BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perkembangan
anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Biasanya
perkembangan anak diikuti pertumbuhan sehingga lebih optimal dan tergantung
pada potensi biologik seseorang. Potensi tersebut merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan
bio – fisiko – psiko – social dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir
yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.
Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran
emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial
sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya.
Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan
kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan.
Anak usia pra sekolah merupakan
periode penting mendapatkan pengalaman dari aktivitas dan rasa ingin tahu,
sehingga membutuhkan perhatian orang tua yang besar.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka
dapat dirumusan masalah adalah sebagai berikut : “Bagaimana proses pertumbuhan
dan perkembangan anak?”
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengertian tumbuh kembang anak
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak
3.
Untuk mengetahui ciri-ciri tumbuh kembang anak
4.
Untuk mengetahui tahap tumbuh kembang anak
5.
Untuk mengetahui deteksi dini tumbuh kembang anak
6.
Untuk mengetahui masalah yang terjadi pada tumbuh kembang
anak
7.
Untuk mengetahui gizi yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Tumbuh Kembang
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa
yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud
dengan pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut :
1.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
induvidu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter).
2.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Menyangkut perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Meskipun pertumbuhan dan perkembangan
mempunyai arti yang berbeda, namun keduanya saling mempengaruhi dan berjalan
secara bersamaan. Pertambahan ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan
kemampuan anak
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh
Kembang
Pola tumbuh kembang secara normal antara anak
yang satu dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi
oleh interaksi banyak faktor. Menurut Soetjiningsih (2002), faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
1.
Faktor Dalam (Internal)
a.
Genetika
Faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan dan kematangan tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga merupakan
modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang, yaitu :
1)
Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
2)
Keluarga
3)
Umur
4)
Jenis Kelamin
5)
Kelainan Kromosom
b.
Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa
prenatal, yaitu saat janin berumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan
yang cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan
somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Selain itu, kelenjar
tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme serta
maturasi tulang, gigi, dan otak.
2.
Faktor Eksternal (lingkungan)
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh
dikelompokkan menjadi tiga yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal.
a.
Faktor Pranatal (selama kehamilan), meliputi :
1)
Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi
pertumbuhan janin, terutama selama trimester akhir kehamilan.
2)
Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam
kandungan dapat menyebabkan kelainan congenital misalnya club foot.
3)
Toksin/zat kimia, radiasi
4)
Kelainan endokrin
5)
Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual
6)
Kelainan imunologi
7)
Psikologis ibu
b.
Faktor Kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau
forcep dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya
kerusakan jaringan otak.
c.
Faktor Pascanatal
Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis/kelainan
kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi,
lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan.
C.
Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak
1.
Ciri-ciri pertumbuhan, antara lain :
a.
Perubahan ukuran
Perubahan ini terlihat jelas pada pertumbuhan fisik yang
dengan bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan,tinggi badan,
lingkar kepala , dll.
b.
Perubahan proporsi
Selain bertambahnya ukuran-ukuran, tubuh juga
memperlihatkan perubahan proporsi. Tubuh
anak memperlihatkan perbedaan proporsi bila dibandingkan dengan
tubuh orang dewasa. Pada bayi baru lahir titik pusat terdapat kurang lebih
setinggi umbilikus, sedangakan pada orang dewasa titik pusat tubuh
terdapat kurang lebih setinggi simpisis
pubis.Perubahan proporsi tubuh mulai usia kehamilan dua bulan sampai dewasa.
c.
Hilangnya ciri-ciri lama
Selama proses pertumbuhan
terdapat hal-hal yang terjadi perlahan –lahan, seperti menghilangnya
kelenjar timus, lepasnya gigi susu dengan hilangnya refleks primitif.
d.
Timbulnya ciri-ciri baru
Timbulnya ciri-ciri baru ini adalah akibat pematangan
fungsi-fungsi organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah
munculnya gigi tetap dan munculnya tanda-tanda seks sekunder seperti rambut
pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita dll.
2.
Ciri-ciri perkembangan, antara lain :
a.
Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan
sistim reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan pada organ kelamin. Perubahan-perubahan
ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh,
berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda
pematangan.
b.
Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Misalnya, seseorang anak tidak akan bisa
berjalan sebelum ia berdiri. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa
kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya .
c.
Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
1)
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju ke arah kaudal. Pola ini
disebut pola sefalokaudal.
2)
Perkembangan memiliki
terjadi lebih dahulu di daerah proksimal
(gerakan kasar) lalu berkembang di daerah distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut proksimoldistal.
d.
Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur
berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak,
berdiri sebelum berjalan dll.
e.
Perkembangan
mempunyai kacepatan yang berbeda
Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda –beda.
Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja. Sedangkan bagian tubuh
yang lain mungkin berkembang pesat pada masa lainnya.
f.
Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat perkembanganpun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.
D.
Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak
Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya
mengalami berbagai tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri
tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatianadalah pada
masa anak-anak.
Ada beberapa tahapan tumbuh kembang pada masa
anak-anak. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Masa Pranatal
Kehidupan bayi pada masa prenatal dikelompokkan
menjadi dua periode yaitu :
a.
Masa
embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan 8 minggu. Ovum yang telah
dibuahi akan datang dengan cepat menjadi suatu organisme yang berdeferensiasi
secara pesat untuk membentuk berbagai sistem organ tubuh.
b.
Masa fetus yang dimulai sejak kehamilan 9 minggu
sampai masa kelahiran. Masa fetus terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah masa
fetus dini (usia 9 minggu sampai trimester dua), dimana terjadi percepatan
pertumbuhan dan pembentukan manusia sempurna serta alat tubuh mulai berfungsi.
Yang kedua adalah masa fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai dengan pertumbuhan
tetap yang berlangsung cepat disertai dengan perkembangan fungsi-fungsi.
2.
Masa Neonatal
Masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan, perubahan
sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh. Saat lahir, berat
badan normal dari bayi yang sehat berkisar antara 2500-4000 gram, panjang badan
berkisar 50 cm dan berat otak sekitar 350 gram. Selama 10 hari pertama biasanya
terdapat penurunan berat badan sekitar 10% dari berat badan lahir, kemudian
berat badan bayi akan berangsur-angsur mengalami kenaikan.
Masa neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat
fisiologis akan muncul. Diantaranya adalah refleks moro, yaitu refleks
merangkul, yang akan hilang pada usia 3-5 bulan, refleks menghisap (sucking
refleks); refleks menoleh (rooting refleks); refleks mempertahankan
posisi leher/kepala (tonick neck refleks); refleks memegang (palmar
graps refleks) yang akan menghilang pada usia 6-8 tahun. Refleks-refleks
tersebut terjadi secara simetris dan akan menghilang seiring dengan
bertambahnya usia. Fungsi pendengaran dan penglihatan juga mulai berkembang.
3.
Masa bayi 1-12 bulan
Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Pada
umur 5 bulan berat badan anak sudah 2 kali lipat berat badan lahir, sementara
pada umur 1 tahun berat badannya sudah menjadi 3 kali lipat. Sedangkan untuk
panjang badan, pada umur 1 tahun sudah menjadi satu setengah kali panjang badan
saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat. Pada 6 bulan pertama,
pertumbuhan lingkar kepala sudah mencapai 50%. Oleh karena itu, diperlukan
pemberian gizi yang baik, yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi
seimbang.
Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola
koordinasi bola mata untuk mengikuti suatu obyek, membedakan seseorang dengan
benda, senyum naluri dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang
cukup mendukung perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup,
anak berusaha mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai
sikap memiringkan kepala ke samping.
Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh
ke kiri-kanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan
badan dari posisi telentang ke telungkup dan sebaliknya, berusaha meraih
benda-benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa lepas
pada suasana yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan menangis
pada suasana yang tidak menyenangkan.
Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi
telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan
bulan, anak bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa
bantuan. Apabila dibantu berdiri, anak berusaha untuk melangkah sambil berpegangan.
Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga anak dapat
mengambil benda dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing akan membuatnya cemas
(stranger anxiety), demikian juga perpisahan dengan ibunya.
Anak suka sekali bermain “ci-luk-ba”. Pada usia 9 bulan-1
tahun, anak mampu melambaikan tangan, bermain bola, memukulmukul mainan dan
memberikan benda yang dipegang bila diminta.
Berdasarkan teory psikososial (Erikson), anak berada pada
tahap percaya dan tidak percaya , sehingga lingkungan dalam hal ini
orang tua yang memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup, akan
menumbuhkan rasa percaya diri anak. Sedangkan menurut teori psikoseksual
(Sigmund Freud), anak berada pada fase oral, sehingga segala sesuatu
yang dipegangnya cenderung dimasukkan ke dalam mulut. Oleh karena itu, orang
tua harus memperhatikan keamanan dan kebersihan makanan maupun permainan
anaknya.
Masa ini merupakan perkembangan interaksi yang menjadi
dasar persiapaan untuk menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan untuk
memperoleh perkembangan interaksi yang positif dapat menyebabkan terjadinya
kelainan emosional dan sosialisasi pada masa mendatang. Oleh karena itu
diperlukan hubungan yang
mesra antara ibu (orang
tua) dan anak.
4.
Masa Balita (1-3 tahun)
Pada masa ini, pertumbuhan fisik anak relatif lebih
lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan
lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan dan anak mulai belajar
jalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan
berpegangan. Sekitar usia 16 bulan, anak mulai belajar berlari dan menaiki
tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu anak perlu diawasi, karena
dalam beraktivitas anak tidak memperhatikan bahaya.
Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat
keakuan yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap sebagai
miliknya. Apabila anak menginginkan mainan kepunyaan temannya, sering ia akan
merebutnya karena dianggap miliknya.
Menurut teori Erikson, anak berada pada fase mandiri
dan malu/ragu-ragu. Hal ini terlihat dengan berkembangnya kemampuan
anak, yaitu dengan belajar untuk makan atau berpakaian sendiri. Apabila
orang tua tidak mendukung upaya anak untuk belajar mandiri, maka hal ini
dapat menimbulkan rasa malu/rasa ragu akan kemampuannya, misalnya orang
tua yang selalu memanjakan anak dan mencela aktivitas yang telah dilakukan
oleh anak. Pada masa ini, sudah sampai waktunya anak dilatih untuk buang
air besar atau buang air kecil pada tempatnya (toilet training). Anak
juga dapat menunjuk beberapa bagian tubuhnya, menyusun 2 kata, dan mengulang
kata-kata baru.
Pada masa ini, anak perlu dibimbing dengan akrab,
penuhkasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak tidak mengalami kebingungan.
Jika orang tua mengenal kebutuhan anak, maka anak akan berkembang perasaan otonominya
sehingga anak dapatmengendalikan otot-otot dan rangsangan lingkungan.
5.
Masa Pra sekolah akhir (3-5 tahun)
Pada masa ini, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Pertumbuhan
fisik relatif pelan, naik turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri. Demikian
pula halnya dengan berdiri satu kaki secara bergantian atau melompat. Anak
mulai berkembang superegonya (suara hati), yaitu merasa bersalah bila ada tindakannya
yang keliru.
Menurut teori Erikson, pada usia tersebut anak berada
pada fase inisiatif dan rasa bersalah. Pada masa ini, anak berkembang rasa
ingin tahu (courius) dan daya imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya
mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Sedangkan
menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada fase phalik, dimana anak
mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga mengidentifikasikan
figus atau perilaku orang tua sehingga mempunyai kecenderungan meniru tingkah
laku orang dewasa di sekitarnya. Anak juga mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar,
menulis mengenal angka serta bentuk/warna benda.
E.
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
1.
Deteksi Pertumbuhan dan standar normalnya
Menurut Nursalam (2005) parameter untuk
pertumbuhan yang sering digunakan dalam pedoman deteksi tumbuh kembang anak
balita adalah :
a.
Ukuran antropometri
1)
Berat badan
2)
Panjang badan
3)
Lingkar kepala
4)
Lingkar lengan atas (Lila)
5)
Lingkar dada
b.
Keseluruhan fisik
Berkaitan dengan pertumbuhan, hal-hal yang dapat
diamati dari pemeriksaan fisik adalah :
1)
Keseluruhan fisik
Dilihat bentuk tubuh, perbandingan kepala, tubuh
dan anggota gerak, ada tidaknya odema, anemia, dan ada tanda gangguan lainnya.
2)
Jaringan otot
Dapat dilihat dengan cubitan tebal pada lengan
atas, pantat, dan paha untuk mengetahui lemak subcutan.
3)
Jaringan lemak
Diperiksa dengan cubitan tipis pada kulit di
bawah triceps dan subskapular.
4)
Rambut
Perlu diperiksa pertumbuhannya, tebal / tipisnya
rambut, serta apakah akar rambut mudah dicabut atau tidak.
5)
Gigi geligi
Perlu diperhatikan kapan tanggal dan erupsi gigi
susu atau gigi permanen.
c.
Pemeriksaan laboratorium dan radiologis
Pemeriksaan laboratorium dan radiologis baru
dilakukan di klinik apabila terdapat gejala atau tanda akan adanya suatu gangguan
/ penyakit, misalnya anemia atau pertumbuhan fisik yang tidak normal.
Pemeriksaan laboratorium yang sering adalah pemeriksaan darah untuk kadar Hb,
serum protein (albumin dan globulin), dan hormon pertumbuhan. Pemeriksaan
radiologis dilakukan terutama untuk menilai umur biologis, yaitu umur tulang (boneage).
Biasanya, hal tersebut dilakukan bila ada kecurigaan akan adanya gangguan pertumbuhan.
Bagian tulang yang biasanya di rontgen adalah tulang radius sebelah kiri.
2.
Deteksi Perkembangan
Terdapat empat aspek perkembangan anak balita,
yaitu :
a.
Kepribadian/tingkah laku social (personal
social), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungan.
b.
Motorik halus (fine motor adaptive),
yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan otot-otot
kecil, memerlukan koordinasi yang tepat, serta tidak memerlukan banyak tenaga,
misalnya memasukkan manik-manik ke dalam botol, menempel dan menggunting.
c.
Motorik kasar (gross motor), yaitu aspek
yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar
tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan
cukup tenaga, misalnya berjalan dan berlari.
d.
Bahasa (language), yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara secara spontan. Pada masa bayi, kemampuan bahasa
bersifat pasif, sehingga pernyataan akan perasaan atau keinginan dilakukan
melalui tangisan atau gerakan. Semakin bertambahnya usia, anak akan menggunakan
bahasa aktif, yaitu dengan berbicara.
Aspek-aspek perkembangan tersebut merupakan modifikasi dari
tes/skrining perkembangan yang ditemukan oleh Frankerburg, yang dikenal dengan Denver
Development Screening Test (DDST), yaitu salah satu test atau metode
skrining yang sering digunakan untuk menilai perkembangan anak mulai usia 1
bulan sampai 6 tahun. Perkembangan yang dinilai meliputi perkembangan personal sosial,
motorik halus, motorik kasar dan bahasa pada anak (Nursalam dkk, 2005).
Pada buku petunjuk program BKB (Bina Keluarga dan Balita)
perkembangan balita dibagi
menjadi 7 aspek perkembangan, yaitu
perkembangan :
1.
Tingkah laku sosial
2.
Menolong diri sendiri
3.
Intelektual
4.
Gerakan motorik halus
5.
Komunikasi pasif
6.
Komunikasi aktif
7.
Gerakan motorik kasar
Banyak “milestone” perkembangan anak yang
penting dalam mengetahui taraf perkembangan seorang anak (yang dimaksud dengan “milestone” perkembangan adalah tingkat
perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu), misalnya :
1.
4-6 minggu :
a.
tersenyum spontan
b.
dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemudian
2.
12-16 minggu :
a.
menegakkan kepala
b.
tengkurap sendiri menoleh ke arah suara memegang
benda yang ditaruh di tangannya
3.
20 minggu :
a.
meraih benda yang didekatkan kepadanya
4.
26 minggu :
a.
Dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan
lainnya
b.
Duduk dengan bantuan kedua tangannya kedepan
c.
Makan biskuit sendiri
5.
9-10 bulan :
a.
Menunjuk dengan jari telunjuk
b.
Memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk
c.
Merangkak
d.
Bersuara da… da…
6.
13 bulan :
a.
berjalan tanpa bantuan
b.
mengucapkan kata-kata tunggal
Dengan mengetahui
berbagai “milestone”, maka dapat diketahui
apakah seorang anak perkembangannya terlambat ataukah masih dalam batas-batas
normal. Kalau ada kecurigaan dapat dilakukan tes skrining (deteksi dini) dan
intervensi dini agar tumbuh kembang anak dapat lebih optimal, antara lain
dengan DDST (Denver Development Screening Test) yaitu meliputi :
1.
Motorik kasar
a.
Berdiri pada satu kaki selama 1 detik
b.
Lompat di tempat
c.
Naik sepeda roda 3 (tiga)
d.
Lompatan lebar
e.
Berdiri pada satu kaki selama 5 detik
2.
Motorik halus
a.
Mencoret sendiri
b.
Menata dari 4 kubus
c.
Menata dari 8 kubus
d.
Meniru garis vertikal dalam batas 300
e.
Mengeluarkan manik-manik dari botol sendiri
f.
Mengeluarkan manik-manik dari botol dengan
contoh
g.
Mengikuti membuat +
h.
Mengikuti membuat O
i.
Meniru jembatan
j.
Membedakan garis panjang (3 dari 3 atau 5 dari
6).
3.
Personal sosial
a.
Memakai baju
b.
Mencuci dan menyeka tangan dengan lap
c.
Mudah dipisahkan dari ibu
d.
Bermain dengan anak lain
e.
Mengancing baju
f.
Memakai baju dengan pengawasan
g.
Memakai baju tanpa bantuan
F.
Masalah-Masalah Tumbuh Kembang Anak
Dalam buku Pedoman Pembinaan Perkembangan Anak
Di Keluarga yang disusun oleh Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, masalah-masalah/gangguan
pada masa kecil atau kelainan yang dibawa sejak lahir sering mengakibatkan
hambatan pada perkembangan anak (Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, 1992).
Masalah tumbuh kembang yang sering timbul :
1.
Gangguan pertumbuhan fisik
Untuk mengetahui masalah tumbuh kembang fisik
pada anak, perlu pemantauan yang kontinue. Dengan pemantauan berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, umur tulang dan pertumbuhan gigi, maka dapat
diketahui adanya suatu kelainan tumbuh kembang fisik seorang anak seperti :
obesitas atau kelainan hormonal, perawakan pendek akibat kelainan endokrin dan
kurang gizi, pertumbuhan/erupsi gigi terlambat yang disebabkan oleh hipotiroid,
hipoparatiroid, keturunan dan idiopatik, serta gangguan penglihatan dan
pendengaran.
2.
Gangguan perkembangan motorik
Perkembangn motorik yang lambat dapat disebabkan
oleh :
a.
Faktor keturunan
b.
Faktor lingkungan
c.
Faktor kepribadian
d.
Retardasi mental
e.
Kelainan tonus otot
f.
Obesitas
g.
Penyakit neuromuscular
h.
Buta
3.
Gangguan perkembangan bahasa
Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat
diakibatkan berbagai faktor yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran,
intelegensi rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang
terlambat, faktor keluarga, kembar, psikosis, gangguan lateralisasi,
masalah-masalah yang berhubungan dengan disleksia dan afasia.
4.
Gangguan fungsi vegetatif
a.
Gangguan makan
b.
Gangguan fungsi eliminasi
c.
Gangguan tidur
d.
Gangguan kebiasaan
e.
Kecemasan
Kecemasan pada umumnya merupakan bagian dari perkembangan.
Tetapi bila kecemasan ini berlebihan sehingga mempunyai efek terhadap interaksi
sosial dan perkembangan anak, maka merupakan hal yang patologis yang memerlukan
suatu intervensi.
5.
Gangguan suasana hati (mood disorders)
Gangguan tersebut antara lain adalah major depression yang
ditandai dengan disforia, kehilangan minat, sukar tidur, sukar konsentrasi,
dan nafsu makan yang terganggu.
6.
Bunuh diri dan percobaan bunuh diri Bunuh diri
sering merupakan penyelesaian masalah psikologi dan lingkungan bagi remaja.
7.
Gangguan kepribadian yang terpecah (disruptive
behavioural disorders) Kelainan ini mungkin sebagai akibat dari
frustasi dan kemarahan.
8.
Gangguan perilaku seksual
Gangguan perilaku seksual antara lain
transseksualism, transventism, dan homoseksual.
9.
Gangguan perkembangan pervasif dan psikosis pada
anak Meliputi autisme (gangguan komunikasi verbal dan non verbal, gangguan perilaku
dan interaksi sosial), Asperger (gangguan interaksi sosial, perilaku yang
terbatas dan diulang-ulang, obsesif), childhood disintegrative disorder
(demensia heller), dan kelainan Rett (kelainan x-linked dominan pada anak
perempuan).
10.
Disfungsi neurodevelopmental pada anak usia
sekolah Disfungsi susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuan akademik
yang di bawah normal, kelainan perilaku dan masalah dalam interaksi sosial.
11.
Kelainan saraf dan psikiatrik akibat dari trauma
otak Trauma otak meningkatkan resiko gangguan intelektual maupun psikiatris,
terutama bila trauma berat.
12.
Penyakit psikosomatik
Konflik psikologik yang dapat memberikan gejala
somatik disebut psikosomatik. Contohnya adalah kelainan konversi, hipokondriasis,
sindrom
G.
Gizi Balita
1.
Pengertian Gizi
Gizi merupakan suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpangan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ serta menghasilkan energi. Makanan dan zat gizi adalah balok
pembangun yang membantu membentuk gigi, tulang, dan otot yang kuat, jaringan
yang sehat, perkembangan saraf otak dan sistem daya tahan tubuh. Setiap hari
anak perlu mendapatkan zat gizi dari makanan. Tidak ada satu jenis makanan yang
menyediakan semua zat gizi yang dibutuhkan anak. Yang paling baik adalah
memberikan aneka ragam makanan untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan zat gizi
2.
Gizi Pada Anak Balita
Kecukupan gizi rata-rata bagi anak usia di bawah
3 tahun dengan berat badan 12 kg dan tinggi badan 89 cm, energi yang dibutuhkan
sebanyak 1220 kkl dan kebutuhan protein sebesar 23 gram. Sedangkan pada umur 4-5
tahun dengan berat badan 18 kg dan tinggi badan 108 cm, energi yang dibutuhkan sebanyak
1720 kkl dan kebutuhan protein sebesar 32 gram (Pudjiadi, 2003). Balita merupakan
masa peralihan makanan dari makanan pendamping ASI ke makanan orang dewasa.
Namun, pemberiannya juga masih bertahap disesuaikan dengan kemampuan sistem
pencernaan anak dan kebutuhan gizinya. Di usia ini, saatnya dikenalkan ragam
makanan yang sehat dan alami karena akan menentukan pola makan anak
selanjutnya. Sesuai dengan kemampuan pencernaan dan kebutuhan gizi, balita
dipilah menjadi dua, yaitu batita (1-3 tahun) dan prasekolah (4-5 tahun).
Batita merupakan konsumen pasif, artinya dia masih menerima saja makanan yang diberikan
orang tuanya. Berikan makan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering (7-8
kali) sehari, terdiri atas tiga kali makan pagi, siang, dan sore, 2-3 kali
makan selingan, dan 3-4 kali minum susu. Masingmasing usia ini memerlukan
makanan yang berbeda sesuai tahap perkembangan saluran pencernaannya dan
kebutuhan gizinya. Berbeda dengan batita, anak prasekolah adalah
konsumen aktif sehingga sudah bisa menentukan makanannya sendiri. Aktivitasnya
juga lebih tinggi sehingga kebutuhan energinya lebih banyak daripada batita.
Oleh karena itu, porsi makan diperbesar daripada batita dengan frekuensi diturunkan
menjadi 5-6 kali sehari, terdiri atas 3 kali makan pagi, siang, dan sore dan 2
kali makan selingan. Susu 2 kali sehari (pagi dan malam hari) atau dicampurkan
pada makanan
3.
Sumber Kebutuhan Gizi Balita
Sepanjang usia balita, selera makan dan
kebiasaan makan terus berubah-ubah. Setelah ulang tahun pertama, pertumbuhan
melambat dan selera makan pun cenderung menurun. Pada masa tumbuh kembangnya,
gizi seimbang sangat besar pengaruhnya. Pada masa ini otak balita telah siap
menghadapi berbagai stimulasi seperti belajar berjalan dan berbicara lebih
lancar. Balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang dewasa. Mereka
butuh lebih banyak lemak dan lebih sedikit serat. Nutrisi yang anak butuhkan
berasal dari beras/gandum/umbi, daging, kacang-kacangan, sayuran, buah, dan dua
gelas susu per hari. Tentunya dengan gizi yang seimbang sehingga dalam sehari
tercapai 1.000 s.d. 1.500 kalori. Variasi ini sangatlah bergantung pada usia, tinggi
badan, serta aktivitas anak (dalam hal ini sekitar 30 menit aktivitas fisik per
hari). Pada usia ini, susu masih merupakan makanan yang penting karena
mengandung semua zat gizi dasar yang dibutuhkan anak yang sedang tumbuh:
energi, lemak, karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
a.
Energi
Seperti halnya mesin, tubuh manusia membutuhkan
pasokan energi (atau kalori) yang terus-menerus. Tanpa energi, fungsi tubuh
yang penting tidak mungkin berjalan. Energi diperoleh dari zat gizi kaya energi
yang terdapat dalam makanan: karbohidrat kompleks, lemak, protein dan gula
sederhana. Kalori yang dibutuhkan balita usia 1-5 tahun adalah sekitar 1300 –
1500 kalori per hari.
b.
Lemak
Merupakan komponen utama membran sel otak dan
selubung myelin disekeliling saraf otak. Lemak mempengaruhi perkembangan dan
kemampuan otak, terutama pada dua tahun pertama. DHA (asam lemak omega 3) &
AA (asam lemak omega 6) adalah komponen utama struktur otak dan mempunyai peran
penting dalam perkembangan fungsi otak dan retina. Sphingomyelin adalah
komponen utama dari sel saraf, jaringan otak dan selubung myelin disekitar
saraf. Sphingomyelin mempunyai peran dalam mengirim sinyal dan membawa informasi
dari satu sel saraf ke sel saraf otak lainnya. Sumber lemak antara lain seperti
yang terdapat dalam minyak , santan , dan mentega, roti, dan kue juga
mengandung omega 3 dan 6 yang penting untuk perkembangan otak.
c.
Protein
Mempunyai fungsi penting dalam membangun dan
memelihara sel jaringan tubuh. Protein juga merupakan prekursor untuk
neurotransmitter yang mendukung perkembangan otak. Fungsi otak yang baik
tergantung pada kapasitas menyerap dan memproses informasi. Neurotransmitter
catecholaimes dibentuk dari asam amino penting: Tyrosine dan neurotransmitter
serotonin dibentuk dari Tryptophan. Serotonin menstimulasi tidur yang penting
untuk perkembangan otak dalam memproses informasi, sedangkan catecholamine
berkaitan dengan keadaan siaga yang membantu menyerap informasi di otak. Sumber
protein terdiri dari daging 2 ons atau telur 2 butir atau kacang-kacangan 100
gram (untuk usia 5 tahun : daging 3-4 ons atau telur 4 butir atau
kacang-kacangan 200 gram). Sumber protein antara lain seperti ikan, susu, daging,
telur, kacang-kacangan.
d.
Karbohidrat
Sebagai sumber utama energi. Salah satu bentuk
karbohidrat di otak adalah Sialic Acid (SA). SA merupakan komponen struktur dan
fungsi ganglion otak yang penting. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian SA
sejak awal dapat meningkatkan perkembangan otak dan mempunyai efek dalam proses
belajar dan memori. Untuk anak usia 1 atau 5 tahun diperlukan karbohidrat
sebagai sumber energi untuk berbagai aktivitas. Diperlukan 2-3 lembar roti atau
1 sampai dengan 1,5 mangkuk nasi atau mi (untuk usia 5 tahun, 4-5 lembar roti
atau 2-2,5 mangkuk nasi/mi).Sumber karbohidrat antara lain seperti nasi, roti,
sereal, kentang, atau mi.
e.
Zat Besi
Kekurangan zat besi merupakan hal yang biasa
pada balita. Hal ini disebabkan oleh tingginya kebutuhan akan zat besi yang
tidak tercukupi dari asupan makanan, khususnya jika tidak mengkonsumsi daging.
Makanan yang kaya akan vitamin C seperti segelas jus jeruk dapat dihidangkan
ketika makan malam untuk memaksimalkan penyerapan zat besi.
f.
Kalsium
Kalsium sangat penting untuk pertumbuhan tulang
dan gigi. Kebutuhan akan kalsium dapat terpenuhi asalkan balita mengkonsumsi
susu dan produk berbahan dasar susu yang cukup. Dua atau tiga gelas susu dapat
memenuhi kebutuhan asupan kalsium dalam sehari.
g.
Vitamin A
Dibutuhkan untuk perkembangan sel dan kulit yang
sehat. Makanan Balita seringkali kurang asupan Vitamin A.
h.
Vitamin C
Penting untuk sistem pertahanan tubuh dan
pertumbuhan balita. Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi, khususnya zat
besi yang bukan berasal dari hewan. Asupan vitamin C pada balita seringkali
rendah karena sedikit mengkonsumsi sayur dan buahbuahan.
i.
Vitamin D
Sangat penting untuk metabolisme kalsium dan
dapat diperoleh melalui aksi sinar matahari pada kulit.
j.
Vitamin E
Berperan penting dalam mencegah kerusakan
struktur sel membran. Vitamin E termasuk dalam golongan antioksidan dan berperan
dalam mengurangi risiko penyakit seperti kanker.
k.
Susu
Pada usia 1 dan 2 tahun, seorang anak
membutuhkan, paling sedikit 800 ml susu per hari dan pada usia 3 tahun ke atas,
paling sedikit 500 ml susu per hari
H.
Pola Asuh Orangtua
1.
Pengertian Pola Asuh
Pola asuh merupakan intraksi anak dan orangtua dalam
mendidik , membimbing, dan mendisiplinkan , serta melindungi anak untuk
mencapai kedewasaan sesuai dengan norma- norma yanga ada dalam masyarakat.
Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak
adalah bagian yang sangat penting dan mendasar,
Terlihat bahwa pengasuhan anak berupa suatu proses interaksi antara
orangtua dengan anak , interaksi tersebut mencakup perawatan mulai dari mencukupi kebutuhan makan , mendorong
keberhasilan dan melindungi, maupun mensosialisasi yaitu mengajarkan tingkahlaku
umum yang di terima dimasyarakat.
Pendampingan orang tua di wujudkan
melalui cara –cara orang tua dalam mendidik anaknya. cara orang tua dalam mendidik
anaknya disebut sebagai pola pengasuhan.
Setiap upaya yang dilakukan dalam
mendidik anak , mutlak didahului oleh tampilnya sikap orangtua dalam mengasuh
anak diantaranya:
a.
Prilaku yang patut di contoh
Artinya setiap prilakunya tidak sekedar, prilaku yang
bersikap mekanik, tetapi harus didasarkan pada kesadaran bahwa prilakunya akan
dijadikan lahan peniruan dan identifikasi bagi anak- anak mereka.
b.
Kesadaran Diri
Kesadaran diri juga
harus di tularkan kepada anak- anak untuk
mendorong mereka agar prilaku keseharianya taat kepada nilai-nilai dan moral. Oleh
sebab itu orang tua senantiasa membantu mereka agar mampu melakukan observasi
diri melalui komunitasi dialogis,baik secara verbal maupun nonverbal tentang
prilaku .
c.
Komunikasi
Komunikasi antara orang tua dan anak juga sangat penting, terutama yang berhubungan dengan membantu mereka dalam memecahkan permasalahannya.
Komunikasi antara orang tua dan anak juga sangat penting, terutama yang berhubungan dengan membantu mereka dalam memecahkan permasalahannya.
Menurut baumrind (1997) terdapat 3
macam pola asuh orang tua diantaranya:
a.
Pola Asuh Otoriter
Orang tua cendrung menetapkan standar mutlak yang harus dituruti, biasanya bersamaan dengan
ancaman-ancaman ,misalnya kalau tidak mau makan , maka tidak akan di ajak
bicara.
Orang tua cendrung memaksa, memerintah
, menghukum apabila anak tidak mau
melakukan apa yang dilakukan oleh orang tua , maka orang tua tidak segan
menghukum anakya. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal dalam komunikasi. Biasanya besifat 1 arah dan orang tua tidak memerlukan umpan
balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. Pola asuh otoriter yang
seperti ini akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam,
tertutup, kurang berkembang rasa sosial , tidak timbul kreatif dan
keberaniaanya untuk mengambil keputusan. Selain itu, suka melanggar norma,dan mempunyai kepribadian
yang lemah , dan suka menarik diri. Biasanya Anak yang hidup dalam
suasan keluarga yang otoriter akan menghambat kepribadian dan kedewasaannya.
b.
Pola Asuh Demokratis
adalah pola asuh yang mementingkana kepentingan anak, akan
tetapi tidak ragu- ragu dalam mengendalikan mereka . orang tua dengan pola asuh
ini bersikap rasional selalu mendasari tindakanya pada rasio dan di sini orang tua lebih bersikap realistis
terhadap kemampuan anaknya, kemudian memberikan kebebasan pada anak untuk
memilih dan melakukan suatu tindakan . pendekatan orang tua kepada anak bersikap lebih hangat. Biasanya
Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat
mengontrol diri , mempunyai hubungan baik dengan temannya dan mempunyai minat
terhadap hal-hal baru.
c.
Pola Asuhan Permisif
Di sini orang tua memberiakan pengawasan yang sangat longgar,
dan memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan
yang cukup dari dirinya, selain itu
sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua. Namun orang tua tipe
ini biasanya hangat sehingga sering di sukai anak. Biasanya pola asuh permisif akan
mengasilkan karakteristik anak yang inklusif, agresif, tidak patuh, manja,
kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percara diri, dan kurang matang
secara sosial.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pola asuh anak diantaranya:
a.
Pendidikan orang tua
pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak
akan mempengaruhi kesiapan mereka dalam
menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain : terlibat
aktif dalam setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan
berorientasi pada masalah anak, selalu berupaya menyediakan waktu untuk
anak-anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan anak. hasil
riset dari Sir Godfrey Thomson menunjukkan bahwa pendidikan diartikan sebagai
pengaruh lingkungan atas individu atau menghasilkan perubahan-perubahan yang
tetap atau permanen didalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Orang
tua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih
siap dalam menjalankan peran asuhnya, selain itu orang tua akan lebih
mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
b.
Lingkungan
Lingkungan banyak memengaruhi
perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai
pola-pola pengasuhan yang di berikan orang tua terhadap anaknya.
c.
Budaya
Sering kali orang tua mengikuti
cara-cara dan, kebiasaan masyarakat
disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil
dalam mendidik anak kearah kematangan.
Orang tua mengharapkan kelak anaknya
dapat diterima di masyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan masyarakat
dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola
asuh terhadap anaknya.
I.
Metode Screening terhadap
Kelainan Perkembangan
1.
Definisi DDST
DDST (Denver Devplopmant Screening
Test) adalah salah satu dari metode screening terhadap kelainan perkembangan
anak, test ini bukanlah test diagnosa atau test IQ. DDST memenuhi semua
persyaratan yang diperlukan untuk metode screening yang Baik. Test ini
dikembangkan pada 6 tahun pertama kehidupan anak, dengan penekanan pada 2 tahun
pertama mudah dan cepat (15-20menit), dapat diandalkan dan menunjukkan
validitas yang baik.
“Denver scale” adalah test screening
untuk masalah kognitif dan perilaku pada anak pra sekolah. Test ini
dikembangkan wlliam K. Frankenburg (yang mengenalkan pertama kali) dan
J.B.Doods pada tahun 1967. DDST dipublikasikan oleh Denver Developmental
Material, Inc., di Denver, Colorado. DDST merefleksikan persentase kelompok
anak usia tertentu yang dapat menampilkan tugas perkembangan tertentu. Test ini
dapat dilakukan oleh dokter spesialis, tenaga profesional kesehatan lainnya,
atau tenaga professional kesehatan dalam layanan social. Dalam perkembangan
lainnya DDST mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir adalah Denver II
yang merupakan hasil revisi dan standarisasi dari DDST dan DDST-R (revised
denver developmental screening test). Perbedaaan denver II dengan screening
terdahulu terletak pada item-item test, bentuk, interprestasi dan rujukan.
2. Manfaat DDST
DDST adalah metode test yang paling
banyak digunakan untuk masalah perkembangan anak.
Denver II dapat digunakan untuk berbagai
tujuan, antara lain :
a.
Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya
b.
Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat
c.
Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukan
gejala kemungkinan adanya kelainan perkembangan
d.
Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan
e.
Memantau anak yang beresiko mengalami kelainan perkembangan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada
masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Pada masa balita pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan terjadi pertumbuhan serabut
serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan
otak yang kompleks yang akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai
dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita pula,
perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta
dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap
kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi apalagi tidak
ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian
hari.
B.
Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka
dapat diberikan saran-saran sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan
dalam rangka meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak serta menambah informasi
dan wawasan.
1.
Bagi Instansi pendidikan
Disarankan agar mengembangkan pengetahuan tentang tumbuh
kembang anak guna menunjuang peningkatan kualitas kesehatan anak sehingga dapat
menjadi literature untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
khususnya kesehatan anak.
2.
Bagi Profesi Kebidanan
Disarankan agar mengembangkan pengetahuan kesehatan terkait tumbuh kembang
anak terhadap klien guna memonitoring pertumbuhan dan perkembangan anak.
3.
Bagi Pembaca
Disarankan agar memahami dan memperluas wawasan mengenai tumbuh kembang
anak.
DAFTAR PUSTAKA
Muslihatun, Wafi Nur, dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya
Suryani, Eko. 2010. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta : Fitramaya
Wildan, Moh. 2008. Dokumentasi
Kebidanan. Surabaya : Salemba Medika
LAMPIRAN
A. Tabel Pertumbuhan dan Perkembangan
B. Contoh KMS21 (Kartu Menuju Sehat)
C. Contoh KMS Pertumbuhan Normal
D. Contoh KMS Pertumbuhan Terganggu