terhadap tigkat pengembalian modal sendiri (Retun on Equity atau ROE).
Tabel
12.3
Kebijakan
Modal Kerja
Items
Agresif
Moderat
Konservatif
|
Harta lancar
150 200 300
Harta tetap
200
200 200
Total harta
350
400 500
Hutang jangka pendek, 12% 200 100 50
Hutang jangka panjang, 10% 0 100 200
Total utang 200 200 250
Modal sendiri
150
200 250
Total utang dan Modal 350 400 500
Rasio lancar
0,75:1
2:1 6:1
Bunga
24 22 26
12% x 200 (12% x 100)
+ (12% x 50) +
(10%
x 100) (10% x 200)
Biaya
tetap
200
270 385
Biaya
variabel
0,7 sales 0,65
sales 0,60 sales
Penjualan:
Ekonomi kuat
1.200 1.200 1.200
Ekonomi normal 900 1.000 1.150
Ekonomi kritis
700 900 1.050
|
Keterangan: Pajak perseroan
40%
Tabel 12. 4
Kebijakan Modal Kerja: Kondisi Ekonomi Kuat
Keterangan Agresif Moderat Konservatif
|
Penjualan 1.200 1.200 1.200
Biaya variabel (0,7;0,65;0,6) 840 780 720
Marjin kontribusi 360 420 480
Biaya tetap
200 270 385
Laba operasi (Earning
Before Interest, Tax, EBIT) 160 150 95
Bunga
24 22 26
Laba sebelum pajak 136 128 69
Pajak perseroan 40% 54 51 28
Laba
bersih (Earning After
Tax,
EAT)
82 77 41
ROI
= EBIT / Total Assets
46% 38% 19%
ROE
= EAT / Equity
54% 38% 17%
|
Tabel 12. 5
Kebijakan Modal Kerja: Kondisi Ekonomi Normal
Keterangan Agresif Moderat Konservatif
|
Penjualan
900 1.000 1.150
Biaya variabel (0,7;0,65;0,6) 630 650 690
Marjin kontribusi
270 350 460
Biaya tetap
200 270 385
Laba operasi (Earning
Before Interest, Tax, EBIT) 70 80 75
Bunga
24 22 26
Laba sebelum pajak 46 58 49
Pajak perseroan 40% 18 23 20
Laba
bersih (Earning After
Tax,
EAT)
28 35 29
ROI
= EBIT / Total Assets
20% 20% 15%
ROE
= EAT / Equity
18% 17% 12%
|
Tabel 13. 6
Kebijakan Modal Kerja: Kondisi Ekonomi Kritis
Keterangan Agresif Moderat Konservatif
|
Penjualan
700 800 1.050
Biaya variabel (0,7;0,65;0,6) 490 520 630
Marjin kontribusi 210 280 420
Biaya tetap
200 270 385
Laba operasi (Earning
Before Interest, Tax, EBIT) 10 10 35
Bunga
24 22 26
Laba sebelum pajak (14) (12) 9
Pajak perseroan 40% 6 5 4
Laba
bersih (Earning After
Tax,
EAT)
(8) (7) 5
ROI
= EBIT / Total Assets
3% 3% 7%
ROE
= EAT / Equity
(6%) (4%) 2%
|
Keterangan:
1)
Dalam kondisi
ekonomi kritis, modal kerja harus dipenuhi dengan utang jangka panjang agar
kegiatan bisnis lancar. Jika kebutuhan modal kerja dipenuhi dengan utang jangka
pendek baik model agresif maupun model moderat, perusahaan akan kesulitan menjalankan
kegiatan bisnisnya, sehingaa volume penjualan menurun.
2)
Akibatnya,
perusahaan menderita kerugian. Modal kerja mempunyai dampak langsung terhadap
volume kegiatan bisnis atau volume produksi dan penjualan. Perusahaan yang
tidak memiliki modal kerja permanen, sulit untuk menjalankan bisnisnya dalam
kondisi krisis ekonomi.
5.
Kebutuhan Modal Kerja
Suatu perusahaan dapat berjalan lancar jika didukung oleh modal kerja yang
memadai. Manajer keuangan harus menyediakan modal kerja sesuai dengan kebutuhan
operasi, yaitu untuk: pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, pembayaran
biaya overhead pabrik, pembayaran biaya pemasaran, pembayaran biaya
administrasi, pembayaran pajak, pembayaran dividend, pembayaran jasa produksi,
pembayaran angsuran utang dan bunga, dan lain-lain kegiatan rutin perusahaan.
Berikut ini disajikan teknik perhitungan kebutuhan modal kerja. PT ABC
memproduksi 100 unit produk ABC setiap harinya. Untuk memproduksinya dibutuhkan
biaya-biaya sebagai berikut:
1) Uang muka
untuk pembelian bahan baku jenis A adalah 10
hari, harga per unit bahan baku
Rp 30, dibeli 100 unit.
2) Uang muka
untuk pembelian bahan baku jenis B adalah 5
hari, harga per unit bahan baku
Rp 20, dibeli 100 unit.
3) Tanpa uang
muka untuk pembelian bahan baku jenis C, harga
per unit bahan baku
Rp 10, dibeli 100 unit.
4) Upah buruh Rp
10 unit output.
5) Biaya overhead
pabrik Rp 9 per unit output.
6) Proses
produksi 5 hari.
7)
Barang jadi
disimpan di gudang semua jenis produk 5 hari.
8) Rata-rata
penagihan piutang untuk produk rata-rata 30 hari.
9) Biaya
pemasaran Rp 50.000 dan biaya administrasi Rp 75.000 per bulan.
10) Kas besi Rp
50.000
11)
Hari kerja 25
hari per bulan.
Keterangan:
1)
Dana yang terikat
pada bahan baku A = uang muka 10 hari + proses produksi 5 hari + gudang barang
jadi 5 hari + penagihan piutang 30 hari = 50 hari.
2)
Dana yang terikat
pada bahan baku B = uang muka 5 hari + proses produksi 5 hari + gudang barang
jadi 5 hari + penagihan piutang 30 hari = 45 hari.
3)
Dana yang terikat
pada bahan baku C = uang muka 0 hari + proses produksi 5 hari + gudang barang
jadi 5 hari + penagihan piutang 30 hari = 40 hari.
Tabel 12.7
Kebutuhan Modal kerja
Berdasarkan
data diatas dapat disusun kebutuhan kas sebagai berikut:
Keterangan
|
Jumlah
(Rp)
|
Bahan
Bahan baku B, 100 unit x Rp 20 x 45 hari
Bahan baku C, 100 unit x Rp 10 x 40 hari
Upah buruh, 100 unit x Rp 10 x 40 hari
Biaya overhead pabrik, 100 unit x Rp 9 x 40 hari
Biaya pemasaran, (Rp50.000 / (100 x 25)) x 100 unit x
40
Biaya administrasi, (Rp 75.000 / (100 x 25)) x 100 unit
x 40
Persediaan
kas minimum atau safety cash
|
150.000
90.000
40.000
40.000
36.000
80.000
120.000
50.000
|
Jumlah modal kerja yang dibutuhkan
|
606.000
|
Keterangan:
1) Jika
perusahaan tidak memiliki kecukupan modal kerja, maka kegiatan operasinya akan
terganggu dan kepercayaan dari pihak ketiga akan berkurang.
2) Perusahaan
yang sehat adalah perusahaan yang memiliki modal kerja kualitatif atau modal
kerja permanen yang sesuai dengan kebutuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar