BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Emboli cairan
ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban memasuki
sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock. Sindrom cairan ketuban adalah sebuah gangguan
langka dimana sejumlah besar cairan ketuban tiba – tiba memasuki aliran darah.
Emboli cairan ketuban adalah masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke
dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen di sini ialah unsur-unsur
yang terdapat di air ketuban seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut
janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan kental. yang dapat menghambat
pembuluh darah dan mencairkan darah yang mempengaruhi koagulasi. Dua tempat
utama masuknya cairan ketuban dalam sirkulasi darah maternal adalah vena yang
dapat robek sekalipun pada persalinan normal. Ruptura uteri meningkatkan
kemampuan masuknya cairan ketuban. (dr. Irsjad Bustaman, SpOG.2009)
Emboli cairan
ketuban dapat terjadi bila ada pembukaan pada dinding pembuluh darah dan dapat
terjadi pada wanita tua/ usia lebih dari
30 tahun, sindrom janin mati, Multiparitas, Janin besar intrauteri, Insidensi
yang tinggi kelahiran dengan operasi, Menconium dalam cairan ketuban dan kontraksi
uterus yang kuat.
Dua puluh lima
persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam. Emboli
air ketuban atau EAK (Amniotic fluid embolism) merupakan kasus yang sangat
jarang terjadi. Kasusnya antara 1 : 8.000 sampai 1 : 80.000 kelahiran. Bahkan
hingga tahun 1950, hanya ada 17 kasus yang pernah dilaporkan. Sesudah tahun
1950, jumlah kasus yang dilaporkan sedikit meningkat. Dalam kenyataannya memang
emboli cairan ketuban jarang dijumpai, namun kondisi ini dapat mengakibatkan
kematian ibu dengan cepat. Sekalipun mortalitas tinggi, emboli cairan tidak
selalu membawa kematian pada tiap kasus. 75% wanita meninggal sebagai akibat
langsung emboli. Sisanya meninggal akibat perdarahan yang tidak terkendali.
Meskipun jarang
terjadi, tetapi bila edema cairan ketuban terjadi pada wanita, maka akan
menyumbat aliran darah ke paru, yang bila meluas akan mengakibatkan penyumbatan
dijantung, sehinggaa iskemik dan kematian jantung secara mendadak bisa terjadi.
Karena wanita tersebut akan mengalami gangguan penapasan, syok, hipotermi,
Dyspnea, Batuk, Hipotensi perubahan pada membran mukosa akibat dari hipoksia
Cardiac arrest. Koagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya
penjelasan lain (DIC terjadi di 83% pasien.). Risiko emboli cairan ketuban tidak
bisa diantisipasi jauh-jauh hari karena emboli paling sering terjadi saat
persalinan. Dengan kata lain, perjalanan kehamilan dari bulan ke bulan yang
lancar-lancar saja, bukan jaminan ibu aman dari ancaman EAK. Sementara bila di
persalinan sebelumnya ibu mengalami EAK, belum tentu juga kehamilan selanjutnya
akan mengalami kasus serupa. Begitu juga sebaliknya.
B.
Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah
ini :
1. Mengetahui
apa yang dimaksud emboli air ketuban
2. Mengetahui
penyebab timbulnya emboli air ketuban
3. Mengetahui
faktor – faktor resiko dari emboli air ketuban
4. Mengetahui
gejala klinis dari emboli air ketuban
5. Mengetahui
diagnosis sampai penanganan emboli air ketuban
C.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan makalah ini :
1. Menambah
wawasan pengetahuan tentang emboli air ketuban :
a. Definisi
emboli air ketuban
b. Penyebab
timbulnya emboli air ketuban
c. Faktor-faktor
resiko dari emboli air ketuban
d. Gejala
klinis dari emboli air ketuban
e. Penanganan
emboli air ketuban
2. Memenuhi
tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan II Patologi tentang Emboli air Ketuban pada
program DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan Makassar.
D.
Definisi Cairan Ketuban
Merupakan
semacam cairan yang memenuhi seluruh rahim dan memiliki berbagai fungsi untuk
menjaga janin. Di antaranya, memungkinkan janin dapat bergerak dan tumbuh bebas
ke segala arah, melindungi terhadap benturan dari luar, barier terhadap kuman
dari luar tubuh ibu, dan menjaga kestabilan suhu tubuh janin. Ia juga membantu
proses persalinan dengan membuka jalan lahir saat persalinan berlangsung maupun
sebagai alat bantu diagnostik dokter pada pemeriksaan amniosentesis. Air
ketuban mulai terbentuk pada usia kehamilan 4 minggu dan berasal dari sel darah
ibu. Namun sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan
mengeluarkan air seni. Sehingga terhitung sejak pertengahan usia kehamilan, air
ketuban sebagian besar terbentuk dari air seni janin.Pada kehamilan normal,
saat cukup bulan, air ketuban jumlahnya sekitar 1.000 cc.
E. Emboli Air ketuban
Emboli cairan
ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban memasuki
sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan
shock. Dua 25% wanita yang menderita
keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam. Emboli cairan ketuban jarang dijumpai.
Kemungkinan banyak kasus tidak terdiagnosis yang dibuat adalah shock obstetrik,
perdarahan post partum atau edema pulmoner akut. Cara masuknya cairan ketuban
Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal
adalalah vena endocervical ( yang dapat terobek sekalipun pada persalinan
normal ) dan daerah utero plasenta.Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya
cairan ketuban. Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai,
kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli.
Menurut dr.
Irsjad Bustaman, SpOG Emboli air ketuban (EAK) adalah masuknya cairan
ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud
komponen di sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban seperti
lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan
musin/cairan kental. Emboli air ketuban atau EAK (Amniotic fluid embolism)
merupakan kasus yang sangat jarang terjadi. Kasusnya antara 1 : 8.000 sampai 1
: 80.000 kelahiran. Bahkan hingga tahun 1950, hanya ada 17 kasus yang pernah
dilaporkan. Sesudah tahun 1950, jumlah kasus yang dilaporkan sedikit meningkat.
EAK umumnya
terjadi pada kasus aborsi, terutama jika dilakukan setelah usia kehamilan 12
minggu. Bisa juga saat amniosentesis (tindakan diagnostik dengan cara mengambil
sampel air ketuban melalui dinding perut). Ibu hamil yang mengalami trauma /
benturan berat juga berpeluang terancam EAK. Namun, kasus EAK yang paling
sering terjadi justru saat persalinan atau beberapa saat setelah ibu melahirkan
(postpartum). Baik persalinan normal atau sesar tidak ada yang dijamin
100% aman dari risiko EAK, karena pada saat proses persalinan, banyak vena-vena
yg terbuka, yang memungkinkan air ketuban masuk ke sirkulasi darah ibu. Emboli
air ketuban merupakan kasus yang berbahaya yang dapat membawa pada kematian.
Bagi yang selamat, dapat terjadi efek samping seperti gangguan saraf.
F. Etiologi
Patofisiologi
belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang
fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi
maternal yang selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru dan menyebabkan :
a. Kegagalan
perfusi secara masif
b. Bronchospasme
c. Renjatan
d. Multiparitas
usia lebih dari 30 tahun
Shock yang dalam
yang terjadi secara tiba - tiba tanpa diduga pada wanita yang proses
persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit .
Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang amat
besar , mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus
menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini (emboli cairan ketuban)
e.. Janin besar intrauteri
Menyebabkan
rupture uteri saat persalinan, sehingga cairan ketubanpun dapat masuk melalui
pembuluh darah.
f. Kematian janin
intrauteri
Juga akan
menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan besar akan ketuban pecah
dan memasuki pembuluh darah ibu, dan akan menyubat aliran darah ibu, sehingga
lama kelamaan ibu akan mengalami gangguan pernapasan karena cairan ketuban
menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan menyumbat aliran darah ke
jantung, dengan ini bila tidak tangani dengan segera dapat menyebabkan iskemik
bahkan kematian mendadak.
g. Menconium dalam cairan
ketuban
h. Kontraksi uterus yang kuat
Kontraksi uterus
yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi atau rupture uteri, hal
ini juga menggambarkan pembukaan vena, dengan pembukaan vena, maka cairan
ketuban dengan mudah masuk ke pembuluh darah ibu, yang nantinya akan menyumbat
aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispue dan akan terjadi gangguan
pola pernapasan pada ibu.
j. Insidensi yang tinggi
kelahiran dengan operasi
Dengan prosedur
operasi tidak jauh dari adanya pembukaan pembuluh darah, dan hal ini dapat
terjadi ketuban pecah dan masuk ke pembuluh darah ibu.
G. Fisiologi
Ketuban (Amnion)
manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7 atau ke-8
perkembangan mudigah. Pada awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion,
berkembang menjadi sebuah kantung kecil yang menutupi permukaan dorsal mudigah.
Karena semakin membesar, amnion secara bertahap menekan mudigah yang sedang
tumbuh, yang mengalami prolaps ke dalam rongga amnion.
Cairan ketuban
(amnion) pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karena adanya campuran
partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal dari lanugo, sel
epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion pada keadaan aterm adalah
sekitar 800 ml, atau antara 400 ml -1500 ml dalam keadaan normal. Pada
kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan kehamilan 20 minggu 300
ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30 minggu, cairan amnion lebih mendominasi
dibandingkan dengan janin sendiri.
Cairan amnion
diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran tersendiri pada
setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar
diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion.Dengan bertambahnya usia
kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara
difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan
permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi
cairan amnion.
Pada kehamilan
aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari urin janin dan
200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan
radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan
cairan amnion.Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti
agenesis ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan
menelan pada janin, seperti atresia esophagus, atau anensefali, akan
menyebabkan polihidramnion
H.
Patofisiologi
Studi-studi pada
primate dengan menggunakan injeksi cairan amnion homolog, serta study yang
dilakukan secara cermat terhadap model kambing, menghasilkan penanaman yang
penting tentang kelainan hemodinamik sentral (Adamsons dkk, 1971, Hankins
dkk,1993, Stolte dkk, 1976). Setelah suatu fase awal hipertensi paru dan
sistemik yang singkat, terjadi penurunan resistensi vaskuler sistemik dan
indeks kerja pulsasi ventrikel kiri ( Clark dkk, 1988). Pada fase awal sering
dijumpai desaturasi oksigen transient tetapi mencolok sehingga sebagian besar
pasien yang selamat mengalami cedera neurologist (Harvey dkk, 1996). Pada
wanita yang bertahan hidup melewati fase kolaps kardiovaskuler awal, sering
terjadi fase sekunder berupa cedera paru dan koagulopati.
Keterkaitan
hipertonisitas uterus dengan kolaps kardiovaskuler tampaknya lebih berupa efek
daripada kausa emboli cairan amnion (Clark dkk, 1995). Memang aliran darah
uterus berhenti total apabila tekanan intrauterine melebihi 35 sampai 40 mmHg
(Towell, 1976). Dengan demikian . kontraksi hipertonik merupakan waktu yang
paling kecil kemungkinannya terjadi pertukaran janin-ibu. Demikian juga, tidak
terjadi hubungan sebab akibat antara pemakaian oksitosin dengan emboli cairan
amnion dan frekuensi pemakaian oksitosin tidak meningkat pada para wanita ini
(American College Of Obstetricians and Gynecologists, 1993).
Pathophysiology
dari EAK yang kurang dipahami. Berdasarkan deskripsi awal, ia berteori bahwa
cairan ketuban dan sel-sel janin memasuki sirkulasi ibu, mungkin memicu reaksi
anafilaksis terhadap antigen janin. Namun, bahan janin tidak selalu ditemukan
dalam sirkulasi ibu pada pasien dengan EAK, dan materi berasal dari janin yang sering
ditemukan pada wanita yang tidak mengembangkan EAK.Perjalanan cairan amnion
memasuki sirkulasi ibu tidak jelas, mungkin melalui laserasi pada vena
endoservikalis selama diatasi serviks, sinus vena subplasenta, dan laserasi
pada segmen uterus bagian bawah Kemungkinan saat persalinan, selaput ketuban
pecah dan pembuluh darah ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan yang
tinggi, antara lain karena rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta
komponennya berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah. Walaupun cairan
amnion dapat masuk sirkulasi darah tanpa mengakibatkan masalah tapi pada
beberapa ibu dapat terjadi respon inflamasi yang mengakibatkan kolaps cepat
yang sama dengan syok anafilaksi atau syok sepsis.
Selain itu, jika
air ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu dan sumbatan
di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat aliran darah ke jantung.
Akibatnya, timbul dua gangguan sekaligus, yaitu pada jantung dan paru-paru.
Pada fase I, akibat dari menumpuknya air ketuban di paru-paru terjadi
vasospasme arteri koroner dan arteri pulmonalis. Sehingga menyebabkan aliran
darah ke jantung kiri berkurang dan curah jantung menurun akibat iskemia
myocardium. Mengakibatkan gagal jantung kiri dan gangguan pernafasan. Perempuan
yang selamat dari peristiwa ini mungkin memasuki fase II. Ini adalah fase
perdarahan yang ditandai dengan pendarahan besar dengan rahim atony dan
Coagulation Intaravakuler Diseminata ( DIC ). Masalah koagulasi sekunder
mempengaruhi sekitar 40% ibu yang bertahan hidup dalam kejadian awal. Dalam hal
ini masih belum jelas cara cairan amnion mencetuskan pembekuan. Kemungkinan
terjadi akibat dari embolisme air ketuban atau kontaminasi dengan mekonium atau
sel-sel gepeng menginduksi koagulasi intravaskuler.
I.
Tanda gejala
Tanda dan gejala embolisme cairan
amnion ( Fahy , 2001 ) antara lain :
1.
Hipotensi ( syok ), terutama disebabkan reaksi anapilactis terhadap adanya
bahan – bahan air ketuban dalam darah terutama emboli meconium bersifat lethal.
2. Gawat janin (
bila janin belum dilahirkan )
3.
Edema paru atau sindrom distress pernafasan dewasa.
4.Henti kardiopulmoner
5. Sianosis
6.Koagulopati
7.Dispnea / sesak nafas yang sekonyong – konyongnya
8.Kejang
, kadang perdarahan akibat KID merupakan tanda awal.
J.Gambaran
klinis
Shock yang dalam
yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang proses
persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit .
Khususnya kalau wanita itu mulipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar
, mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus
menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban) .Jika
sesak juga didahului dengan gejala mengigil yang diikuti dyspnea , vomitus ,
gelisah , dll disertai penurunan tekanan darah yang cepat serta denyut nadi
yang lemah dan cepat .Maka gambaran tersebut menjadi lebih lengkap lagi . Jika
sekarang dengan cepat timbul edema pulmoner padahal sebelumnya tidak terdapat
penyakit jantung , diagnosa emboli cairan ketuban jelas sudah dapat dipastikan.
Pada uraian ini
tidak ada lagi yang ditambahkan kecuali hasil pemeriksaan selanjutnya
menunjukkan bahwa gambaran tersebut biasanya disertai kegagalan koagulasi darah
pasien dan adanya perdarahan dari tempat plasenta.H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Gas darah arteri : pO2 biasanya menurun.
2. Tekanan vena sentralis dapat meningkat,
normal, atau subnormal tergantung pada kuantitas hilangnya darah. Darah vena
sentralis dapat mengandung debris selular cairan amninon.
3. Gambaran
koagulasi ( fibrinogen, hitung jumlah trombosit, massa protrombin, produk
pecahan fibrin. Dan massa trombo[lastin parsial ) biasanya abnormal ,
menunjukkan DIC.
4.
EKG dapat memperlihatkan regangan jantung kanan akut.
5. Keluaran urin
dapat menurun, menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat.
6. Foto toraks biasanya tidak diagnostic tapi
dapat menunjukkan infiltrate. Scan paru dapat memperlihatkan defek perfusi yang
sesuai dengan proses emboli paru.
K.
Penanganan
a. Penatalaksanaan
primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif.
1. Terapi
krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi , koreksi defek
yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi )
2. Penggatian cairan intravena & darah
diperlukan untuk mengkoreksi hipovolemia & perdarahan .
3. Oksitosin
yang di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan atonia uteri.
4. Morfin ( 10 mg ) dapat membantu
mengurangi dispnea dan ancietas .
5. Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi
intravaskular dengan menghambat proses perbekuan
6. Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin
berguna bila ada bronkospasme .
7. Isoproternol
di berikan perlahan – lahan melalui Iv untuk menyokong tekanan darah sistolik
kira – kira 100 mmHg
8. Kortikosteroid secara IV mungkin
bermanfaat .
9. 0ksigen
selalu merupakan indikasi intubasi dan tekan akhir ekspirasi positif (PEEP)
mungkin diperlukan .
10. Untuk
memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan sedian
trombosit.
b.
Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah
keadaan umum ibu stabil
c.. X ray torak
memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium kanan dan
ventrikel kanan.
d. Laboratorium
: asidosis metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2)
BAB II
KASUS
Seorang ibu Y G1P0A0 Ah0 umur
kehamilan 40 minggu, datang
ke BPS Fitri pada tanggal 18-03-2012 mengeluh mulas pada perut seperti mau BAB
dan ibu mengatakan sudah mengeluarkan bercak darah sejak tanggal 17-03-2013
pukul 14.00 WIB.
ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
NY. “Yessi” UMUR 24 TAHUN G1 P0 A0
AH0 UK 40 MINGGU
DI BPM Fitri, Amd.Keb
MUNDU SAREN,SLEMAN,YOGYAKARTA
No. Register : 123/11/2012
Tanggal/Jam Masuk :
18-03-2013/ 15.00 WIB
Tempat : Ruang Periksa
I.
PENGKAJIAN DATA Tanggal/Jam:18-03-2013/15.00
WIB Oleh:Bidan
A.DATA
SUBYEKTIF
1.
Identitas
Ibu Suami
Nama :
Ny. “Y” Tn. “S”
Umur :
24 tahun 25 tahun
Agama :
Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : DIII S1
Pekerjaan : IRT Karyawan Swasta
Alamat :
Mundu Saren,Sleman Mundu
Saren,Sleman
No.
Telp : 085266017550 085266017550
2.
Alasan
Kunjungan
Ibu
mengatakan ingin BAB
3.
Keluhan
Utama
Ibu mengatakan mengeluh mulas dan
ibu mengatakan sudah mengeluarkan bercak darah sejak tanggal 17-03-2013 pukul
14.00 WIB.
4.
Riwayat
Menstruasi
Menarche : 14 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 5-6 hari Teratur : Teratur
Sifat
Darah : Cair (khas menstruasi) Keluhan : Tidak ada
5.
Riwayat
Perkawinan
Status
pernikahan : Menikah Menikah
ke : Pertama
Lama :
1 tahun Usia menikah pertama kali : 23 tahun
6. Riwayat Obstetrik
: G1 P0 A0
Hamil ke
|
Persalinan
|
Nifas
|
|||||||
Tanggal
|
Umur kehamilan
|
Jenis persalinan
|
Penolong
|
komplikasi
|
JK
|
BB lahir
|
Laktasi
|
Komplikasi
|
|
Hamil ini
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
Riwayat
kontrasepsi yang digunakan
No
|
Jenis
kontrasepsi
|
Pasang
|
Lepas
|
||||||
Tanggal
|
oleh
|
tempat
|
Keluhan
|
tanggal
|
oleh
|
Tempat
|
keluhan
|
||
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat
kontrasepsi apapun.
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
Riwayat
Kehamilan sekarang
a. HPHT : 11-06-2012 HPL :
18-03-2013
b. ANC
pertama umur kehamilan : 6 minggu
c. Kunjungan
ANC UK :40
minggu
Trimester
I : Frekuensi : 3 x
Tempat :
BPS
Oleh :
Bidan
Keluhan : Mual
Terapi : B6, Calk
Trimester
II : Frekuensi : 5 x
Tempat :
BPS
Oleh :
Bidan
Keluhan : Tidak ada
Terapi : Fe, Calk
Trimester
III : Frekuensi : 3 x
Tempat :
BPS
Oleh :
Bidan
Keluhan : Tidak ada
Terapi : Fe, kalk, vit C
d. Imunisasi
TT
TT
1 : Usia kehamilan 16 minggu
TT
2 : Usia kehamilan 21 minggu
e. Pergerakan
Janin dalam 12 jam (dalam sehari)
Ibu
mengatakan merasakan gerakan janin lebih dari 10 kali dalam 24 jam.
9.
Riwayat
Kesehatan
a. Penyakit
yang pernah/sedang diderita (menular, menurun, dan menahun)
Ibu
mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular
(Hepatitis,HIV/AIDS,TBC), menurun (DM, Kanker, Hipertensi), Menahun (Jantung,
Hati, Ginjal).
b. Penyakit
yang pernah/sedang diderita keluarga (menular,menurun, dan menahun)
Ibu
mengatakan dari pihak keluarga ibu maupun keluarga suami
tidak
pernah/sedang menderita penyakit menular (Hepatitis,HIV/AIDS,TBC), menurun (DM,
Kanker, Hipertensi), Menahun (Jantung, Hati, Ginjal).
c. Riwayat
keturunan kembar
Ibu
mengatakan tidak mempunyai keturunan kembar baik dari pihak keluarga ibu maupun
keluarga suami.
d. Riwayat
Operasi
Ibu
mengatakan tidak pernah operasi apapun
e. Riwayat
Alergi Obat
Ibu
mengatakan tidak mempunyai alergi obat apapun
10. Pola Pemenuhan Kebutuhan
sehari-hari
Sebelum
Hamil Setelah Hamil
a. Pola
Nutrisi
-
Makan
Frekuensi : 3
x/hari 4-5 x/hari
Porsi : 1 piring 1 piring
Jenis : Nasi, sayur, lauk Nasi,
sayur, lauk
Pantangan : Tidak ada Tidak
ada
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
-
Minum
Frekuensi : 5 - 7 x/hari 8 - 9 x/hari
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Jenis : Air putih, teh Air putih, susu
Pantangan : Tidak ada Tidak
ada
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
b. Pola
Eliminasi
-
BAB
Frekuensi : 1 x/hari 1
x/hari
Konsistensi : Lunak Lunak
Warna : Kuning Kuning
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
-
BAK
Frekuensi : 6 -7 x/hari 7 - 8 x/hari
Konsistensi : Cair Cair
Warna : Kuning jernih Kuning
jernih
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
c. Pola
Istirahat
-
Tidur siang
Lama : 1
jam/hari 1 jam/hari
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
-
Tidur malam
Lama : 6-7 jam/hari 7-8 jam/hari
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
d. Personal
hygiene
Mandi :
2 x/hari 2 x/hari
Ganti
pakaian : 2 x/hari 2 x/hari
Gosok
gigi : 2 x/hari 2 x/hari
Keramas : 3 x/minggu 3 x/minggu
e. Pola
seksualitas
Frekuensi : 3 x/minggu 1
x/minggu
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
f.
Pola aktifitas ( terkait kegiatan fisik,
olah raga )
Ibu
mengatakan tidak beraktifitas di luar rumah, kecuali mengikuti arisan dan
mengerjakan pekerjaan rumah tangganya
g. Pola
pemenuhan kebutuhan terakhir
Makan,
tanggal 18-03-2013, pukul 13:00 WIB, jenis nasi,sayur, dan lauk
Minum,
tanggal 18-03-2013, pukul 14:00 WIB, jenis: air putih
BAK,
tanggal 18-03-2013, pukul 14:30 WIB
BAB,
tanggal 18-03-2013, pukul 14:45 WIB
Istirahat/tidur,
tanggal 18-03-2013, lama 4 jam
11. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan
(merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu
mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan seperti
merokok,minum jamu,minuman beralkohol.
12. Psikososiospiritual (penerimaan
ibu/suami/keluarga terhadap kehamilan, dukungan sosial, perencanaan persalinan,
pemberian ASI, perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan sosial, dan persiapan
keuangan ibu dan keluarga)
-
Ibu, suami, dan keluarga sangat senang
dengan kehamilannya.
-
Ibu beragama islam dan rajin beribadah
-
Ibu mengatakan hubungan dengan suamu,
keluarga, dan tetangga terjalin dengan baik.
-
Ibu mengatakan ingin melahirkan diBPS
dibantu oleh bidan.
-
Ibu berencana merawat bayinya sendiri
dan akan memberikan ASI eksklusif.
-
Ibu dan suami sudah mempersiapkan biaya
untuk persiapan persalinan.
13. Pengetahuan ibu (tentang kehamilan,
persalinan, dan laktasi)
Ibu
mengatakan belum terlalu mengetahui tentang kehamilan, persalinan, dan laktasi
karena baru pertama kali hamil.
14. Lingkungan yang berpengaruh
(sekitar rumah dan hewan peliharaan)
Ibu
mengatakan lingkungan di sekitar ruah bersih, dan ibu tidak mempunyai hewan
peliharaan apapun.
B.
DATA OBYEKTIF
1.
Pemeriksaan Umum
Keadaan
Umum : Baik
Kesadaran :
Composmentis
Status
Emosional : Stabil
Vital
Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg Nadi :81x/menit
Pernafasan : 21 x/menit Suhu :
37,2 °C
Berat badan : 53 kg Tinggi badan :158cm
2.
Pemeriksaan Fisik
1). Kepala :Mesocephal,tidak
ada Massa/benjolan, tidak ada nyeri tekan, Warna
kulit Putih bersih.
2).
Rambut : Lurus, rambut tidak berbau, warna rambut
hitam
3). Muka :
Oval, tidak ada oedem, tidak ada cloasma gravidarum
4). Mata :Simetris,
konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, bersih,tidak ada sekret
5). Hidung
:tidak ada polip, tidak ada infeksi, idak ada serumen
6). Mulut
:keadaan bibir lembab, tidak ada
caries, gusi tidak ada perdarahan dan tidak ada pembengkakan, lidah bersih.
7). Telinga :simetris,
lubang telinga ada, tidak ada tanda infeksi, ada gendang telinga, terdapat
sedikit serumen, pendengaran baik.
8). Leher :tidak
ada Pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada Pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
Pembesaran kelenjar parotis, tidak ada Pembesaran vena jugularis.
9). Dada :
simetris, tidak ada mengi, tidak ada retraksi dinding dada
10). Payudara:Simetris, ada hiperpigmentasi, tidak
ada massa, ada pembesaran, puting susu menonjol.
10). Abdomen:tidak ada bekas luka, Linea nigra tidak
ada, striae gravidarum ada.
a.
Palpasi Leopold
-
Leopold I
Pada
bagian fundus teraba bulat, lunak yaitu bokong janin
-
Leopold II
Bagian
kanan ibu teraba panjang, datar, memanjang seperti papan, keras yaitu punggung
janin
Bagian
kiri ibu teraba kecil-kecil, yaitu ekstremitas janin.
-
Leopold III
Bagian
terendah teraba bulat, keras, susah digerakkan, yaitu kepala janin.
-
Leopold IV
Tangan
pemeriksa tidak bertemu (Divergen) bagian terendah janin sudah masuk panggul.
a. Osborn
test : Tidak dilakukan
b. TFU
menurut Mc. Donald : 31 cm,
TBJ :
(31-11)x155=3100 gram
c. Auskultasi
DJJ : 148 x/menit, irama teratur kuat
11).
Ekstremitas atas
Simetris,
jumlah jari lengkap, gerakan aktif, tidak sianosis,tidak odema, LILA = 27cm
Ekstremitas bawah
Simetris,
jumlah jari lengkap, gerakan aktif, tidak sianosis, tidak odema, reflek patella
(+)
12). Genetalia
Tidak ada odema, tidak ada pembesaran kelenjar
bartolini, tidak ada tanda-tanda infeksi.
13). Anus : Tidak ada haemorroid
14). Pemeriksaan panggul (bila perlu) : Tidak dilakukan
15). Pemeriksaan dalam Tanggal: ,Pukul: WIB
Indikasi:keluar
air ketuban dan kencang-kencang teratur
Tujuan:untuk
mengetahui ibu sudah masuk persalinan atau belum
Hasil:Vulva
uretra tenan, didnding vagina licin,porsio tipis, pembukaan 7 cm, selaput ketuban
(-), air ketuban jernih, persentasi kepala, UUK jam 10:00,
3.
Pemeriksaan Penunjang Tanggal : ,
Jam : WIB
Tidak
dilakukan
4. Data
Penunjang
Tidak
ada
II.
INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa
Kebidanan
Seorang
ibu Ny.”R” G1P0A0Ah0 umur 24 tahun UK 40 minggu janin tunggal, hidup, intra
uteri dengan persalinan kala I.
DS : Ibu mengatakan berusia 23 tahun
Ibu
mengatakan ini kehamilan pertama
Ibu
mengatakan HPHT tanggal 11-06-2012
Ibu
mengatakan keluar darah segar dari kemaluannya saat beraktivitas dan ibu tidak
merasakan nyeri.
DO : KU : baik
Kesadaran :
composmentis
Vital
sign :TD : 110/70 mmHg N : 81 x/menit
S :
37,2 °C RR : 21
x/menit
Px. Leopold : Leopold I : TFU 3
jari bawah px, teraba bokong
Leopold II : PUKA
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Divergen
DJJ : 148X/menit, irama teratur, kuat
Kontraksi :3x dalam 10 menit selama 30 detik
TFU mc Donald: 31 cm TBJ : 3100 gram
VT :Vulva
uretra tenan, didnding vagina licin,porsio tipis, pembukaan 7 cm, selaput ketuban (-), air
ketuban jernih, persentasi kepala, UUK jam 10:00,
B. Masalah
:
Ibu
cemas menghadapi persalinan.
Data Subjektif :
Ibu mengatakan takut menghadapi
persalinan.
Data Objektif :
Ibu terlihat kesakitan.
III.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Tidak
ada
IV.
ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
A.
Mandiri
Melakukan pemasangan infus
B.
Kolaborasi
Tidak ada
B.
Merujuk
Melakukan rujukan
V.
PERENCANAAN Tanggal
: 18-03-2013 Jam:15.00WIB Oleh:Bidan
1. Beritahu
ibu dan keluarga seluruh hasil pemeriksaan
2. Beritahu
ibu dan keluarga tentang diagnosa penatalaksanaan
3. Ajukan
informed consent
4. Jelaskan
kepada ibu tentang proses persalinan dan apa yang akan terjadi pada proses
persalinan.
5. Siapkan
alat-alat persalinanan, obat esensial, APD, perlengkapan ibu dan bayi.
6. Ajarkan
ibu tentang teknik relaksasi dan meneran
7. Hadirkan
suami atau keluarga untuk mendampingi ibu selma proses persalinan untuk
memotivasi Ibu.
8. Berikan
ibu nutrisi dan cairan
9. Dokumentasi
seluruh hasil tindakan dan hasil pemeriksaan
VI.
PELAKSANAAN Tanggal
: 18-03-2013 Jam:15.00WIB Oleh:Bidan
1.
Memberitahukan ibu dan keluarga seluruh
hasil pemeriksaan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan baik,bagian terendah janin
sudah masuk PAP 2 per 5 bagian, pembukaan 9 cm, lendir bercampur darah sudah
keluar dati vagina.
2.
Memberitahukan ibu dan keluarga bahwa
ibu sudah memasuki proses persalinan.
3.
Mengajukan informed consent pada suami
untuk ditandatangani sebagai bukti bahwa keluarga menyetujui tindakan yang akan
dilakukan.
4.
Menjelaskan kepada ibu tentang proses
persalinan dimana dalam proses ini bagian yana pertama lahir adalah kepala,
diikuti badan, tangan, dan kaki. Proses ini dibutuhkan tenaga untuk mengedan
dari ibu karena itu, anjurkan suami untuk menemani ibu untuk dukungan
psikologis ibu.
5.
Menyiapkan dan mendekatkan alat-alat
persalinan, obat esensial, APD, perlengkapan ibu dan bayi serta tempat
persalinan.
6.
Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu
mengurangi rasa sakit dengan cara tarik napas panjang lalu dikeluarkan melalui
mulut. Mengajarkan ibu teknik meneran yaitu kedua tangan dimasukkan diantara
kedua lipatan paha, masina-masing kiri dan kanan hingga lipatan siku dan
anjurkan ibu untuk meneran jika ada his dengan kedua rahang bertemu dan mata
terbuka serta berikan ibu pilihan posisi yang nyaman.
7.
Menghadirkan suami/keluarga untuk
mendampingi ibu dan memberikan ibu dukungan serta semanagt serta memberikan
nutrisi apda saat relaksasi.
8.
Anjurkan suami/keluarga menyiapkam
asupan nutrisi dan caiaran. Berikan pada ibu untuk mempertahankan energi yang
cukup selama proses persalinan berlangsung
9.
Mendokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan
dan tindakan
VII.
EVALUASI Tanggal
: 18-03-2013, Jam:16.30
WIB, Oleh:Bidan
1.
Ibu sudah mengerti seluruh hasil
tindakan dan ibu dapat menerimanya
2.
Ibu dan keluarga sudah mengert
penjelasan Bidan
3.
Ibu bersedia melakukan teknik rileksasi
dan meneran yang baik
4.
Informed consent sudah ditanda tangani
oleh suami
5.
Semua persiapan peralatan telah
disediakan
6.
Suami bersedia mendampingi ibu selam
proses persalinan
7.
Ibu termotivasi mengkonsumsi nutrisi dan
cairan yang cukup
8.
Seluruh hasil pemeriksaan dan tindakan
telah didokumentasikan.
9.
Sudah dilakukan dokumentasi.
PERKEMBANGAN
KALA II
KALA II
A.
DATA
SUBJEKTIF Tanggal :18-03-2013, Pukul :16:30 WIB
Ibu
mengatakan mules makin bertambah dan semakin kuat.
Ibu
merasa dan mengatakan bahwa dia merasa adanya tekanan pada anus.
Ibu
mengatakan adanya dorongan untuk meneran
B.
DATA
OBJEKTF Tanggal :18-03-2013, Pukul :16:30 WIB
Keadaan
Umum : Baik
Kesadaran :
Composmentis
·
Vital sign
TD: 110/70 mmHg S: 36,5°C
R: 21 x/menit N:
80x/menit
·
Inspeksi
Tekanan
pada anus, perinium menonjol, vulva membuka.
·
Auskultasi
DJJ : 144 x/menit dengan irama teratur.
·
Palpasi
His : 5x/10 menit lamanya 45 detik, kuat dan teratur
·
Pemeriksaan Dalam
Indikasi :keluar air ketuban dan kencang-kencang
teratur
Tujuan :untuk mengetahui ibu sudah masuk persalinan
atau belum
Hasil :Vulva uretra tenan, didnding vagina
licin,porsio tidak teraba, pembukaan 10 cm, selaput ketuban (-), air ketuban
jernih, persentasi kepala, penueunan kepala hodge III, UUK jam 12:00,
C.
ASESSMENT Tanggal :18-03-2013, Pukul
:16:30 WIB
1. Diagnosa
Kebidanan
Seorang ibu Ny.”R” G1P0A0Ah0 umur
23 tahun UK 39+5 minggu dalam persalinan kala II.
Data Subjektif:
Ibu
mengatakan berumur 23 tahun
Ibu
mengatakan ini kehamilan pertama
Ibu
mengatakan tidak pernah kekuguguran
Ibu
mengatakan HPHT tanggal 11-06-2012
Data Objektif:
·
Inspeksi
Tekanan
pada anus, perinium menonjol, vulva membuka.
·
Auskultasi
DJJ : 144 x/menit dengan irama teratur.
·
Palpasi
His : 5x/10 menit lamanya 45 detik, kuat dan teratur
·
Pemeriksaan Dalam
Indikasi :keluar air ketuban dan kencang-kencang
teratur
Tujuan :untuk mengetahui ibu sudah masuk
persalinan atau belum
Hasil :Vulva uretra tenan, didnding vagina
licin,porsio tidak teraba, pembukaan 10 cm, selaput ketuban (-), air ketuban
jernih, persentasi kepala, penueunan kepala hodge III, UUK jam 12:00,
2. Diagnosa
Masalah
Tidak
ada
D.
PENATALAKSANAAN Tanggal
:18-03-2013, Pukul :16:30 WIB
1.
Memberitahu kepada ibu dan keluarga
tentang hasil pemeriksaan yaitu ibu akan segera melahirkan, pembukaan sudah
lengkap (10 cm) dan ibu sudah masuk masa persalinan. Ibu sudah menetahui hasil
pemeriksaan bahwa ibu sudah masuk masa persalinan.
2.
Menjaga privasi Ibu, memperbolehkan
keluarga untuk mendampingi saat proses persalinan.
3.
Mengatur posisi ibu setengah duduk dan
ibu sudah memilih posisi setengah duduk.
4.
Mendekatkan peralatan, mengenakan APD
5.
Memberikan ibu cairan, teh manis hangat
untuk menambah tenaga ibu.
6.
Memimpin ibu untuk meneran saat ada his
dengan cara tarik napas panjang lewat hidung dan keluarkan lewat mulut pada
saat meneran dan kepala ibu mendekati ke dagu, mata ke arah perut serta kedua
gigi dikatup seperti ingin BAB.
7.
Menolong persalinan sesuai 58 langkah
APN
8.
Tanda gejala kala II: dorongan ingin
meneran, tekanan pada anus, perinium menonjol, vulva membuka.
9.
Meminta keluarga untuk membantu proses
meneran.
10. Membimbing
ibu untuk meneran.
11. Persiapan
pertolongan kelahiran bayi.
12. Pasang
handuk diatas perut ibu.
13. Pakai
sarung tangan
14. Pasang
kain 1/3 pada bokong ibu.
15. Lindungi
perinium ibu.
16. Mengecek
apakah ada lilitan tali pusat.
17. Menunggu
bayi melakukan putaran paksi luar.
18. Tangan
biparietal untuk melahirkan bahu.
19. Sangga
bahu bayi
20. Susuri
badan bayi sampai ketungkai
21. Menilai
sepintas bayi lalu letakkan diatas perut ibu.
22. Mengeringkan
dan menghangatkan bayi, meletakkan bayi di atas perut ibu lalu memotong tali
pusat.
23. Melakukan
Inisiai Menyusu Dini.
PERKEMBANGAN
KALA III
A.
DATA
SUBJEKTIF, Tanggal:21-11-2012, Pukul:17:00 WIB
Ibu mengeluh
masih mules-mules
Ibu
mengatakan senang atas kelahiran bayi
B. DATA OBJEKTIF, Tangggal:21-11-2012, Pukul:17:00
WIB
Bayi lahir spontan, jenis kelamin
laki-laki, menangis kuat, kulit kemerahan, plasenta pelum lahir, uterus teraba
bulat dan keras, TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih
kosong.
ku: baik, kesadaran: compos mentis,
keadaan emosional: stabil
TD: 110/70 mmhg, N: 80 x/menit, Rr:
21 x/menit, S: 36, 7 oc
Adanya tanda-tanda pelepasan
plasenta yaitu adanya semburan darah tiba-tiba, tali pusat semakin memanjang,
bentuk uterus globuler. Bayi IMD.
C.
ASESSMENT
Tangggal:21-11-2012, Pukul:17:00 WIB
1.
Diagnosa Kebidanan
Seorang
ibu Ny.”R” P1A0Ah1 dalam inpartu kala III.
Data
Subjektif:
Ibu
mengatakan merasa lega karena bayinya telah lahir dan ibu mengatakan perutnya
masih terasa mules.
Data
Objektif:
Bayi lahir spontan, , jenis kelamin
laki-laki, menangis kuat, kulit kemerahan, plasenta pelum lahir, uterus teraba
bulat dan keras, TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih
kosong.
2.
Diagnosa Masalah
Tidak
ada
D.
PENATALAKSANAAN Tanggal:21-11-2012 Pukul:17:00 WIB
1.
Mengecek tinggi fundus uteri untuk memastikan janin
tunggal. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin untuk membantu
kontraksi. Menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 atas paha kanan bagian
luar
f.
mengosongkan kadung kemih dengan kateter.
g.
memindahkan klem dekat dengan vulva, melakukan
penegangan tali pusat terkendali dengan tangan kanan dan tangan kiri melakukan
penekanan uterus secara hati-hati kearah dorso cranial. à Plasenta tampak di
vulva lalu melahirkan plasenta sesuai sumbu jalan lahir, menangkap plasenta
lalu diputar dengan lembut searah jarum jam hingga selaput ketuban terpilin
jadi satu.
h.
Plasenta lahir Spontan. Kotiledon lengkap dan
selaput ketuban bisa disatukan.
i.
Masase fundus. Kontraksi bagus dan teraba keras TFU
1 jari di bawah pusatà
j.
Memeriksa laserasià laserasi di vagina dan perineum
rupture derajat 2.
k.
Menyiapkan heating set dan mengganti underpad
l.
Evaluasi KU: lemah, CM. Lama kala III 10 menit.
Perdarahan ±60 cc
PERKEMBANGAN
KALA IV
A.
DATA
SUBJEKTIF Tanggal: 21-11-2012, Pukul: 17.15 WIB
Ibu
mengatakan senang atas kelahiran bayinya
Ibu
mengatakan perutnya masih mules dan lemah
Ibu
merasa kotor dan basah.
B.
DATA
OBJEKTIF Tanggal: 21-11-2012, Pukul: 17.15 WIB
KU : baik,
kesadaran : compos mentis
keadaan emosional : stabil R: 22x/menit, S: 36,7oC
TD :
100/70 mmhg, N :
82x/menit,
TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi
uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan (+), robekan perineum derajat 2
(Robekan mengenai mukosa vagina, jaringan ikat, dan otot dibawahnya tetapi
tidak menenai spingter ani)
C.
ASESSMENT Tanggal: 21-11-2012, Pukul: 17.15 WIB
1. Diagnosa
Kebidanan
Seorang
ibu Ny.”R” umur 23 tahun P1 A0 Ah1 dalam persalinan kala IV dengan robekan
Perineum terajat 2.
Data
Subjektif:
Ibu
mengatakan lemas dan perunya masih terasa mulas.
Data
Objektif:
Kontraksi
baik (keras), TFU 2 jari di bawah pusat, perdarahan 150 cc
2. Diagnosa
Masalah
Tidak
ada
D. PENATALAKSANAAN Tanggal: 21-11-2012 Pukul: 17.15 WIB
1. rujuk
dengan pemberian oksigen dan infus dengan jarum besar (16-18) RL atau NS.
Infuskan 1 L dalam 15 sampai 20 menit, jika mungkin infuskan 2 liter dalam 1
jam
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Emboli cairan
ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban memasuki
sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan
shock. Cara masuknya cairan ketuban Dua tempat utama masuknya cairan ketuban
kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical (yang dapat terobek
sekalipun pada persalinan normal) dan daerah utero plasenta.Ruputra uteri
meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban. Abruption plasenta merupakan
peristiwa yang sering di jumpai, kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan
episode emboli. Etiologinya Kematian janin intrauteri, Janin besar intrauteri,
Multiparitas dan Usia lebih dari 30 tahun. Insidensi yang tinggi kelahiran
dengan operasi, Menconium dalam cairan ketuban, Kontraksi uterus yang kuat.
Ketika emboli
cairan ketuban terjadi, maka akan terjadi penyumbatan aliran darah ibu,
lama-kelamaan akan mengalami penumbatan diparu, bila meluas akan terjadi
penyumbatan aliran darah ke jantung, hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan
di jantung, dan dapat menyebabkan kematian, terutama pada wanita yang sudah
tua.Perdarahan juga bisa terjadi, akibat emboli cairan ketuban, sehingga pasien
akan mengalami kekurangan volume cairan akibat perdarahan, jika tidak diatasi
segera, pasien dapat mengalami syok.
Saran
Dengan makalah
ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori beserta asuhan
kebidanan emboli cairan ketuban, meskipun emboli cairan ketuban jarang
ditemukan, namun sebagai tim medis harus tetap waspada akan terjadinya emboli
cairan ketuban, sehingga secara tidak langsung dapat mengurango mortalitas ibu
dan bayi.
DAFTAR
PUSTAKA
Mansjoer, Arief dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Ascula Plus.
Prof. Dr.dr.Gulardi, Hanifa.Winkjosastro, SPOG.
2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
BambangWidjanarko,2009.emboli-air-ketuban http://reproduksiumj.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar